Tugumalang.id – Film besutan sineas Malang Raya berjudul ‘Serdadu Apel Emas’ yang lolos kurasi Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek RI ditayangkan perdana secara private screening di Mopic Cinema Kota Malang, Jawa Timur pada 24 September 2023.
Menariknya, film pendek besutan Lingga G Permadi ini membawakan genre film anak dengan membawa isu penting tentang ironi buah apel sebagai buah ikonik Kota Batu yang seakan hanya tinggal cerita. Produktivitasnya terus menurun dari tahun ke tahun.
Cerita ini, kata Lingga, memang didasarkan pada keresahannya sebagai warga Kota Batu yang dikenal sebagai Kota Apel, namun apelnya tidak ada. Seperti diketahui, produktivitas apel di sana mengalami penurunan baik secara kualitas dan kuantitas.
Baca Juga: 5 Film Horor Indonesia Angkat Cerita Desa Mulai dari Bunuh Diri Hingga Kesurupan
Sebagai informasi, dari data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kota Batu pada 2020, luas lahan perkebunan apel di Kota Batu seluas 1.200 hektare. Pada tahun 2022 berkurang menjadi 1.092 hektare dan tahun 2023 ini turun menjadi 1.044 hektare.
Hal ini jelas menunjukkan luas lahan perkebunan apel di Kota Batu terus berkurang setiap tahunnya. Dari keresahan itulah kemudian Lingga menuangkan keresahannya tersebut lewat film Serdadu Apel Emas.
“Saya membayangkan jika tidak ada sentuhan program peningkatan kapasitas maka sebutan Kota Apel ini dalam beberapa dekade ke depan hanya tinggal cerita. Generasi masa depan kita tidak akan pernah tahu apa itu apel khas Kota Batu,” kata Lingga.
Kesadaran tentang hal ini perlu ditanamkan kepada penerus yang tidak lain adalah anak-anak melalui film. Film Serdadu Apel Emas berkisah tentang 5 anak sekawan yang ingin menyelamatkan satu-satunya pohon apel agar dapat kembali berbuah dan tidak jadi dijual.
Baca Juga: 7 Rekomendasi Film Persahabatan Dijamin Seru
Film pendek berdurasi 12 menit 34 detik itu dikemas dengan menggunakan pendekatan musikal dan dialog bahasa Jawa Malang yang khas. Tentunya, semua yang dihadirkan dalam film ini membawa warna berbeda dalam dunia perfilman di Indonesia.
“Saya berharap dari film ini menjadi trigger bahwa menyelamatkan lingkungan dan merawat alam itu penting untuk keberlangsungan hidup kita,” harap Lingga.
Menurutnya, proses pengerjaan film ini sendiri memakan waktu hingga 3 bulan, mulai proses produksi hingga editing. Film ini juga terbilang menjadi etalase perwujudan eksistensi sineas di Malang Raya.
Total ada sekitar 70 sineas dari Malang Raya yang terlibat pengerjaan film ini. Juga melibatkan 5 aktor cilik dari Malang yang tergabung dalam Sanggar Angkasa.
Tak hanya 5 aktor cilik itu saja, Serdadu Apel Emas juga melibatkan pemeran pendukung AB Prasetiyo sebagai Pak Margono, Maria Carolina sebagai Ibu Rara, dan Novin Farid Setyo Wibowo (Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang) sebagai Pak David.
Produser Film, Nashiru Setiawan menambahkan bahwa produksi dilakukan pada September 2023. Lokasi pengambilan gambar film ini diambil di perkebunan apel Junggo dan Bukit Jengkoang Kota Batu.
“Ini sebagai bentuk komitmen kita bahwa film ini juga harus memakai perspektif anak. Diambilnya film di lokasi alam ini juga sebagai wujud kami mendekatkan alam sebagai ruang bermain anak,” jelas Nashiru.
Seiring majunya perkembangan dan pembangunan tata ruang kota seringkali justru menjauhkan anak-anak dari ruang bermain mereka. Saat ini, banyak anak kehilangan ruang bermain di alam akibat semakin masifnya eksploitasi lahan atas nama pembangunan.
“Dampaknya, anak kehilangan kesempatan untuk membentuk karakter mereka secara organik. Bagi anak desa, tempat seperti hutan, sungai, dan bukit menjadi rumah kedua bagi mereka,” ujarnya.
Sebagai informasi, Serdadu Apel Emas juga terpilih sebagai salah satu film yang lolos sebagai Official Selection festival film terbesar Indonesia, Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2023. Nantinya, film ini akan ditayangkan perdana dalam festival film bergengsi tersebut pada 26 November 2023 di Empire XXI Cinema Yogyakarta.
Reporter: M Sholeh
Editor: Herlianto. A