Tugumalang.id – Choirun Izag, mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra (PBSI), FKIP Universitas Islam Malang (Unisma) berhasil menyabet posisi Runner-Up 2 di ajang Duta Pustaka Nasional yang digelar di Kota Surabaya awal Februari ini (3/2/2024).
Gadis yang akrab disapa Runi ini menyampaikan ketertarikannya di bidang pageant memang sudah lama. Berangkat dari perasaan dicurangi semasa di bangku SMA. Saat itu dia anggota OSIS SMA Annur Bululawang tidak diperbolehkan mengikuti perlombaan Duta SMA.
Tetapi ternyata terdapat teman sesama OSIS-nya yang menjadi peserta dan memenangkan kategori dalam kegiatan tersebut. Ia yang menjadi mentor beberapa temannya mulai bertekad bahwa suatu hari ia akan menjadi orang yang menerima penghargaan.
Baca Juga: Family Gathering FEB UNISMA 2024, Ajang Tingkatkan Keakraban dan Produktivitas
“Saya dari dulu sudah di dunia beauty pageant dan pageant pendidikan. Dimulai dari Putra-Putri Fakultas, lanjut ke Duta Kampus, Duta Genre Kota Malang, dan mencoba juga di Miss Hijab Jawa Timur. Kemudian ada tawaran menjadi Duta Pustaka yang lebih linear dengan bidang pendidikan dan kegemaran saya, yaitu menulis dan membaca,” jelas gadis asal Pujiharjo, Tirtoyudo, Malang ini.
Relasinya yang luas membantu dalam pelaksanaan program-program advokasi yang ia emban setelah diamanahi sebagai The Winner Duta Pustaka Jatim, meski waktu persiapan tergolong singkat.
“Dengan persiapan yang singkat, dimulai dari bulan September 2023 setelah Grand Final Duta Pustaka Jawa Timur, di Desember kita sudah harus selesai dengan program-program dan serangkaian persiapan lainnya,” terang gadis kelahiran 2001 itu.
Baca Juga: Lejitkan Prestasi dan Kepribadian Lulusan, FEB UNISMA Gelar Rangkaian EPD
Program yang diajukan mahasiswi semester 7 ini terdiri dari dua program meliputi Gelar Wicara dan Rumah Pustaka. Gelar Wicara adalah program yang di dalamnya terdapat podcast serta konten-konten membaca yang ia bagikan di akun media sosial pribadinya (TikTok: Chrchoirun, Instagram: choirunizag_).
Sementara Rumah Pustaka merupakan program berbentuk sosialisasi dan pengadaan pojok baca yang menyasar sekolah menengah.
“Alhamdulillahnya dari situ saya kenal dengan ketua dari BBGP (Balai Besar Guru Penggerak) Jawa Timur. Di sana juga sedang mengembangkan literasi, perpustakaan, sehingga program saya bisa melejit dalam kurun waktu singkat. Setelah saya di SMA-SMA, akhirnya saya dijadikan juri di beberapa instansi seperti UIN Malang dan UPN Surabaya,” jabarnya terkait program yang ia usung.
Menurutnya, pihak kampus Unisma sendiri menunjukkan dukungan yang besar terhadap salah seorang mahasisiwinya ini. “Saya di program yang nasional ini sangat didukung oleh kampus. Mulai dari biaya, relasi, up sosial media, dukungan vote atau apapun, itu UNISMA mendukung sekali. Saya kaget dulu yang Jatim itu hanya bisa dipresentasikan sekitar 30 persen, sedangkan sekarang itu sampai 80 persen,” kata dia.
“Saya dikenalkan dengan pihak dari Balai Bahasa, lalu Ibu Perpusnas yang di Jakarta. Akhirnya karena relasinya semakin tinggi, di nasional (program saya) juga semakin terlihat,” terang Duta Kampus Unisma itu terharu dengan support yang diberikan kampusnya.
Kontestan Duta Pustaka Nasional sendiri berasal dari putra-putri daerah yang berhasil memenangi ajang Duta Pustaka di regional masing-masing. Namun, tidak semua pemenang Duta Pustaka Daerah dapat lolos dan mengikuti Kompetisi Duta Pustaka Nasional.
Terdapat total 15 peserta dari berbagai daerah seperti DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, dan Bali yang dinyatakan lolos seleksi ulang.
Meski sempat merasa sedikit gugup lantaran juri-juri yang luar biasa, seperti The Winner Putri Indonesia dan Miss Teen Star, ditambah sebagian besar peserta Kompetisi Duta Pustaka Nasional didampingi mentor yang siap mengoreksi, putri bungsu pasangan Juari Winarno dan Sugiati ini menceritakan bahwa ia tetap percaya diri dan mencoba memperbaiki apa yang sekiranya ia rasa kurang.
Dengan gelarnya sebagai Duta Pustaka Nasional yang akan ia sandang selama satu tahun ke depan, ia dan finalis lain diamanahi untuk melakukan pengembangan di daerah masing-masing.
“Untuk yang di nasional ini sendiri, karena memang naungan dari Yayasan One Star Management-nya, kita menjadi brand ambassador di provinsi masing-masing. Jadi kita hanya difokuskan seperti itu, tidak harus menyebarkan di Kalimantan, di daerah lain. Tetap fokus di provinsinya, daerahnya masing-masing,” kata dia.
Baginya, masa-masa saat menjadi Duta Kampus merupakan pengalaman yang begitu berkesan karena banyaknya perkembangan yang ia terima dari porgram mentoring Duta Kampus, hingga ia berhasil menjadi Duta Kampus kategori teraktif.
Di tengah kesibukannya menjadi anggota berbagai organisasi, kegiatan, hingga freelance, Runi menyampaikan tips-nya dalam membagi waktu serta tanggung jawab.
“Jadi saya itu enggak mengambil posisi yang sama di masing-masing organisasi. Misal di organisasi ini saya jadi Ketupel, di kegiatan lain saya ambil posisi yang berbeda, ambil kerja freelance yang remote juga, jadi kewajibannya tidak bertabrakan,” paparnya.
Penulis buku antologi puisi berjudul “Kolase Santri” ini juga menceritakan dukungan dari orang-orang terdekatnya hingga ia berhasil mencapai posisi sekarang.
Sebagai penutup, mahasiswi peraih segudang prestasi ini berpesan bahwa ikuti ajang pageant dengan niat tulus dari hati, jangan sekadar supaya dipandang ‘wow’.
Menurutnya, pageant bukan hanya sekadar ajang kecantikan, kecerdasan, tetapi harus siap menjadi role model diri sendiri. Jangan ambisi terhadap prestasi yang bahkan diri sendiri nggak tahu.
“Misal, menjadi seorang Duta Kampus tapi sendirinya sering absen, itu ‘kan berarti belum bisa menjadi role model untuk diri sendiri. Jangan juga menunjukkan fake branding, tetap menjadi diri sendiri. Jangan menghilangkan jati diri untuk dipandang lebih baik di media,” kata dia.
Baca Juga Berita tugumalang.id di Google News
Penulis: Fitrothul Mukaromah (magang)
Editor: Herlianto. A