Tugumalang.id – “Urip kudu semangat tanpo sambat,” (hidup harus semangat tanpa mengeluh) begitu kutipan dalam stiker dengan karikatur wajah seseorang yang tak asing lagi bagi warga Malang, Puguh Wiji Pamungkas.
Dalam bagian akhir video yang sudah ditonton lebih dari 41,3 ribu kali dan disukai 1.492 netizen, admin menyebutkan jika stiker itu terpampang di bagian belakang angkutan kota (angkot) biru khas Malang.
Sosok Puguh Wiji Pamungkas, Anak Petani Pendiri RSU Wajak Husada
Lalu siapa sebenarnya Puguh Wiji Pamungkas dalam foto karikatur tersebut? Bagi yang belum mengenalnya, ia adalah pendiri Rumah Sakit Umum Wajak Husada. Salah satu pengusaha di Malang dengan latar belakang seorang dokter.
Baca Juga: Puguh Wiji Pamungkas Rayakan Hari Pramuka Bersama Para Siswa Sunan Ampel
Jika masyarakat mengira bahwa ia lahir dari keluarga kaya dan berada sehingga bisa membangun salah satu rumah sakit umum terbesar di kabupaten Malang, mungkin anggapan ini perlu sedikit direvisi. Ia adalah anak petani yang sejak kecil dididik mandiri dan ulet oleh keluarga.
Puguh, sapaan akrabnya, lahir di Malang pada 30 Oktober 1984. Anak desa yang menuntaskan pendidikan sejak usia TK hingga SMA di Malang. Sama seperti anak-anaknya. Namun berkat ketekunannya, ia lalu melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana Bali.
9 Kali Gagal dan Diusir dari Kontrakan
Cerita hidup seorang dokter, tak semuanya semudah yang masyarakat kira. Apalagi bagi anak yang lahir dari keluarga petani. Usai lulus kedokteran dan beristri seorang dokter, ia coba membuat berbagai bisnis dan usaha. Namun apa daya semua usahanya belum membuahkan hasil.
Tahun 2009, ia lalu bertemu seorang pengusaha toko di Malang yang kemudian menjadi penyemangat baru bagi Puguh. Seseorang dengan latar belakang sarjana Teknik namun memiliki apotek.
Baca Juga: Puguh Wiji Pamungkas Serahkan 40 KK, Akta Kelahiran dan KIA Gratis kepada Masyarakat
“Saya bertemu dengan seorang kawan pembawa hidayah enterpreneurship saya,” tulis Puguh dalam bab pertama bukunya, Merawat Optimistisme, Merencanakan Kemustahilan.
Setelah berbulan-bulan berguru dan belajar semua hal tentang bisnis toko obat, ia pun memberanikan diri terjun ke bisnis obat-obatan sendiri di Wajak pada 2011. Sejalan dengan latar belakang pendidikannya dan passionnya dalam dunia wirausaha.
“Toko obat inilah yang kelak menjadi saksi nyata, menjadi cikal bakal Wajak Husada Group,” terangnya. Karena tak punya modal besar, Puguh mulai membuka toko obat kecil dengan barang dagangan “pinjaman” dari temannya. Nilai obat yang ia jual pun hanya 3 juta rupiah.
Hari-hari penuh perjuangan ia lewati bersama sang istri, dr. Fitriya Fajar Wati, yang akrab disapa dr. Fitri. Secara bergantian pagi dan sore, ia mengatur ritme antara berjualan dan memenuhi stok obat untuk dijual kembali. Dengan pelayanan yang ramah, toko obat kecil itu akhirnya laris dan jadi langganan masyarakat sekitar yang membutuhkan obat.
Namun cobaan datang menghampiri. Saat toko obat tengah ramai pembeli, sang pemilik kontrakan tiba-tiba saja datang dan mengusir Puguh beserta istrinya yang sedang melayani pembeli. Ia dianggap tak bisa membayar kontrakan. Puguh lalu diminta segera mengemasi barang dan angkat kaki.
“Dulu saat pertama kali memutuskan terjun ke bisnis toko obat, tidak lama, kami diusir. Kita bayarnya ke ibunya, yang ngusir itu anak mantunya. Jadi istri saya pas praktik, jadi ya pagi pagi gini. Ibunya datang dan gebrak gebrak meja,” kenangnya.
Di depan pasien, dan itu pengalaman pertama yang bikin dia syok. Kebetulan saat itu dia jadi honorer di kementerian pertanian. Dia lalu ditelpon, akhirnya langsung pulang.
“Sebuah pengalaman yang tidak akan saya lupakan. Pengalaman yang membuat saya dan istri gemetar dan berpikir untuk menyudahi bisnis obat kecilnya,” kenang Puguh. Perjalanan yang baru ia mulai ternyata harus menghadapi cobaan dan membuatnya terpojok.
Bangkit dan Bangun Klinik hingga Jadi RSU Wajak Husada
Perlahan, Puguh mulai bangkit. Ia dan istrinya berusaha merawat impiannya membantu masyarakat lewat toko obat dan klinik. Ia pun Kembali mendapat tempat baru untuk membuka praktik dokter dan toko obat. Tak jauh dari lokasi sebelumnya.
“2016, itu cikal bakal Rumah Sakit Wajak Husada ditanam di tanah ini,” kenang Puguh. Perjalanan panjangnya berlanjut saat diberi rezeki untuk mendapat tempat baru pada 2015. Di Lokasi yang saat ini menjadi Rumah Sakit Wajak Husada inilah Klinik Wajak dibuka kembali pasca ia mendapat cobaan.
“Saya ingat betul saat itu berawal dari satu bed rawat inap. Kami mengawali bisnis ini from zero tanpa bantuan investor. Jadi kita create dari uang yang berputar di apotek. Itu kita pakai untuk scale up membangun klinik rawat inap begitu,” terangnya.
Ia pun bersyukur, masyarakat menyambut baik dan menerima kehadiran Klinik Rawat Inap Wajak Husada. Apalagi kala itu, demam berdarah tengah mewabah sehingga masyarakat di Wajak membutuhkan tempat pelayanan kesehatan terdekat.
Antusiasme masyarakat menjadi penyemangat tersendiri bagi Puguh dan istrinya. Keduanya pun berupaya meningkatkan fasilitas Kesehatan yang ada. Mulai dari jumlah bed rawat inap hingga kebutuhan pasien lainnya. “dari awalnya 1 bed hingga akhirnya 2018, kita sudah memiliki 30 bed rawat inap,” imbuh Puguh.
Perjuangan Puguh dan istrinya sebagai couple preneur akhirnya berbuah manis. Klinik Wajak miliknya kemudian mendapatkan surat izin dari Pemerintah Setempat untuk beralih nama dan status menjadi Rumah Sakit Umum Wajak Husada yang hingga kini menjadi rujukan bagi banyak orang untuk berobat.
Terus Berbagi Kebaikan dan Menebar Semangat Wirausaha
Menjadi wirausahawan sukses di dunia Kesehatan tak membuat Puguh lupa akan lingkungan sekitarnya. Ia ingin terus berbagi kebaikan dan manfaat, sama seperti saat ia dan istrinya dulu berjuang dan berkeliling pelosok desa untuk memberi pelayanan kesehatan gratis.
Langkah nyata ia lakukan dengan mendirikan Puguh Foundation pada 2022 walaupun kegiatan sosial telah lama berlangsung sebelumnya. Melalui yayasan ini, ia dan RS Wajak Husada menyelenggarakan berbagai kegiatan. Mulai dari waqaf Al-Qur’an, khitan gratis, pembangunan rumah ibadah, beasiswa pendidikan dan bantuan pengobatan bagi yatim piatu dan masih banyak lagi.
Sebagai pebisnis yang memulai semuanya dari nol, Puguh juga terus membagikan kiat sukses dan pendampingan pada wirausahawan muda lainnya yang ingin berkembang. Salah satunya dengan bergabungnya Puguh dalam perkumpulan Nusantara Gilang Gemilang atau NGG hingga akhirnya dipercaya menjadi Presiden NGG.
Viralnya Puguh Wiji Pamungkas menjadi semangat dan inspirasi tersendiri. Sosok yang muncul dari pedesaan hingga akhirnya berhasil membangun bisnis yang juga membawa manfaat dan kebaikan bagi banyak orang.
Penulis: Imam A. Hanifah
Editor: Herlianto. A