Malang, tugumalang.id – The 12th Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) 2023 bakal digelar di Universitas Negeri Malang (UM) pada 23-27 November 2023. Pemikiran arkeolog Prof. Dr. Edi Sedyawati tentang Ganesa, seni pertunjukan hingga repatriasi benda benda purbakala Indonesia akan dibedah dalam acara BWCF itu.
Prof Edi Sedyawati merupakan mantan Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1993-1998) yang wafat tahun 2022 lalu. Dia adalah sosok intelektual yang memiliki banyak dimensi pemikiran terutama di bidang arkeologi, seni dan budaya.
Kegiatan BWCF ini didedikasikan untuk membedah pemikiran besar Prof Edi mengenai nusantara dalam nilai nilai kehidupan. Berbagai acara mulai pidato kebudayaan, launching buku, dokumenter, lecture, bazar buku, workshop arkeologi dan tari yang digeluti Prof Edi hingga pergelaran seni pertunjukan dan sastra akan helat dalam BWCF 2023 ini.
Baca Juga: 5 Tarian Khas Malang, Nomor 5 Memiliki Makna Kehidupan
Selain itu, dalam helatan BWCF 2023 nanti juga akan digelar pergelaran Tari Topeng Desa Kranggan, pemutaran video Ganesa Karangkates, film dokumenter Topeng Malangan hingga penampilan seni pertunjukan dari Anwari hingga Nova Ruth.
Event akbar BWCF kali ini akan mengangkat tema “Membaca Ulang Pemikiran Prof. Dr. Edi Sedyawati: Ganesa, Seni Pertunjukan, dan Repatriasi Benda-Benda Purbakala Indonesia”.
Pendiri BWCF, Seno Joko Suyono mengatakan bahwa upaya repatriasi benda purbakala merupakan isu strategis yang harus terus dikawal. Terlebih masih banyak sekali situs prasejarah penting dari Indonesia yang hilang dan justru berada di negara lain.
“Upaya repatriasi benda benda purbakala menjadi isu yang sangat aktual tahun ini. Apalagi masih banyak situs penting milik Indonesia yang justru ada di tangan negara lain,” kata Seno.
Dia mengatakan, situs maupun benda purbakala seperti manuskrip hingga lontar lontar Istana Cakranegara Lombok saat ini masih ada di Museum Leiden Belanda. Beberapa arca Ganesha dan Durga Candi Singosari juga masih ada yang belum dikembalikan dari Museum Leiden.
Baca Juga: Mengenal 2.000 Koleksi Topeng Bersejarah di Museum D’Topeng Malang
Kemudian prasasti Sangguran yang seharusnya ada di Kota Batu juga nyasar di Skotlandia. Lalu ada Prasasti Airlangga yang kini masih ada di Museum Kolkata India. Seno berpandangan bahwa semua benda tersebut seharusnya dikembalikan ke tanah air.
“Sebetulnya ada banyak polemik dalam repatriasi ini. Banyak kekhawatiran ketika benda benda ini dikembalikan ke Indonesia ini apa bisa terjamin keamanannya, perawatannya,” ujarnya.
Seno mengungkapkan bahwa permasalahan itu akan dibahas dan dikaji dalam BWCF 2023 bersama pakar dari lintas disiplin ilmu, mulai arkeologi, sejarah, seni, budaya, antropologi hingga filologi. Dia berharap acara tersebut bisa membuka wawasan tentang kekayaan pemikiran nusantara agar dikenal oleh khalayak luas termasuk generasi muda.
“Ini kami adakan di Malang merupakan upaya untuk memperluas cakrawala pemikiran seni dan kebudayaan. Sehingga bisa berkembang di daerah daerah. Kalau sebelumnya kan hanya digelar di Borobudur saja,” tandasnya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Reporter: M Sholeh
editor: jatmiko