Tugumalang.id – Vihara Dhammadipa Arama berada di Jalan Raya Mojorejo, Dusun Ngandat, Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Rumah ibadah umat Buddha tersebut, merupakan vihara tertua di Kota Batu.
Kepala Vihara Dhammadipa Arama Kota Batu, Bhikkhu Khanthidaro, menuturkan bahwa pendirian Vihara Dhammadipa Arama dimulai dengan bangunan sederhana. Namun keberadaannya mampu dipertahankan di tengah perkembangan zaman.
“Vihara Dhammadipa Arama didirikan pada 1971 sampai sekarang. Dulunya hanya gubug berdinding dari bahan bambu, jendela dan pintunya juga dari bambu, tiang-tiangnya juga dari bambu,” ujarnya.
Peran umat Buddha memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan pembangunan Vihara Dhammadipa Arama. Untuk itu, pesan kedamaian akan terus dia sebarkan kepada semua umat.
“Waktu itu masih minim dana untuk pembangunan, karena umatnya masih sedikit. Saat ini menjadi sebesar ini karena perhatian umat yang mendanai pembangunan vihara, rumah ibadah ini,” tuturnya.
Aktivitas religi begitu kental dirasakan dalam Vihara Dhammadipa Arama. Suasana yang tenang membuat pengunjung merasa damai memasuki rumah ibadah tersebut.
Pengunjung akan disuguhi pemandangan khas umat Buddha Kota Batu saat memasuki gerbang vihara. Pohon mojo yang kental akan sejarah juga tumbuh di antara pesan-pesan suci yang tertulis di tiang setinggi satu meter di halaman vihara tersebut.
Sebelum memasuki vihara, gapura unik dengan patung dua arca tampak menghiasi rumah ibadah tersebut. Di sampingnya juga tertulis tata tertib di dalam vihara, seperti dilarang membunuh semua jenis makhluk hidup, dilarang berbicara keras, bebas asap rokok, dan lainnya.
Setelah itu, sejauh mata memandang, pengunjung akan menemui bangunan-bangunan unik di dalamnya. Salah satunya pagoda kedamaian berwarna emas, Patirupaka Shwedagon, sebagai tempat ibadah dan meditasi yang diresmikan pada tahun 2003.
Disamping pagoda, juga terdapat lorong kecil menuju museum. Dalam museum itu terdapat benda-benda yang berhubungan dengan sejarah penyebaran agama Buddha.
Memasuki area vihara lebih dalam, pengunjung akan menemui Patung Buddha Tidur berwarna emas berukuran besar. Selain itu, juga terdapat patung-patung Buddha dan pengikutnya menghiasi taman Vihara Dhammadipa Arama.
“Aku bertekad, walaupun kulitku, uratku, dan tulangku yang tersisa, dan walaupun daging dan darahku mengering dalam tubuhku. Aku tidak akan mengendurkan usahaku sebelum aku mencapai apa yang dapat dicapai dengan kekuatan manusia, dengan kegigihan manusia, dengan usaha manusia,” tertulis dalam pesan salah satu patung Buddha (Samyutta Nikaya 21.3).
Reporter: M Sholeh
Editor: Lizya Kristanti