Tugumalang.id – Musik hip-hop menghadirkan musik untuk segala kalangan dan usia dengan pemilihan kalimat sederhana yang positif
Seperti yang biasa dibawakan Bonerutzy Si Boim dari Turen. Dalam suatu kesempatan dia bercerita kisah bermusik di acara Mbeber Klasa Lesbumi Kota Malang, Senin (7/11/2022). Boim mengenalkan hip-hop dengan lirik yang mudah dan bisa dipahami semua kalangan.
Lim Hardian Ansori, nama asli Boim, mencoba membangun stigma musik hip hop agar ramah untuk siapapun. Bahkan lagu-lagunya pernah dinyanyikan di sebuah pesantren.
“Hip-hop itu segala kalangan dan usia, dengan pemilihan kalimat sederhana yang positif tapi insyallah lirik dari musik saya mudah dilantunkan dan mudah untuk dipahami dengan isi dari lirik yang positif. Dan saya sudah pernah membawa lagu ini ke pesantren-pesantren,” kata Boim.
Dalam acara tersebut memperkenalkan sebuah album “ISOMAN” karya Bonerutzy, yaitu musik hip hop dengan semangat untuk berperilaku positif dalam hal apapun dan softlaunching “Suluk Sulam” karya Ki Sutak Wardiono.
Pada awal acara di buka dengan lagu berjudul “Riyaya” dan “South M Fella”, yaitu lagu yang menceritakan tentang kesempurnaan dan persatuan dalam suatu perbedaan.
“Lagu riyaya memiliki arti bahwa se jelek-jeleknya pasti ada bagusnya atau se bagus – bagusnya pasti ada jeleknya, manusia tidak ada yang sempurna. Lalu lagu kedua South M Fella menceritakan tentang adanya sebuah perbedaan latar belakang atau apapun tetapi kita tetap bersahabat dan bahkan menjadi saudara,” jelas Boim mengenai lagunya sebagai pembuka acara.
“Walau latar belakang keluarga kita berbeda, musik yang kita mainkan pun yo juga tak sama, tapi satu hal yang semoga tak pernah musnah persahabatan di atas cinta itu yang utama” sepenggal lirik dari lagu yang berjudul South M Fella.
Lirik lagu yang mengandung ajakan atau kalimat – kalimat untuk berbuat baik tercipta karena memang kehidupan dari Boim yang dekat atau identik dengan berbagai masalah sosial yang sering terjadi.
“Dari sekian jenis hip hop kenapa saya memilih jalan ini ya memang saya dekat dengan semua hal itu seperti perbedaan latar belakang, etnis, agama dan sebagainya. Apabila saya dekat dengan orang – orang politik mungkin lagu saya juga akan seputar politik, jadi kehidupan pribadi saya sendiri lah yang mempengaruhi terciptanya lirik – lirik seperti itu,” kata Boim.
Album “ISOMAN” dipersembahkan untuk rekannya bernama Basia S Kaban yang meninggal sebelum projek album ini rampung digarap. Kemudian tercipta nama album “ISOMAN” itu sendiri untuk mengenang almarhum Basia.
Kemudian acara dilanjutkan dengan soft launcing dari Dewan Pakar Lesbumi NU Kota Malang Ki Sutak Wardiono. Ki Sutak memperkenalkan lantunan musik Jawa halus dengan judul “Suluk Sulam”. Suluk ini adalah sebuah ajakan untuk berbuat taat kepada agama.
“Suluk Sulam ini memiliki arti sebuah ajakan untuk memperbaiki. Sulam itukan tindakan untuk memperbaiki luka, maka di sulam atau di jahit. Maka bisa di artikan suluk sulam ini sebagai peringatan agar kita selalu taat dan memperbaiki atau menghapus dosa dengan taat itu tadi.” terang Ki Sutak.
Sebelum acara ditutup, “Suluk Sulam” dinyanyikan terlebih dahulu oleh putri dari Ki Sutak. Kemudian acara di tutup dengan 2 lagu dari Boim yang berjudul “Indahnya Berbagi” dan “Isoman” yang juga digunakan sebagai nama albumnya.
Mbeber Klasa bersama Bonerutzy dipandu moderator Fajrus Sidiq. Selain berbagi cerita bersama Bonerutzy, juga dilangsungkan soft launching Suluk Sulam karya Ki Sutak Wardiono. Mbeber Klasa ditutup dengan penyematan cindera mata kepada Boim, yang diberikan langsung oleh Ketua Lesbumi Kota Malang Fathul H Panatapraja.
Penulis: Ardia Anwar Sanusi