Tugumalang.id – Salah satu tragedi pilu dalam sejarah Republik Indonesia adalah pembantaian Tionghoa di Mergosono, Kota Malang, Jawa Timur. Pembantaian ini dilatari karena mereka dicurigai menjadi antek penjajah Belanda.
Pembantaian yang terjadi pada 31 Juli 1947 itu dilakukan di bekas pabrik pembuatan mie, kawasan Mergosono. Sebanyak 30 orang Tionghoa dieksekusi dengan dibakar, namun 4 orang berhasil melarikan diri.
Latar Belakang Pembunuhan
Terjadinya tragedi berawal dari adanya pandangan yang berkembang di Indonesia mengenai anti Tionghoa. Orang Tionghoa dianggap sebagai kelompok yang memperoleh keuntungan dari pemerintah Belanda baik itu secara politik dan ekonomi.
Baca Juga: Mengenang KH Abdurrahman Wahid Sebagai Bapak Tionghoa di Haul Gus Dur ke-13
Selain itu, adanya desas-desus pada akhir tahun 1945 mengenai pembentukan organisasi Anti Indonesia Merdeka di Malang yang dilakukan oleh orang Tionghoa.
Secara tidak langsung hal ini membuat cara pandang rakyat Indonesia semakin yakin ke orang Tionghoa bahwa mereka telah mendukung pemerintah kolonial. Beberapa faktor inilah yang menyebabkan peristiwa kekerasan yang terjadi di Mergosono pada tahun 1947 itu.
Kronologi Pembantaian
Kronologi peristiwa ini terjadi pada 21 hingga 31 Juli 1947 saat adanya Agresi Militer Belanda 1. Untuk menghadapinya, pejuang Indonesia membakar pusat ekonomi di Malang khususnya pada pertokoan sebagai taktik bumi hangus dan untuk menjarah.
Upaya yang dilakukan pejuang Indonesia di beberapa tempat yang ada agar tidak dimanfaatkan oleh Belanda saat melakukan agresinya. Pemerintah juga mengumumkan bahwa akan ada pertempuran yang terjadi dan menyampaikan bahwa tidak adanya jaminan keselamatan bagi orang Tionghoa.
Baca Juga: Kota terbesar yang ada di Indonesia, Malang urutan ke Berapa?
Hal inilah yang membuat orang Tionghoa menjadi korban pembantaian pada tahun 1947. Di mana 30 orang Tionghoa digiring oleh kelompok pemuda ke sebuah bekas pabrik mie di Mergosono. Mereka disiksa dengan keji kemudian disiram bensin dan dibakar.
Pada esok harinya, dari 30 orang yang dibawa tersebut, 26 orang mati mengenaskan dan 4 orang lainnya berhasil melarikan diri. Diperkirakan pelaku perbuatan tersebut adalah pasukan tentara revolusioner yang menganggap mereka sebagai mata-mata pemerintah Belanda karena membawa mata uang kertas NICA. Jenazah para korban dimakamkan secara massal pada 3 Agustus 1947.
Baca Juga Tugu Malang di Google News (klik di sini).
Penulis: Efryca Ayu Nabella (Magang)
Editor: Herlianto. A