Tugumalang.id – Feedloop merupakan salah satu startup yang fokus pada transformasi digital atau pemerataan digital bagi masyarakat. Mereka menjadi pelopor di Indonesia dalam membuat aplikasi tanpa coding.
Aplikasi tanpa coding ini membuat orang yang tak memiliki basic digital bisa memiliki aplikasi. Selain itu, lebih cepat dibuat dan tentu saja harganya yang terjangkau. Ini cocok untuk Usaha Kecil Menengah (UKM) yang ingin bertransformasi ke digital.
Startup yang beralamat di Jl Karang Tinggal No 31, Cipedes, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung, itu didirikan oleh tiga orang yaitu Muhammad Ajie Santika selaku CMO & Co Founder, Ahmad Rizqi Meydiarso selaku CEO & Co Founder, dan Ronaldi Kurniawan Saphala selaku CTO & Co Founder.
Tim Jelajah Jawa-Bali, Mereka yang Memberi Arti berkunjung ke kantor Feedloop. Di kantor seluas 700 meter persegi itu, kami berbincang dengan Baez Risty, marketing manajer Feedloop. Perbincangan hangat berlangsung di ruang modular yaitu tempat meeting kecil yang portable.
Menurut Baez, Feedloop menyediakan platform untuk membuat aplikasi. Ada dua produk yaitu Qore dan customer data experience. Produk pertama itu memungkinkan pengguna membuat aplikasi tanpa perlu memahami bahasa pemprograman atau coding.
Sederhananya, Feedlop punya aplikasi untuk buat aplikasi tapi tanpa coding, dengan begitu bisa membuat aplikasi lebih cepat dan dengan harga yang lebih terjangkau.
“Karena tanpa coding itu, akhirnya untuk membuat aplikasi tidak perlu resourse yang banyak dan waktu lebih cepat,” kata Baez, beberapa waktu lalu.
Kemudian, modelnya adalah costum, jadi Feedloop datang ke klien bertanya butuh aplikasi apa, lalu dibuatkan sesuai dengan yang diinginkan oleh klien atau pengguna.
Turunan dari program ini ada Buatin.app. Aplikasi ini disediakan untuk UKM karena sudah ada primate templatenya. “Jadi kita sudah punya template-template, tetapi masih bisa diubah. Misalnya, klien tidak ingin fitur ini atau itu, maka masih bisa diubah sesuai dengan kebutuhan dari klien,” kata dia.
Adapun produk customer data experience, menurut Baez, yaitu untuk optimasi marketing terhadap targetnya, bisa juga untuk kampanye dan juga journey.
Gambaran sederhana pembuatan aplikasi tanpa coding kira-kira begini. Misalnya ada satu media online yang ingin membuat aplikasi, maka tinggal mengontak website Feedloop. Lalu ngobrol-ngobrol dengan pihak Feedloop tentang seperti apa aplikasi yang diinginkan, termasuk butuh fitur apa saja.
“Setelah ngobrol-ngobrol mau dibuat kerangka dulu boleh, atau mau langsung dibuatkan aplikasinya juga boleh,” kata dia.
Menariknya, bila membuat aplikasi biasanya butuh waktu hingga sembilan bulan, maka di Feedloop satu bulan sudah beres. “Jadi lebih cepat, lebih murah dan, lebih efisien,” kata dia.
Sampai sejauh ini, Feedloop telah menangani lebih dari 36 klien sejak berdiri. Klien inipun beragam, mulai dari sektor pemerintahan, startup, hingga usaha. “Kita di Kominfo pernah, di seribu startup digital, tetapi kebanyakan untuk enterprise sih, kita BRI juga pernah dan juga bantu PT Paragon juga,” kata dia.
Biayanya cukup beragam, biasanya mulai dari Rp2 juta per bulan. “Ini kalau aplikasi yang primate yaitu ngikuti template yang ada, kalau yang costum bisa sampai Rp3 juta,” jelasnya.
“Yang primate itu kita punya klinik app, invoicing, dan lainnya. Tapi ini masih bisa dicustom lagi,” imbuhnya.
Program Beasiswa
Selain itu, Feedloop juga konsen di pendidikan, khususnya pendidikan digital, salah satu programnya adalah Feedloop Fellowship. Tahun 2022 baru terselenggara. Dengan program ini mereka mengajak anak-anak SMK hingga mahasiswa yang memiliki ketertarikan untuk membuat aplikasi.
“Anak-anak ini berasal dari Sabang sampai Merauke. Yang pengen buat aplikasi untuk memajukan daerahnya, kita fasilitasi,” kata Baez.
Para anak-anak ini dipilih dari para pendaftar yang saat itu berjumlah 2.100 orang dari SMK dan universitas seluruh Indonesia. Lalu diseleksi menjadi 10 orang terbaik. Nah, 10 orang ini yang diberikan pembelajaran dan kelas-kelas terkait pembuatan aplikasi tanpa coding.
“Kami tidak hanya berikan soal aplikasi aja, tetapi tentang design thinking, computational thinking, dan lainnya,” kata dia.
Hingga akhirnya, anak-anak bangsa itu diberikan bekal untuk membuat aplikasi dan hasil akhirnya mereka punya aplikasi masing-masing menggunakan Feedloop Qore. “Jadi mulai awal pembelajaran sampai mereka punya aplikasi itu hanya satu bulan,” kata dia.
Berapa orang tim Feedloop? Menurut Baez ada 100 orang tim inti. Salah satunya CEO PT Paragon Technology and Innovation, Salman Subakat. Dia menjadi salah satu share holdernya. Sejumlah orang ini ada di beberapa tempat, ada di Jakarta, Surabaya, dan bahkan di Malang. “Karena memang banyak enginer-enginer di daerah itu yang juga bagus-bagus,” kata dia.
Dia juga bercerita bahwa Feedloop telah dipercaya sebagai penerima pendanaan dari Telkomsel Mitra Inovasi, East Ventures, dan Aksara Ventures.
Catatan ini adalah bagian dari program Jelajah Jawa-Bali, tentang Inspirasi dari Kelompok Kecil yang Memberi Arti oleh Tugu Media Group x PT Paragon Technology and Innovation. Program ini didukung oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP), Pondok Inspirasi, Genara Art, Rumah Wijaya, dan pemimpin.id.
Reporter: Herlianto A
Editor: Lizya Kristanti