Tugumalang.id – Baru baru ini masyarakat Kota Malang digemparkan dengan adanya aksi pemuda melompat dari Jembatan Soekarno-Hatta (Suhat) hingga ditemukan meninggal di sungai. Faktor depresi diduga kuat menjadi penyebab aksi bunuh diri itu.
Psikolog Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Fuji Astuti, berpandangan bahwa orang yang melakukan aksi bunuh diri biasanya telah melewati banyak proses untuk bisa bertahan hidup. Kemudina puncak yang mendorong orang untuk melakukan aksi bunuh diri ketika sudah merasa beban hidupnya sudah diluar kemampuan.
Fuji mengatakan bahwa orang yang depresi akan menunjukkan gejala gejala tertentu. Gejala itu menurutnya sangat perlu dikenali agar bisa segera tertangani.
Baca Juga: Terungkap! Korban Sudah Berkali-Kali Mencoba Bunuh Diri di Jembatan Suhat
“Mulai menarik diri dari lingkungan, merasa hidupnya hampa hingga merasa tidak ada orang yang memperhatikannya,” kata Fuji.
Menurutnya, orang orang yang seperti itu butuh pendampingan dan konseling dari profesional untuk memperkuat mental. Fuji juga memberikan saran agar orang yang depresi bisa bangkit dengan melakukan kesibukan positif.
“Kalau sudah merasa hampa, gak enak, bawaannya gini banget hidup. Itu bisa mencoba merubah pola aktifitas. Misal mengatur kamar agar lebih menyenangkan, berolahraga atau menyalurkan hobi,” tuturnya.
“Kegiatan kegiatan itu bisa meminimalisir perasaan depresi. Jangan lupa juga tetap terhubung dengan orang lain baik di media sosial maupun secara langsung dengan orang yang dikenal dan bisa menguatkan,” imbuhnya.
Baca Juga: Perempuan di Kota Malang Gagal Bunuh Diri usai Hubungi Ibunya
Di sisi lain, Fuji juga menyarankan agar keluarga, kerabat atau teman orang yang depresi bisa memberikan empati dan tidak menghakimi. Sebab menurutnya, hal hal aneh yang dilakukan orang depresi bisa jadi hanya ingin menunjukkan bahwa dia ingin diperhatikan.
“Cobalah cari akar masalahnya dan jadi tempat ternyaman dengan tidak mengungkit ungkit permasalahan orang yang depresi itu,” paparnya.
Fuji menegaskan bahwa kesehatan mental sangat penting dan sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Namun keduanya memerlukan penanganan yang berbeda karena sama sama memiliki potensi kematian.
“Oleh karena itu mari peduli dengan kesehatan mental kita. Setidaknya jika belum bisa membantu, jangan mendeskreditkan orang yang mengalami masalah dalam kejiwaan,” kata dia.
Lebih lanjut, Fuji juga menyarankan pemerintah memberikan perhatian pada fasilitas fasilitas umum yang banyak digunakan untuk melakukan aksi percobaan bunuh diri. Seperti jembatan dan tempat ketinggian.
“Misalnya ada keinginan bunuh diri, tapi kalau tidak ada tempat yang mendukung, keinginan itu bisa tidak terealisasi. Jadi tempat yang berpotensi dijadikan lokasi bunuh diri disarankan diperhatikan,” ujarnya.
“Fasilitas seperti jembatan itu misalkan sudah berkali kali digunakan untuk bunuh diri, harus ada langkah agar diberi pengaman. Dengan demikian niat niat seperti itu bisa diminimalisir,” tambahnya.
Selain itu, Fuji juga menyarankan pemerintah untuk memperkuat pendidikan mental generasi muda secara dini melalui kurikulum pendidikan.
“Pendidikan mental itu salah satunya adalah pelajaran untuk menyelesaikan masalah, menghadapi masalah hingga pelajaran menghadapi kegagalan,” tandasnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Herlianto. A