MALANG, Tugumalang.id – Prof Iwan Triyuwono SE Ak MEc PhD tercatat sebagai Guru Besar (Gubes) bidang Akuntansi Syariah di Universitas Brawijaya sejak tahun 2006. Barangkali, ia juga masuk dalam jajaran pioner adanya gelar gubes di bidang tersebut.
“Iya, karena saat itu hanya beberapa Guru Besar di Bidang Akuntansi Syariah, mungkin bisa dikatakan juga yang pertama. Saat ini pun juga belum banyak. Karena ini ilmu yang benar-benar baru,” kata Iwan ditemui di ruang kerjanya, beberapa waktu lalu.
Peraih gelar PhD di University of Wollongong, Australia ini melanjutkan, pembahasan akuntansi syariah memang tergolong baru tak hanya di bidang keilmuan, tapi juga praktisi. Zaman yang terus berubah, membuat akuntansi syariah kian dibutuhkan dan terus berkembang. Hal ini juga didukung dengan kehadiran perbankan syariah yang terus bermunculan.
Baca Juga: 5 Jalur Masuk Universitas Brawijaya, Calon Mahasiswa Baru Wajib Tahu
“Sebab itu, sekarang ini banyak perguruan tinggi yang menawarkan mata kuliah akuntansi syariah. UIN juga sudah mulai ikut, sekarang juga sudah ramai banyak penelitian dan banyak yang nulis buku,” jelasnya.
Terlebih, akuntansi syariah merupakan bidang keilmuan yang benar-benar berbeda dengan akuntansi konvensional. Di akuntansi konvensional, konsentrasinya adalah pencatatan materi atau omzet perusahaan. Sedangkan akuntansi syariah, bermuara pada keselarasan terhadap hidup beragama.
Dalam karirnya, pria kelahiran Bangkalan, 30 Juni 1961 ini juga sudah banyak membuat konsep dan teori tentang akuntansi syariah. Salah satunya, Sharia Enterprise Theory.
Baca Juga: Polemik Pembekuan EM Universitas Brawijaya, Diduga Buntut Aksi Demo
Dalam teori itu, perusahaan yang menerapkan akuntansi syariah cenderung menggunakan nilai syariah atau sharia value-added, bukan konsep laba. “Yakni nilai tambah ekonomi, mental dan spiritual untuk orang yang bekerja di perusahan itu,” beber bapak empat anak itu.
Perusahaan yang menggunakan konsep akuntansi syariah juga harus memproses dan mendistribusikan barang atau jasa dengan halal. Selain itu, ada pula konsep pengukuran kinerja manajemen yang meliputi kesalehan keuangan, persektif mental-sosial dan perspektif sosial.
Di akhir wawancara, Iwan juga memberikan beberapa tips kepada calon-calon guru besar. Salah satu kuncinya adalah mengubah mindset.
“Harus dipahami bahwa profesi dosen itu karir tertingginya adalah profesor bukan menjabat seperti dekan, wakil dekan atau rektor. Jadi dari awal harus serius, meyakini bahwa dosen adalah profesi, sehingga bagaimana untuk sampai ke sana, harus melakukan aktivitas-aktivitas yang meliputi tri dharma perguruan tinggi, ini perlu ditata sejak awal,” tukasnya.
Reporter: Feni Yusnia
Editor: Herlianto. A