KOTA BATU – Sejak awal pandemi Covid-19 pada awal 2020 hingga saat ini, sopir angkutan kota (angkot) Kota Batu terseok seok mencukupi kebutuhan sehari hari. Minimnya perhatian pemerintah semakin membuat sopir angkot semakin merana.
Ketua Sembilan Jalur, Aliansi Pengemudi Mobil Penumpang Umun (APMPU) Kota Batu, Heri Junaedi menuturkan, sepinya penumpang angkot membuat para sopir angkot di Kota Batu banyak yang merugi.
Dikatakan, sopir angkot harus mengeluarkan biaya setoran dan biaya bahan bakar. Sementara pendapatannya jarang sekali bisa menutupi biaya operasional tersebut.
“Sopir angkot banyak yang menyampaikan, mereka narik keterminal agar tidak klontang klantung di rumah. Kalau di rumah saja tambah jenuh karena mereka minim penghasilan,” ucapnya, Minggu (2/5/2021).
Menurutnya, banyak juga sopir angkot yang bertahan agar keberadaan angkot di Kota Batu tetap bisa ditemui. Dikatakan, saat ini kondisinya memang sepi penumpang dan sopir angkot minim pendapatan.
Bahkan banyak dari pemilik angkot yang disewa sopir tersebut tidak meminta setoran lantaran kasihan pada kondisi sopir. Pendapatan sopir tak seberapa namun harus terombang ambing oleh kondisi sepinya penumpang.
Terlebih adanya kebijakan larangan mudik dan pembatasan mobilitas masyarakat pada libur lebaran dirasa akan semakin menekan kesulitan yang dihadapi para sopir.
Dikatakan, mayoritas penumpang angkot di Kota Batu pada umumnya berasal dari siswa sekolah dan wisatawan.
“Disini dekat pasar, meski banyak pedagang dan pengunjung pasar tapi nyatanya juga tak memberikan dampak berarti bagi sopir angkot,” imbuhnya.
Mewakili suara sopir angkot, Heri berharap pemerintah memberikan sedikit perhatian kepada nasib para sopir angkot di Kota Batu. Meski dikatakan, sebelumnya sudah ada bantuan Pemkot Batu senilai Rp 300 ribu perbulan selama 3 bulan bagi sopir angkot.
Meski disyukuri, namun bantuan tersebut tak dapat mengembalikan kondisi perekonomian sopir angkot seperti sedia kala.
“Sebenarnya mereka iri pada ASN yang sudah dapat gaji penuh tapi masih ada THR maupun tunjangan lain. Sementara sopir angkot yang termasuk kelompok paling terdampak pandemi dan kebijakan yang ada, justru minim perhatian,” tutupnya.