Dr.dr.Amalia Tri Utami,M.Biomed
Prilaku Seks menyimpang seperti Anal seks adalah istilah yang digunakan untuk setiap aktivitas seksual yang melibatkan anus. Aktivitas seksual ini dilarang dalam Islam. Dari Imam At-Tirmidzi dan An-Nasa’i meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى رَجُلٍ أَتَى رَجُلاً أَوْ امْرَأَةً فِيْ الدُبُرِ
Artinya: “Allah tidak akan melihat orang laki-laki yang bersetubuh dengan sesama laki-laki atau orang laki-laki yang menyetubuhi perempuan di duburnya.”
Apakah seks melalui anal bisa menyebabkan penyebaran virus COVID-19?
Tentu saja bisa dan sangat berbahaya. Penelitian menggunakan imunofluoresen menunjukkan bahwa protein ACE2, yang telah terbukti menjadi reseptor sel untuk SARS-CoV-2, banyak diekspresikan dalam sel kelenjar epitel lambung, duodenum, dan, mendukung masuknya SARS-CoV-2 ke dalam sel inang.
Pewarnaan ACE2 jarang terlihat pada mukosa esofagus, mungkin karena epitel esofagus terutama terdiri dari sel epitel skuamosa, yang mengekspresikan lebih sedikit ACE2 daripada sel epitel kelenjar.
Dari penelitian yang telah dipublikasikan dalam jurnal internasional, deteksi RNA SARS-CoV-2 dan pewarnaan intraseluler protein nukleokapsid virus pada epitel lambung, duodenum, menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 menginfeksi sel-sel epitel kelenjar gastrointestinal. Meskipun RNA virus juga terdeteksi di jaringan lendir esofagus, tidak adanya pewarnaan protein nukleokapsid virus pada mukosa esofagus menunjukkan infeksi virus yang rendah pada mukosa esofagus.
Setelah masuk virus, RNA dan protein spesifik virus disintesis dalam sitoplasma untuk merakit virion baru yang dapat dilepaskan ke saluran pencernaan. Deteksi positif terus menerus dari RNA virus dari tinja menunjukkan bahwa virion infeksius disekresikan dari sel-sel gastrointestinal yang terinfeksi virus.
Belum lama ini, ilmuwan telah mengisolasi SARS-CoV-2 yang menular dari tinja, mengkonfirmasikan pelepasan infeksi virion ke saluran pencernaan. Oleh karena itu, penularan tinja-oral bisa menjadi rute tambahan untuk penyebaran virus ini.
Penelitian menyoroti signifikansi klinis pengujian RNA virus dalam tinja dengan reaksi berantai reverse transcriptase polymerase real-time (rRT-PCR) karena virion yang dilepaskan dari saluran pencernaan dapat diamati.
Pada lebih dari 20% pasien dengan SARS-CoV-2, ditemukan bahwa hasil tes untuk RNA virus tetap positif dalam tinja, bahkan setelah hasil tes untuk RNA virus di saluran pernapasan telah menjadi negatif.
Hal ini menunjukkan bahwa infeksi gastrointestinal virus dan potensi penularan tinja-oral dapat berlangsung bahkan setelah pembersihan virus di saluran pernapasan. Oleh karena itu, penulis sangat menyarankan agar masyarakat tidak melakukan seks melalui dubur walaupun tidak terdeteksi positif melalui tes swab orofaring.
*Dosen Fakultas Kedokteran salah satu PTN di Kota Malang
Penulis buku
1. Muslim Doctor (lambert publishing)
2. Blink Blink Solutions from Prophet Muhammad: To Solve Medical Cases in COVID-19 Era (lambert publishing)
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id