MALANG | Tugumalang.id – Supriatna (57) memiliki keahlian yang tak dimiliki banyak orang. Ia bisa mengolah limbah ban menjadi karya seni berupa replika hewan raksasa.
Rumahnya yang terletak di Kelurahan Cepokomulyo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang bak sebuah galeri pribadi yang dipenuhi dengan karya-karyanya.
Kepada reporter Tugu Malang, pria yang akrab dipanggil Nana ini menceritakan awal ia mengerjakan karya seni adalah ketika melihat limbah ban menumpuk di tempat penampungan sampah sementara reduce, reuse, recycle (TPS 3R) Kelurahan Cepokomulyo.
“Saya dulu pengurus TPS 3R. Di sana banyak sampah, tidak hanya rumah tangga, tetapi juga usaha-usaha seperti bengkel dan sebagainya. Pada waktu itu ban bekas banyak sekali sampai-sampai saya bingung bagaimana caranya mendaur ulang,” kenangnya.

Nana yang sebelumnya sering membuat replika dari sampah seperti tikar dan terpal bekas akhirnya mencoba membuat replika hewan dengan menggunakan ban bekas.
Ia pertama kali mencoba membuat replika aneka jenis burung pada tahun 2016. Saat itu ia juga masih menggunakan alat-alat yang sederhana.
“Waktu itu belum sempurna. Saya coba perbaiki. Akhirnya lama-lama menjadi bagus walaupun waktu itu masih sederhana, ya,” tuturnya.
Meski membuat banyak replika burung, ban bekas di TPS 3R di Kelurahan Cepokomulyo seakan tidak berkurang. Menurut Nana, satu buah replika burung membutuhkan tiga buah ban. Sedangkan setiap hari ada 10-20 ban bekas yang masuk ke TPS.

Akhirnya ia memutuskan untuk membuat replika dalam ukuran besar seperti replika kadal raksasa yang membutuhkan 40 buah ban.
Ia kemudian memamerkan karya-karyanya di media sosial. “Banyak yang tertarik, bahkan ada yang berkomentar ini sudah layak jual,” kata Nana.
Awalnya ia agak kesulitan mematok harga. Namun akhirnya ia menjual karya-karyanya tersebut dengan harga mulai dari Rp 75 ribu.
Dari penjualan tersebut, ia memiliki modal untuk membeli alat-alat yang bisa mendukung pembuatan replika agar lebih cepat dan lebih bagus.
“Akhirnya saya beli alat bot, gerinda, dan mesin las. Jadi kualitasnya semakin bagus,” ujar Nana.

Semakin lama, karya Nana pun semakin dikenal. Di tahun 2019, ia diundang ke Kalimantan untuk membuat replika hewan-hewan raksasa. Beberapa replika yang ia buat adalah iguana dengan panjang 13 meter, dinosaurus dengan panjang 6,5 meter, dan sepeda motor Harley Davidson dengan tinggi lebih dari dua meter.
“Ada juga kuda dan gajah yang ukurannya di atas normal. Saking besarnya, saya harus naik tangga. Kemudian ada burung-burung seperti angsa, bangau, dan enggang,” imbuh Nana.
Ia juga melakukan hal serupa di Kabupaten Gresik pada tahun 2020. Di sana ia membuat dinosaurus setinggi tujuh meter yang menghabiskan 1.000 ban.
Belum selesai mengerjakan proyek tersebut, ia kembali mendapat pesanan untuk membuat kelelawar raksasa dengan panjang rentangan sayap kurang lebih 10 meter. Replika tersebut dibangun di tempat wisata Gua Lowo di Desa Melirang, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik.
“Inisiatifnya Kepala Desa Melirang waktu itu minta dibuatkan kelelawar raksasa,” kata Nana.

Sejak itu, pesanan terus datang bertubi-tubi. Ia sering mendapat pesanan replika lebah raksasa untuk pengusaha madu. Ia juga membuat banyak replika burung di Eco Green Park.
Selama mengerjakan replika-replika ini, Nana mengaku sempat menemui beberapa kesulitan. Salah satunya adalah ia kesulitan menemukan tenaga kerja yang bisa membantunya.
“Selama ini saya mengerjakan semua sendiri, termasuk yang ukurannya raksasa,” ujar Nana.

Ia menambahkan ada banyak orang yang ingin membantu, namun tidak ada yang memiliki keahlian yang dibutuhkan. Keahlian dasar yang setidaknya dimiliki adalah memotong ban.
“Kalau dia nggak pernah motong ban, berarti dia nggak bisa bantu saya,” imbuh Nana.
Selain itu, kesulitan yang ia hadapi adalah membuat hewan replika yang ia buat terlihat hidup.
“Misal, ayam ini harus benar-benar terlihat seperti ayam bangkok, mulai dari paruh hingga wajahnya. Jangan sampai terlihat seperti burung lain atau hewan lain,” terang Nana.

Untuk membuat replika yang benar-benar mirip dengan hewan aslinya, Nana kerap mempelajari anatomi hewan.
Bahan yang digunakan Nana untuk membuat replika ini adalah ban sepeda motor. Semua jenis ban asalkan masih untuk sepeda motor bisa ia gunakan. Menurutnya, setiap jenis ban memiliki karakteristik tersendiri yang cocok digunakan untuk berbagai macam hewan.
Misalnya ban sepeda motor matic cocok untuk digunakan membuat replika burung karena bentuknya mirip bulu. Kemudian ban yang memiliki banyak gerigi cocok untuk membuat replika katak.
“Semua ban itu berguna dan berfungsi untuk dibuat jenis-jenis replika,” kata Nana.
Catatan ini adalah bagian dari program Jelajah Jawa-Bali, tentang Inspirasi dari Kelompok Kecil yang Memberi Arti oleh Tugu Media Group x PT Paragon Technology and Innovation. Program ini didukung oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP), Pondok Inspirasi, Genara Art, Rumah Wijaya, dan pemimpin.id.
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
editor: jatmiko
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id