MALANG, Tugumalang.id – Founder Jagoan Indonesia, Dias Satria berbagi pemikirannya tentang perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia dan juga berbagi kiat bagaimana bisnis dapat terus eksis.
Kepada Tugumalang.id, pria yang juga akademisi Universitas Brawijaya (UB) Malang itu berbicara banyak mengenai usaha yang dikembangkannya yakni Jagoan Indonesia dan Jagoan Data.
Bermula dari keinginnanya untuk memberi manfaat kepada masyarakat. Dia Satria melihat bahwa perkembangan UMKM di Indonesia yang cukup masif tidak disertai dengan kemampuan literasi keuangan.
Baca Juga: Founder Jagoan Indonesia Ajak Anak Muda Berani Membaca Peluang Usaha di Tugu Inspirasi Talks
Hal itulah yang kemudian banyak UMKM cepat tumbuh namun juga cepat gulung tikar. Melihat keadaan tersebut, Dias Satria tergerak menginisiasi Jagoan Indonesia yang sudah ia mulai sejak 2021 lalu dan Jagoan Data sejak 2019.
Berkat kepedulian dan konsistensi terhadap perkembangan UMKM di Indonesia. Jagoan Indonesia dan Jagoan Data mendapat kepercayaan dari sejumlah lembaga pemerintah untuk terlibat dalam pengembangan UMKM melalui beragam kegiatan pelatihan.
Dias Satria melihatnya kekurangan pemerintah terhadap penguatan literasi keuangan kepada pelaku UMKM menjadi motivasi Jagoan Indonesia dan Jagoan Data untuk memberi dampak agar UMKM tetap bisa terus eksis.
“Jagoan Indonesia, kita semacam EO (Event Organizer) pelatihan yang fokus pengembangan kewirausahaan muda dan itu sudah kita mulai pada 2021 di Banyuwangi, Lamongan, Kediri, dan Semarang,” tuturnya.
“Mungkin kalau jagoan data, pas pandemi misalnya pemerintah mendorong smart city tapi literasi terkait dengan data itu masih rendah. Kita membantu pemerintah kota dan kabupaten khususnya di Jawa Timur untuk mengembangkan dashboard dan kita juga memberi pelatihan di beberapa kementerian,” imbuh Dias Satria.
Baca Juga: Koordinator Gubuk Tulis Kupas Kepemimpinan di Tugu Inspirasi Talks
Sebagai pelaku bisnis, ia melihat perkembangan UMKM terutama di wilayah Malang Raya perkembangannya cukup banyak bila dibandingkan dengan di ibukota, Jakarta. UMKM juga menjadi motor penggerak kemajuan ekonomi Indonesia karena mampu menyerap tenaga kerja dan berperan dalam penguatan pembangunan ekonomi bangsa.
Melihat keadaan itulah yang lantas membuat Dias Satria tergerak untuk memberi manfaat lebih kepada pelaku UMKM tidak hanya dalam perspektif kajian keilmuan di kampus tetapi dengan memberi dampak nyata melalui Jagoan Indonesia dan Jagoan Data.
“Terus terang kita menyadari bahwa UMKM yang menyerap tenaga kerja di Indonesia dan itu mejadi bagian yang krusial dalam pembangunan ekonomi,” ungkap pria yang saat ini menjabat sebagai Ketua Prodi Ekonomi Keuangan Perbankan, FEB UB itu.
“Saya melihat mulai shifting ke arah bisnis, entrepreneurship, dan lain-lain. Saya ingin dari awal itu bagaimana caranya bisa berdampak enggak sekedar di kampus tapi punya dampak real, akhirnya saya terjun di UMKM,” terangnya.
Siapa sangka, keinginan memberi dampak nyata kepada masyarakat itulah yang menuntun alumni University of Adelaide itu.
Masih ingat dalam memorinya ketika mengawali bisnisnya dengan membuka booth di mall pada medio 2019 hingga 2020 lalu.
Kepada anak muda yang mulai merintis bisnis. Dias Satria menilai bahwa membangun bisnis hendaknya berfokus pada membangun human atau manusianya. Hal itu bagi Dias Satria cukup penting dalam mempertahankan eksistensi bisnis.
Karena menurutnya modal saja tidak cukup tetapi harus disertai dengan pembangunan sumber daya manusia yang baik serta pemahaman dan kecakapan dalam literasi keuangan.
“Bisnis di era sekarang itu dasarnya adalah human-nya atau orangnya. Karena orang itu berkaitan dengan dasar bagaimana kreativitasnya, kepemimpinan, karakter, kerja keras, dan strategi itu muncul di humannya. Jadi seseorang harus punya kemampuan yang lebih dibandingkan orang-orang pada umumnya kalau dia memutuskan diri sebagai seorang entrepreneur,” papar Dias Satria.
“Saya sedang fokus dalam literasi keuangan dan ini juga menjadi kritik saya kepada pemerintah bahwa selalu menggeneralisasi permasalahan UMKM adalah kurangnya modal saya melihatnya belum tentu,” lanjutnya.
“Karena saya sendiri yang mengalami bahwa modal iya tapi ketika literasi keuangan buruk malah itu akan membunuh UMKM itu sendiri. Karena literasi keuangan rendah dan malah terlilit hutang karena mereka harus memenuhi cicilan dan itu kadang-kadang strateginya sangat tidak terukur,” pungkas yang juga Founder Piknik Hub itu.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Penulis: Bagus Rachmad Saputra
editor: jatmiko