MALANG, Tugumalang.id – Malang, kota dengan pesona alam dan sejarah yang kaya, juga memiliki keberagaman budaya yang membuatnya semakin menarik. Salah satu budaya yang memberi warna kuat pada kehidupan sosial dan sejarah kota ini adalah budaya Tionghoa.
Sejak berabad-abad lalu, komunitas Tionghoa telah menetap di Malang dan berperan penting dalam perkembangan ekonomi, sosial, dan budaya kota ini.
Pengaruh budaya Tionghoa tidak hanya tercermin dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga dalam arsitektur, kuliner, serta tradisi dan perayaan yang hingga kini masih dipelihara.
Jejak Sejarah Komunitas Tionghoa di Malang
Keberadaan komunitas Tionghoa di Malang dapat ditelusuri sejak masa kolonial Belanda. Pada masa itu, banyak orang Tionghoa datang ke Malang sebagai pedagang atau pekerja dalam sektor perkebunan dan pertanian yang dikelola oleh pemerintah kolonial.
Baca Juga: Mengenang KH Abdurrahman Wahid Sebagai Bapak Tionghoa di Haul Gus Dur ke-13
Komunitas ini kemudian berkembang pesat dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sosial dan ekonomi Malang.
Salah satu jejak sejarah penting komunitas Tionghoa di Malang adalah Klenteng Eng An Kiong, sebuah klenteng yang didirikan pada tahun 1825.
Klenteng ini merupakan salah satu tempat ibadah tertua dan paling terkenal di Malang. Selain berfungsi sebagai pusat spiritual bagi umat Konghucu, Buddha, dan Tao, Klenteng Eng An Kiong juga menjadi saksi sejarah bagaimana komunitas Tionghoa mempertahankan identitas budaya mereka sambil hidup berdampingan dengan masyarakat lokal.
Arsitektur dan Warisan Budaya
Pengaruh budaya Tionghoa di Malang juga dapat dilihat melalui bangunan-bangunan bergaya arsitektur Tionghoa yang menghiasi beberapa sudut kota.
Selain Klenteng Eng An Kiong, bangunan-bangunan tua yang bergaya campuran antara arsitektur kolonial dan Tionghoa dapat ditemukan di kawasan-kawasan lama Malang.
Baca Juga: Lestarikan Budaya Tionghoa, Universitas Ma Chung Gelar Festival Kampung Pecinan
Beberapa rumah toko (ruko) dengan ciri khas atap melengkung dan ornamen khas Tionghoa adalah contoh bagaimana komunitas ini beradaptasi dengan kehidupan kota Malang sambil tetap menjaga identitas budayanya.
Selain arsitektur, pengaruh budaya Tionghoa juga terlihat dalam tradisi kuliner Malang. Masakan seperti Cwie Mie Malang, yang merupakan adaptasi dari hidangan mie Tionghoa, telah menjadi salah satu kuliner ikonik yang digemari oleh masyarakat luas.
Makanan-makanan lain seperti lumpia, bakpao, dan kue bulan juga menjadi bagian dari kekayaan kuliner Malang yang dipengaruhi oleh budaya Tionghoa.
Tradisi dan Perayaan
Komunitas Tionghoa di Malang juga masih menjaga tradisi dan perayaan-perayaan khas mereka. Perayaan Imlek (Tahun Baru Cina) adalah salah satu momen penting yang dirayakan dengan meriah oleh komunitas Tionghoa di Malang.
Setiap tahunnya, masyarakat Tionghoa akan mengadakan berbagai acara, mulai dari pertunjukan barongsai, pembagian angpao, hingga upacara sembahyang di klenteng.
Perayaan ini tidak hanya diikuti oleh komunitas Tionghoa saja, tetapi juga diramaikan oleh masyarakat umum yang turut merayakan kegembiraan bersama.
Selain Imlek, Cap Go Meh adalah perayaan lainnya yang tak kalah penting bagi komunitas Tionghoa di Malang. Acara ini diadakan 15 hari setelah Imlek dan menjadi puncak perayaan tahun baru, dengan berbagai atraksi budaya seperti barongsai dan liong yang menarik perhatian banyak orang.
Harmoni dalam Keberagaman
Salah satu hal menarik tentang komunitas Tionghoa di Malang adalah bagaimana mereka berhasil mempertahankan identitas budaya mereka sambil hidup harmonis dengan masyarakat lain yang berbeda latar belakang etnis dan agama.
Pengaruh budaya Tionghoa di Malang adalah cerminan nyata dari harmoni multikultural yang terbentuk selama berabad-abad.
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Tionghoa tidak hanya berdagang dan berbisnis, tetapi juga berkontribusi dalam bidang pendidikan, seni, dan sosial di kota Malang.
Pengaruh budaya Tionghoa di Malang adalah bagian integral dari sejarah dan keberagaman kota ini. Mulai dari arsitektur klenteng yang megah, kuliner yang menggiurkan, hingga tradisi perayaan yang meriah, semua unsur ini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara komunitas Tionghoa dengan kehidupan masyarakat Malang secara keseluruhan.
Kehadiran komunitas Tionghoa yang tetap menjaga tradisi dan nilai-nilai mereka, sekaligus beradaptasi dengan lingkungan lokal, menjadikan Malang sebagai contoh nyata dari harmoni multikultural di Indonesia.
Dengan begitu banyak warisan budaya yang masih bertahan hingga hari ini, pengaruh budaya Tionghoa di Malang akan terus menjadi bagian penting dari identitas kota ini, mengingatkan kita akan sejarah panjang dan keberagaman yang memperkaya kehidupan masyarakat.