MALANG – Nasib nahas menimpa Anita Angelika, 38, warga Jalan Mawar, Kota Malang. Saat membonceng kedua anaknya dengan sepeda motor, dan melintas di Jalan Jaksa Agung Suprapto, tiba-tiba pagar salah satu rumah roboh lalu menimpa mereka bertiga.
Peristiwa itu terjadi pada Minggu (14/11/202). Kedua anak Anita kakinya mengalami patah tulang. Namun lain halnya dengan Anita, kakinya tertimpa langsung tembok pagar. Kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Kota Malang.
“Kodisi istri saya setelah kaki kirinya diamputasi itu sekarang tatapan matanya kosong, kayak ngeblank gitu,” ujar Nugroho Widhianto, suami Anita ditemui di kediamannya, Rabu (1/12/2021).
Dia mengatakan bahwa istrinya telah menjalani dua kali operasi. Sementara kaki istrinya diamputasi pada Selasa (30/11/2021). Kemudian dia juga menguburkan kaki kiri istrinya usai diamputasi.
“Kata dokter itu jalan terbaik, kakinya udah hancur dan pembulu darahnya infeksi juga. Jalan satu satunya keputusan dokter ya amputasi,” ucapnya dengan mata berkaca kaca.
Dikatakan, sejak tiga pekan tertimpa tembok itu kondisi kaki istrinya justru terus memburuk meski telah mendapat penanganan dokter yang merawatnya di RSSA.
“Sejak kejadian itu, kondisi kunjung membaik dan makin lama semakin memburuk. Kata dokter ada pembusukan dan infeksi. Makanya kalau tidak diamputasi akan menjalar ke nyawa,” jelasnya.
Usai mendengar kabar kaki istrinya harus diamputasi, dia mengaku sangat sedih dan mentalnya down. Bahkan hingga saat ini dia belum bisa fokus bekerja di bengkel lantaran harus mengurus keperluan medis istrinya.
Selain itu, dia juga harus merawat anaknya di rumah yang juga tengah menjalani pemulihan usai kedua kakinya patah tulang dalam kejadian tembok roboh tersebut.
“Ini kedua kaki anak saya dipen untuk meluruskan tulangnya. Kalau kaki kanan udah bisa nekuk, yang kaki kiri hanya bisa gerak dikit dikit. Tapi kondisi lukanya itu yang agak serius,” bebernya.
Sementara anaknya yang masih duduk di bangku kelas 5 SD itu juga harus terus melanjutkan sekolahnya dari rumah agar tak ketinggalan pelajaran. Disebutkan, dia juga harus mondar mandir ke sekolah anaknya untuk mengambilkan tugas sekolah anaknya.
“Alhamdulillah anak saya satunya, yang kecil, yang juga tertimpa itu sekarang sudah sehat,” tuturnya.
Dia juga mengaku bersyukur semua pembiayaan medis istri dan kedua anaknya dibebaskan oleh Kartu BPJS. Namun dia juga mengaku sering mendapatkan resep obat dari dokter yang tak bisa diklaimkan menggunakan Kartu BPJS itu.
“Dokternya bilang harus beli obat ini itu tapi tidak dicover BPJS, otomatis saya kan bingung. Waktu itu saya cari uang ke teman hingga saudara dan saya juga menghubungi RT bahwa saya butuh uang untuk berobat,” paparnya.
“Akhirnya sama RT dimintakan ke pemilik rumah yang temboknya roboh itu. Karena saat itu saya nggak sanggup beli obat yang satunya itu seharga Rp 500 ribu,” imbuhnya.
Kini dia harus menanti pemulihan kesehatan istrinya yang masih dirawat di RSSA. Namun dokter juga menginformasikan bahwa istrinya juga harus menjalani operasi ke tiga pada kaki bagian atas.
“Saya gak tau kapan istri saya bisa pulang. Ini masih ada operasi ketiga juga. Saya terus mencoba berjuang untuk kembali semangat agar anak istri saya juga semangat,” ucapnya.
“Saya berharap saya masih bisa membelikan popok untuk anak saya yang kecil. Lalu mudah mudahan istri saya bisa segera sembuh dan bisa beraktivitas kembali,” pungkasnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Jatmiko