Kota Batu, Tugumalang.id – Warga Kota Batu, Jawa Timur diimbau waspada dan meningkatkan kesehatannya. Pasalnya, angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) mencapai 36 kasus hingga di bulan Januari 2024. 1 kasus diantaranya menyebabkan balita meninggal dunia.
Data yang disebutkan Dinas Kesehatan Kota Batu, dari 36 kasus tersebut terdiri dari Demam Dengue (DD) sebanyak 34 kasus dan kasus Dengue Shock Syndrome (DSS) sebanyak 2 kasus. 1 diantaranya seorang balita bahkan meninggal dunia.
Plt Kepala Dinkes Kota Batu Aditya Prasaja membenarkan angka kasus DBD tahun ini mencapai 36 kasus. Tahun ini, angka DBD paling banyak terjadi di Kecamatan Batu sebanyak 28 kasus.
Lalu, di Kelurahan Temas ada 14 kasus dengan DSS 2 kasus. 1 kasus diantaranya bahkan menyerang balita usia 4 tahun hingga meninggal dunia dengan diagnosa DSS.
Begitu juga di Kelurahan Sisir ada 2 kasus, Desa Sidomulyo 1 kasus, Desa Oro-Oro Ombo 3 kasus, Kelurahan Ngaglik, 3 kasus, Desa Sumberejo 2 kasus dan Desa Pesanggrahan 1 kasus.
Baca Juga: Tingginya Kasus Demam Berdarah di Musim Hujan, Ini Imbauan Dinkes Kabupaten Malang
Kemudian di Kecamatan Junrejo ada 7 kasus dengan rincian 2 kasus di Desa Tlekung, 4 kasus di Desa Junrejo ada 4 kasus dan 1 kasus di Desa Pendem.
”Pegang rekor itu Kecamatan Batu karena rata-rata daerah pemukiman padat ya. Lalu, di Kecamatan Bumiaji ini pecah telur, ada 1 kasus di Desa Gunungsari, biasanya gak pernah ada,” terang Adit, Minggu (25/2/2024).
Adit menjelaskan meledaknya kasus DBD di tahun 2024 ini terjadi akibat kurangnya kewaspadaan masyarakat menjaga lingkungan sekitar mereka. Nyamuk jenis aedes aegepty ini berkembang biak di kubangan air jernih.
”Selama ada air berkubang, entah di ember atau di pot-pot kecil, jentik air akan selalu berkembang biak. Fogging (pengasapan) bukan solusi. Jadi, upaya memutus siklus tumbuh kembang biaknya jentik nyamuk ini yang harus dimasifkan,” jelasnya.
Sebab itulah dalam gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara serentak nanti tidak dilakukan dalam bentuk fogging, melainkan kerja bakti untuk mendeteksi tempat-tempat berkembangnya jentil nyamuk.
”Misal memang untuk menanam, sebaiknya airnya diganti terus secara berkala agar tidak menjadi sarang nyamuk. Jadi nanti pada PSN nanti bukan fogging, karena itu tidak menyelesaikan masalah,” katanya.
Baca Juga: Waspada Demam Berdarah di Musim Pancaroba
Di sisi lain, Dinkes akan melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) berkoordinasi dengan contact person rumah sakit agar data kasus DBD maupun DD bisa segera diperoleh untuk mendukung PE.
“Dilakukan PE ini untuk memutus rantai penyebaran kasus DBD dengan meningkatkan kewaspadaan masyarakat dan pemberantasan sarang nyamuk,” tegasnya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Reporter : M Ulul Azmy
editor: jatmiko