Kota Batu, Tugumalang.id – Produksi apel khas Kota Batu, Jawa Timur masih mengalami penuruan dari tahun ke tahun. Ini terjadi akibat perubahan faktor cuaca hingga degradasi tanah.
Rata-rata, petani apel di Kota Batu mensiasati dengan dua cara, yakni beralih tanam atau tetap bertahan dengan segala cara, meski dihadapkan kerugian.
Hal ini diakui salah satu petani di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Munir yang mengaku lebih memilih beralih menanam jeruk karena lebih menjanjikan. Bahkan meski di musim hujan sekalipun, produksi jeruk tidak terlalu berpengaruh.
”Kalau pohon jeruk itu pemupukan dan pengobatan teratur. Meski musim hujan pun tapi tidak terlalu ngefek,” katanya.
Munir mengisahkan jika 100 bibit jeruk yang dia tanam mampu menghasilkan 10 ton sekali panen. Dirinya panen setiap tahun empat kali. Tak hanya dia, warga desanya juga kini akhirnya banyak beralih menanam jeruk.
“Sekarang banyak ke tanaman jeruk. Karena yang lainnya seperti sayur mayur harganya hancur mulai sejak Corona,” pungkasnya.
Baca Juga: Balada Apel Kota Batu di Film ‘Serdadu Apel Emas’ Besutan Sineas Malang Raya
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu, Heru Yulianto mengungkapkan hampir separuh petani apel di Kota Batu memilih beralih menanam komoditas lain sejak 2012.
”Mereka memilih menanam komoditas lain yang lebih menjanjikan seperti jeruk hingga jambu kristal,” ungkap Heru, Minggu (11/2/2024).
Hal ini disebabkan oleh penurunan kondisi tanah akibat faktor iklim maupun karena penggunaan pupuk pestisia berlebih. Penggunaan pestisida terlalu banyak ini mengingat kondisi pohon apel yang rentan terkena penyakit.
Hal ini terus berlarut-larut hingga akhirnya petani terpaksa menggunakan pestisida berlebih tapi dengan resiko kualitas tanahnya menurun. Situasi produksi apel yang sulit hari ini adalah buktinya.
Baca Juga: Balada Apel Ikon Kota Batu, Hidup Segan Mati Tak Mau
Sejauh ini, pihaknya melakukan program revitalisasi apel ini dengan pemakaian pupuk organik. Ini untuk mencegah pohon terserang hama dilakukan dengan cara membungkus apel dengan pestisida nabati yang sudah dikembangkan oleh kelompok tani.
Selain itu, pihaknya juga mempunyai laboratorium klinik penanaman terpadu untuk mengendalikan hama. “Jadi nanti pada praktiknya fokus untuk tidak hanya menggunakan pestisida kimia, namun juga pestisida hayati dan nabati,” terang Heru.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Reporter : M Ulul Azmy