Tugumalang.id – Di era sekarang, tak banyak orang yang tergerak peduli terhadap sesama. Namun, berbeda halnya dengan Eko Baskoro. Pria asal Bondowoso ini bisa dikatakan sebagai pejuang lingkungan dan kemanusiaan.
Sejak 2015, ia bersama rekannya memutuskan untuk mendirikan Climater Change Frontier (CCF), komunitas yang peduli terhadap lingkungan dan kemanusiaan.
Menurutnya, berbuat kebaikan bukan sebuah pilihan namun keharusan. “Walaupun kita tidak bisa membantu semua orang, tetapi pada saat Anda memilih untuk membantu orang lain itu, sangat luar biasa,” ujarnya.
Sebab, untuk menumbuhkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dari sisi lingkungan dan kemanusiaan tidak bisa sekedar ajakan sekali dua kali, sebulan, bahkan setahun. “Karena kepedulian itu sulit ditumbuhkan. Jadi anda harus masuk, totalitas di situ,” imbuhnya.
Mendirikan CCF dan berjalan hampir tujuh tahun, kata ia, bukan perkara mudah. Seperti perjalanan hidup pada umumnya, ia bersama tim juga merasakan asam manis hingga pahitnya perjalanan mengedukasi sesama. Bermula dari latar belakang CCF di tahun 2015 yang masih mengedukasi perihal isu global. Kemudian di tahun 2016, merambah untuk fokus ke lingkungan hidup dan membantu sesama. Kini, CCF juga menambah program lagi untuk membantu sektor UMKM berkembang.
“Waktu itu salah satu teman saya sampai ngomong, mungkin ini saatnya untuk CCF fokus kes itu,” ingatnya.
Dalam sederet program, Pak Bas, sapaannya, selalu totalitas. Ia tak masalah jika harus tekor untuk biaya operasional. “Selama satu tahun di awal menggunakan uang pribadi saya. Setelah itu, baru ada kolega-kolega yang mau membantu,” sambungnya.
Tantangan bagi CCF adalah ketika pandemi COVID-19 merebak. Antara berdiam diri di rumah atau tetap turun ke jalan dengan resiko terpapar.
“Itu perbandingan yang sangat terasa. Di awal pandemi, kita semua tahu bahayanya dan umumnya orang memilih untuk di rumah, lalu tim kami bilang, sudah siap sajalah untuk membantu sesama. Itu yang kemudian menguatkan kami untuk terjun walaupun dengan resiko terpapar,” terangnya.
Terlebih, ketika memutuskan untuk turut membantu UMKM, pihaknya pasrah tetap bangkit meski sempat ada yang tidak berkembang. “Dari 11 pedagang yang kami bantu untuk menyediakan alat jualan, rombong juga modal, ada yang berkembang tapi tidak sedikit juga yang berhenti di tengah jalan. Itu menjadi pelajaran untuk kami agar terus belajar dengan tidak berhenti peduli,” terang Pak Bas.
Keinginannya ke depan cukup sederhana. Hanya ingin dapat menjadi bagian dari sebuah perubahan. Entah dari sisi mengurangi plastik, menyelamatkan hutan, atau membantu sesama dengan menumbuhkan kepedulian dan kesadaran masyarakat. Kata dia, untuk berbuat kebaikan bisa di mulai dari hal kecil dan terus bergerak.
Satu pesan Baskoro, “Jika ada yang mengenalkan sesuatu, Anda harus turun, jika ingin bantu masyarakat, Anda juga harus turun. Turun langsung bersentuhan dengan mereka, tekait dengan hidup dan menumbuhkan kepedulian masyarakat, karena kepedulian itu sulit sekali ditumbuhkan,” pungkasnya.
Reporter: Feni Yusnia
Editor: Lizya Kristanti