Tugumalang.id – Dalam sebuah kesempatan, Tugumalang.id bertemu dengan salah satu pengusaha bidang ritel Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Rabu (18/1/2023) di sebuah Cafe Resto.
Namanya Yusuf Hermana. Sosok pria 50 tahun ini tampak sederhana dengan setelan kemeja biasa. Tak menampakkan bahwa ia adalah pemilik salah satu SPBU di Malang, sekaligus ketua Hiswana Migas Malang.
Hiswana Migas sendiri merupakan akronim dari Himpunan Wiraswasta Minyak dan Gas. Institusi ini menjadi tempat berkumpulnya para pengusaha ritel Bahan Bakar Minyak (BBM), Gas, dan beberapa produk sejenis lainnya.
Organisasi ini berdiri setelah makin banyaknya perusahaan asing yang berbisnis dalam bidang energi di Indonesia sejak dekade 1950-1960. Barulah pada dekade berikutnya muncul organisasi yang membawahi perusahaan milik pribumi.
Lini usaha yang paling terlihat dari para pengusaha seperti yang tergabung di Hiswana seperti Yusuf adalah kepemilikan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Usaha ini menjadi salah satu tumpuan banyak orang yang tiap hari rela antri untuk mendapatkan BBM.
Belajar Hingga Ke Amerika dan Tips Berbisnis Ala Yusuf
Yusuf memang lahir dari orangtua militer. Ayahnya mantan tentara kemudian berbisnis bahan bakar di tahun 60an. Bisnis yang pada zaman itu mungkin belum begitu populer karena jumlah kendaraan bermotor juga belum sebanyak saat ini.
Bisnis sang ayah kemudian tumbuh pesat. Ia tak banyak bercerita soal bagaimana keluarganya membangun bisnis di bidang energi. Yusuf lalu menjelaskan bagaimana tips menjadi seorang pebisnis yang handal.
Pria yang sempat mengeyam pendidikan di Amerika pada 1996 itu menyebut jika ada beberapa hal yang jadi poin utama. “Bisnis yang penting saling percaya. Jadi yang nomer satu jujur,” jelasnya.
Menurutnya, rasa saling percaya sangatlah penting ditumbuhkan, apalagi antar karyawan, dan semua orang yang ada dalam perusahaan.
“Terus kita harus tanggung jawab, kalau ada masalah tidak mudah lari,” lanjut Yusuf.
Ia lalu bercerita bahwa SPBUnya pernah tersandung suatu kasus yang melibatkan karyawan hingga berurusan dengan pihak berwajib.
Ia bercerita bahwa dulu pernah terjadi kasus oknum yang menimbun BBM. Celakanya, orang tersebut membeli BBM di SPBU milik Yusuf. Setelah kasus terungkap, ia pun sempat dipanggil ke kantor polisi. Namun tak terbukti bahwa karyawannya turut bermain curang.
“Ya kita kan gak bisa mau nuduh orang. Tapi kita tanggung jawab ke kepolisian. Bikin perjanjian,” jelasnya.
Dalam surat tersebut, karyawan SPBU miliknya akan bekerja sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan.
Lulusan studi Industrial Technologi salah satu universitas di Ohio, Amerika, ini pun mengukapkan perbedaan budaya dalam hal bisnis di Amerika dan Indonesia.
“Orang sana sangat terbuka dan mau mendengarkan pendapat orang lain,” jelasnya. Hal ini berbeda dengan karakter orang Indonesia yang cenderung kaku.
Suka Duka Pengusaha SPBU
Menjadi pengusaha di bidang migas tentu memiliki suka duka tersendiri. “Bukan Cuma suka, tapi juga banyak dukanya,” ungkap yusuf.
Ia mengungkapkan bahwa banyak hal yang membuat para pengusaha SPBU tak bisa tidur atau beristirahat dengan nyenyak setiap harinya. “Coba bayangin, berapa yang menguap tiap hari. Belum lagi kemungkinan berkurang di jalan. Siapa yang enggak suka BBM sekarang?,” tuturnya.
Pemilik SPBU di Singosari ini pun menuturkan jika resiko itu memang tak bisa dihindari dan jadi bagian dari lika-liku usahanya.
“Saya pernah 3.000 liter menguap, siapa yang nanggung? Belum lagi resiko kebakaran yang bisa terjadi kapan saja. Ia lalu mencontohkan adanya kendaraan tak standar yang bisa saja memunculkan percikan api dari mesinnya.
Belum Tertarik Masuk ke Politik, Yusuf: Masih Pikir-Pikir
Menjadi ketua DPC Hiswana Migas Malang Raya tentu membuat banyak partai politik mengajukan tawaran pada Yusuf. Saat disinggung soal ketertarikannya, ia mengaku belum berminat dan masih pikir-pikir. Menurutnya ada yang lebih penting daripada terjun ke dunia politik.
“Ya banyak yang nawari. Saya masih pikir-pikir dulu,” jawabnya.
Ia menyebut jika ruang politik sebenarnya memang penting karena dapat menjadi jalan untuk menyampaikan gagasan-gagasan seperti toleransi hingga pembangunan manusia.
Ke depan, menurutnya, perlu ada konsep bagaimana mengurangi pajak dengan cara membagikan dana pajak dari perusahaan untuk bisa disalurkan langsung ke orang yang membutuhkan. “Berbagi ke fakir miskin melalui program-program kan bisa,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan jika perlu adanya Balai Latihan Kerja (BLK) di setiap kecamatan. Mengingat saat ini masyarakat merasakan sulitnya mencari pekerjaan.
“Karena setiap orang beda-beda potensinya. Bisa otak kanan, bisa otak kiri. Bisa saja dia sulit dalam belajar ilmu eksakta tapi mahir dalam bidang lain,” tambahnya menjelang akhir perbincangan.
Penulis: Imam A. Hanifah
Editor: Herlianto. A