MALANG – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin telah mengkonfirmasi satu kasus temuan COVID-19 Omicron di Indonesia pada Kamis (16/12/2021).
Varian baru ini, dinilai menjadi varian yang penyebarannya paling cepat oleh beberapa negara. Salah satunya di Inggris. Bahkan, satu orang di Inggris sudah dinyatakan meninggal karena varian yang berasal dari Afrika Selatan ini.
Hal ini juga dirasakan Henny Rosalinda S.IP., MA. Dosen Jurusan Hubungan Internasional Universitas Brawijaya yang tengah menempuh pendidikan S3 di University of Portsmouth ini, mengaku penyebaran varian baru ini lebih cepat daripada varian delta.
“Dibandingkan dua minggu lalu, jika dibandingkan dengan ketika Omicron masuk ke Inggris, 2-3 hari penularannya bisa dua kali lipat. Kondisinya memang harus waspada dengan virus ini,” ujarnya mengawali cerita, Sabtu (18/12/2021).
Henny menyebut pemerintah Inggris memprediksi cepatnya penyebaran varian baru ini bahkan bisa mencapai 1 juta kasus di bulan Desember ini. Namun, tingkat bahaya varian Omicron ini tidak separah varian varian sebelumnya.
Salah satu yang membuat kasus COVID-19 di Inggris meningkat termasuk varian Omicron, lanjut Henny, karena pemerintah Inggris memberikan akses yang mudah untuk bisa meminta alat tes lateral.
“Lateral ini kita bisa dapat dengan mudah disini. Gratis juga. Bisa ke apotek minta dan akan dikasih satu paket ada 7 biji alat tes lateral. Cari di kampus juga mudah,” ungkapnya.
Bahkan jika dinyatakan positif COVID-19, masih kata Henny, warga bisa mengajukan tes PCR secara gratis ke pemerintah setempat. Dari tes PCR itulah baru bisa diketahui mana yang termasuk varian Omicron dan mana yang tidak.
“Di inggris kalau PCR bisa melihat dalam virus terindikasi Omicron atau tidak dari adanya Gen S. Kalau varian biasa ada gen S, kalau tidak ada sudah dipastikan mengidap omicron,” sambungnya.
Alumni Magister di Universitas Nagoya ini menyebut, saat ini kasus Omicron di Inggris termasuk berskala besar. Per 14 Desember 2021 saja, diketahui sudah sekitar 3000 kasus. “Padahal awal varian ini masuk dua minggu lalu, hanya 2 kasus,” tutur Henny.
Situasi tersebut, diceritakan Henny, membuat Pemerintah Inggris mendesak warganya untuk segera mendapatkan vaksin booster atau vaksin ketiga yang dipercaya akan memberi proteksi 70-75 persen.
“Saya awalnya nyantai-nyantai tapi kemudian juga didesak untuk ikut. Sekarang kondisinya banyak yang antri untuk vaksin. Tapi disini aksesnya mudah dapat vaksin,” imbuhnya.
Bahkan, untuk mempercepat vaksinasi ketiga ini, pemerintah Inggris sudah menambah tenaga vaksinator hingga melibatkan militer untuk mendirikan tempat tempat vaksinasi.
“Sekarang yang dibawah 18 tahun diutamakan karena mereka rata rata masih sekali, anak saya masih 16 tahun juga diminta untuk booster dan baru dapat tanggal 24 Desember nanti. Saya awalnya dapat 3 Januari tapi kemudian dokter minta untuk dipercepat dan 11 Desember kemarin selesai,” bebernya.
Jika laju varian Omicron terlalu cepat, Pemerintah Inggris akan kembali melakukan pengetatan agar varian baru melambat penyebarannya. “Di Inggris memang tidak wajib pakai masker kalau di outdoor. Kalau di Indoor wajib tapi kadang juga ada beberapa yang masih tidak pakai. Nah ini dipaksa lagi untuk pakai masker,” tuturnya.
Perempuan yang menyelesaikan program sarjana di Universitas Padjajaran ini menyebut per 13 Desember lalu juga mulai diberlakukan Work From Home. Sementara sekolah sudah memasuki masa libur jelang perayaan Natal.
“Kampus disini juga mulai tutup kecuali memang ada kebutuhan yang mendesak seperti untuk ke laboratorium,” sambung dia.
Nantinya, kebijakan WFH ini akan kembali dikaji pada 4 Januari 2022. Namun kata Henny, beberapa ahli Kesehatan di Inggris menyarankan agar pengetatan dilakukan selama enam Minggu.
“Per 15 Desember kemarin warga diwajibkan pakai aplikasi NHS agar tahu status vaksin hingga hasil tes Covid-19 yang sudah dilakukan. Mungkin sama seperti di Indonesia yang pakai PeduliLindungi,” tukas dia
Diketahui, Henny menjalani studi di Inggris bersama dua anaknya, Farel dan Jalu. Agar satu keluarga ini tak terkena varian Omicron, mereka memilih melakukan vaksinasi. Henny sendiri sudah menjalani vaksin ketiga perketat protokol kesehatan hingga perkuat imun dengan vitamin. Mengingat, saat ini musim dingin sedang melanda Inggris.
“Kalau Farrel yang sudah 16 tahun menjalani vaksin kedua dan satu kali vaksin flu. Di Inggris sini anak sekolah dapat vaksin flu,” pungkas Henny.