Tugumalang.id – KH Masjkur merupakan pahlawan nasional yang lahir pada 30 Desember 1902 di Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Dia pernah mengenyam pendidikan di Pesantren Siwalan Sidoarjo, Pesantren Tebuireng Jombang, Pesantren Ngamplang Garut, Pesantren Bungkuk Malang, Pesantren Kiai Kholil Bangkalan, dan Pesantren Jamsaren Solo.
Setelah menimba ilmu di berbagai pesantren, pada 1923, di usia 21 tahun KH Masjkur memutuskan untuk mendirikan Pondok Pesantren Misbahul Wathan yang terletak di Singosari, Kabupaten Malang. Semasa hidupnya dia juga aktif berkegiatan di Nahdlatul Ulama Cabang Malang dan diangkat sebagai ketua pada 1926.
Baca Juga: Kacung Permadi Pahlawan Asal Pujon Malang Berjuang Mengusir Belanda
Pada era penjajahan Jepang, dia turut bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA). KH Masjkur juga terlibat aktif di Laskar Hizbullah, laskar pejuang kemerdekaan. Kesempatan tersebut beliau gunakan untuk mendapatkan pelatihan militer dan pelatihan khusus ulama dari Jepang.
Setelah itu, juga tergabung dalam keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jepang. Di sini, dia berkesempatan menyuarakan pendapat dalam rangka membela rakyat Indonesia.
Di akhir era penjajahan Jepang, KH Masjkur terpilih sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Baca Juga: Kisah Heroik Pahlawan Trip, Para Pelajar yang Melawan Agresi Militer Belanda
Saat era proklamasi kemerdekaan, dia tetap berkontribusi dalam mempertahankan kemerdekaan. Hal ini tercermin dari inisiasinya mengumpulkan pemuda Islam Laskar Hizbullah untuk membantu peristiwa perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato, Surabaya pada 1945.
Pada november 1947, KH Masjkur mendapatkan panggilan dari presiden Sukarno yang berada Yogyakarta. Saat itu, Bung Karno melantiknya sebagai menteri agama untuk Kabinet Amir Sjarifuddin II.
Tidak berselang lama, pada Januari 1948 kabinet ini runtuh. Namun, saat periode Kabinet Hatta I, beliau tetap diangkat sebagai menteri agama.
Ketika terjadi peristiwa agresi militer II oleh pasukan Belanda, KH Masjkur termasuk salah satu pejabat negara yang berhasil meloloskan diri. Dia kemudian bergerilya dan bergabung dengan pasukan jenderal Soedirman.
Baca Juga: Mengenang Jasa Munir Said Thalib, Pahlawan HAM asal Kota Batu
Di tahun 1953, KH Masjkur yang saat itu menjabat sebagai ketua I PBNU terpilih sebagai Ketua umum PBNU menggantikan Wahid Hasyim yang meninggal dunia. Setelah masa Pemilu pada 1955, KH Masjkur diangkat sebagai anggota konstituante.
Setelah Sukarno lengser, KH Masjkur tetap aktif dalam kepengurusan NU dan fokus pada kegiatan agama. Dia juga menjadi Ketua Yayasan Universitas Islam Malang (Unisma) hingga wafatnya pada 18 Desember 1992.
Baca Juga Tugu Malang di Google News (klik di sini).
Penulis: I Made Dupon Raditya Mahendra (Magang)
Editor: Herlianto. A