Tugumalang.id – Pemkot Batu berencana tegas merelokasi semua hunian yang berada di atas tanah bergerak di Dusun Brau, Kota Batu, Jawa Timur, ke tempat yang aman. Ini urgensinya kenapa warga direkomendasikan untuk pindah ke tempat yang aman.
Seperti diketahui, fenomena tanah bergerak kembali melanda pada Kamis (14/3/2024). Total 10 rumah warga, bangunan sekolah hingga jalan beraspal mengalami keretakan parah. Kejadian yang sama juga terjadi pada 2011 lalu,
Warga terdampak juga sudah dipindahkan ke hunian sementara (huntara), namun warga memilih kembali ke rumah yang sudah ditetapkan sebagai kawasan rentan. Kini, status huntara itu sudah dicabut karena izin sewa lahannya sudah habis.
Baca Juga: Bangunan Sekolah Rawan Roboh Akibat Tanah Bergerak di Kota Batu Segera Dipindah
Bicara soal urgensi warga Dusun Brau memilih opsi relokasi didasarkan dari kajian para ahli, baik ahli geologi dan PVMBG sudah tidak merekomendasikan kawasan itu tidak ditinggali. Ada 2 faktor yang melatarbelakangi hal itu.
Aneh! Ahli Temukan Jenis Tanah Ekspansif
Kepala BPBD Kota Batu, Agung Sedayu, menuturkan, penyebab tanah bergerak di sana belakangan diketahui karena kondisi tanah yang jenuh. Ini mengingatkan ditemukannya sumber mata air yang berada di lereng Bukit Banyak Paralayang.
Agung Sedayu menjelaskan, tim peneliti gabungan menemukan fakta bahwa jenis tanah di sana merupakan tanah ekspansif. Tanah ekspansif merupakan jenis tanah yang dapat mengalami perubahan volume secara cepat akibat konsentrasi kadar air di dalam tanah.
Baca Juga: Tanah Gerak di Dampit Akibatkan Retakan Sepanjang 50 Meter dan Lebar 20 centimeter
”Kalau tidak ada kandungan air, tanah ekspansif ini bisa sangat keras sekali. Tapi begitu kena air, cepat berubah jadi kayak bubur. Jenis tanah ini ditemukan di beberapa titik, salah satunya ya di kawasan sekolah itu,” papar Agung, Senin (25/3/2024).
Masalahnya, lanjut Agung, konsentrasi debit air di bawah permukaan tanahnya sangat besar, terlebih di musim penghujan. Belum lagi ketambahan debit air dari sumber mata air yang ditemukan di bagian lereng.
“Tekanan air dari sumber di lereng itu besar sekali, itu yang menambah potensi bahaya. Artinya, hal itu masih berpotensi terus terjadi. Berbahaya bagi keselamatan warga, terutama bagi bangunan SD SMP Satu Atap,” kata dia.
Ada Lapisan Akuifer Besar di Bawah Permukaan Tanah
Selain itu, hasil kajian juga menemukan fakta bahwa di bawah permukaan tanah di sana terdapat lapisan akuifer dengan volume sangat besar. Kombinasi 2 faktor (tanah ekspansif dan akuifer) ini semakin menguatkan rekomendasi kawasan untuk tidak ditinggali.
”Hal inilah yang membuat tanah di sekolah hingga di jalan aspal ada yang ambles. Jadi ada lapisan akuifer dengan debit cukup besar terkonsentrasi di beberapa titik kawasan,” ujarnya.
Sebagai antisipasi, sebelumnya BPBD Kota Batu telah membuat sumur pelegah untuk mengurangi kadar air tanah. Ada 2 unit sumur yang dibangun. Namun itu belum menyelesaikan masalah karena kadar air yang terlalu tinggi.
Seharusnya, pihak BPBD bisa membangun lebih banyak sumur pelegah, namun terkendala lahan yang terbatas. Tak hanya itu, pihak desa juga pernah mendapat bantuan pembangunan tanggul untuk menahan laju air.
”Tapi itu juga bukan solusi. Sedalam apa tanggul itu dibangun? Kan yang namanya air masih bisa lewat pori-pori tanah lain yang tidak tersentuh tanggul,” ungkapnya.
Opsi Relokasi, Solusi Konkrit
Sebab itulah, opsi relokasi menjadi solusi konkrit untuk menjawab permasalahan ini. Menurut Agung, total ada 10 rumah yang kini berada dalam status rentan. Hanya saja, banyak warga yang enggan untuk pindah.
Seperti dikatakan Winarti, salah satu warga yang terdampak kerusakan rumah juga mengaku berat untuk pindah rumah ke tempat lain. Ia merasa rumah itu merupakan rumah satu-satunya yang ia tinggali sejak kecil. “Daripada pindah, saya ingin pemerintah membangun tanggul saja,” ujarnya.
”Memang opsi relokasi ini gak bisa langsung sat set ya. Makanya untuk tahun ini, dari arahan Pak Pj Wali Kota kemarin fokus untuk merelokasi sekolah dulu, yang paling urgen karena banyak anak kecil,” kata Agung mengomentari keinginan warga.
Sementara, untuk opsi relokasi pemukiman warga, pihaknya sudah memetakan sejumlah kawasan yang relatif aman dari bahaya pergerakan tanah. Total ada 4 titik kawasan yang bisa menjadi opsi lahan untuk merelokasi 10 rumah warga yang berdiri di atas tanah rentan.
”Sambil nunggu pembahasan, kami akan terjunkan personel patroli pengawasan di sana secara intensif,” tegasnya.
Relokasi Sekolah Ditarget Pindah Tahun Ini
Opsi yang sama dikatakan Pj Wali Kota Batu Aries Agung Paewai bahwa opsi relokasi, khususnya untuk bangunan sekolah akan dipercepat.
Pihaknya tak ingin terjadi kejadian tak diinginkan, apalagi berkaitan dengan siswa sekolah. Solusi konkritnya kata Aries hanya satu yaitu pindah atau relokasi ke tempat yang aman.
”Posisi sekolah sangat rawan dan akan berdampak pada keselamatan murid apabila dibiarkan tetap bersekolah di sana,” kata Aries usai berkunjung ke lokasi, Senin (18/3/2024) lalu.
Aries berharap pihak desa dan kecamatan proaktif mencari solusi lahan relokasi yang aman dan tidak jauh dari Dusun Brau. Selain itu, ia mengimbau masyarakat juga memahami resikonya jika tetap bertahan di kawasan itu.
”Ini (pergerakan tanah, red) kan sudah terjadi hampir tiap tahun. Mungkin saat ini gak parah, tapi gak tau ke depannya. Tapi saya pikir, keputusan relokasi sudah tepat, nanti akan kami kaji lagi secara utuh sebelum melakukan relokasi,” ungkapnya.
Sejauh ini, Pemkot Batu mendorong agar pihak desa dan camat bisa segera mencarikan lahan relokasi yang lain. Nantinya, Pemkot Batu akan mendukung penuh bisa dengan cara tukar guling tanah dengan Pemkot Batu.
”Misal dari kecamatan dan desa cepat mencari tanah, semakin cepat pula pengurusan administratif di tingkat kami di Pemkot,” harapnya.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter : M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A