Oleh: Umeirsyah*
Tugumalang.id – Alam semesta beserta segala isinya yang begitu indah diciptakan Tuhan sebagai representasi kebesaran tuhan yang maha kuasa. Tuhan pengasih dan penyayang terbukti dengan dihadirkannya manusia sebagai makhluk dan juga diangkat sebagai pemimpin menjaga keberlangsungan alam semesta.
Jauh sebelum manusia diciptakan, tuhan telah menciptakan langit dan bumi dengan segala isinya. Bumi yang terhampar begitu indah nan jelita, di diami oleh para makhluk hidup dari tumbuhan hewan baik mamlia sampai yang melata.
Diciptakan semua ini sebagai bentuk kesempurnaan tuhan bahwasanya seluruh ciptaan yang diciptakannya akan memiliki perannya masing-masing dalam menjaga alam semsta yang telah diciptanya.
Alam yang membentang luas diciptakan oleh Allah sebagai tempat dan rumah bagi makluknya, makhluk ini diciptakan dengan sempurna dibandingkan dengan makhluk lain yang ada. Sempurna karena dibekali dengan akal dan pikiran sebagai makhluk mukhayyar makhluk yang dipilih untuk bisa memilih dan juga sebagai pemimpin di muka bumi
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.” (Q.S Al-Baqoroh: 30).
Makluk-makhluk lain hanya diciptakan dan hanya diperintah untuk ikut tanpa ada pertimbangan akal dan pikiran serta hati akan tetapi manusia dapat berpikir dan memiliki akal, napsu dan hati sebagai alat pertimbangan atas segala keputusan yang diambil dalam setiap langkah yang diambil dan dijalankan.
Menurut Imam Al-Mawardi di dalam kitabnya yang fenomenal Al-Ahkam Assulthoniyah bahwasanya Khalifah merupakan medium untuk menegakkan din (agama) dan memajukan syariah. Khalifah ditunjuk dalam agama bukan hanya untuk menjaga dan menegakkan agama akan tetapi juga memajukan syariat dan salah satu nya adalah menjaga keberlangsungan alam semesta.
Allah SWt berfirman
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ ٤
Artinya: “sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
Allah SWT menciptakan manusia dengan akal dan jiwa, sehingga manusia dapat melakukan apa saja yang tidak bisa dilakukan oleh makhluk lain. Maka dari itulah manusia menerima gelar yang begitu hebat yaitu sebagai khalifah dan menanggung beban yang besar sebagai perpanjangan tangan tuhan di muka bumi.
Salah satu yang saat ini yang mestinya mengambil peran terpenting sebagai Khalifah fil ard pemimpin di muka bumi adalah kaum santri. Santri bukan saja mereka yang hanya mengaji, belajar ilmu agama dan ibadah akan tetapi tanggung jawab sebagai santri jauh lebih besar.
Karena ia memiliki beban yang besar, beban menjadi khalifah atau pemimpin, beban menjaga dan melestarikan apa yang telah diamanahkan Allah salah satunya yang terbesar adalah alam semesta yang terbentang luas luar biasa. Amanah inilah yang harus diingat dan dijalankan oleh santri sebagai bentuk pengabdian tanpa henti kepada ilahi.
“Santri bermartabat bersama menjaga Jagat” inilah semangat yang ditawarkan sebagai bentuk menjalankan amanah dan pengabdian menjaga kelestarian lingkungan.
Membahas peran sebagai santri dalam menjaga kelestarian lingkungan, jagat raya yang telah diciptakan oleh Allah SWT sebagai karunia-Nya kepada kita. Sebagai santri harus memahami dengan penuh tanggung jawab bahwa ia memiliki tugas berat membawa spirit besar sebagai mujaddid/agen of change pembaharu dan pembawa pesan perubahan.
Pembaharu artinya membawa warna baru ide gagasan dan aksi yang nyata implementasi hasil dari perenungan dan ilmu yang selama ini telah dicapai dan juga perubahan sebagai bentuk ikhtiar melanjutkan yang baik dan memperbaiki yang kurang baik untuk kemajuan peradaban di masa depan.
Pada saat kita memahami makna sejati dari “santri bermartabat menjaga jagat” kita seharusnya merenungkan betapa pentingnya tanggung jawab kita sebagai khalifah di bumi ini.
“Hanya kepada orang yang halus perasaannya, keindahan dan rahasia alam ini dibukakan Tuhan untuknya,” kata Sokrates. Seluar biasa itulah alam ini diciptakan oleh Allah SWT dengan segala Keindahan dan rahasia besar di dalamnya. Kita manusia diciptakan sebagai penghuni dan ditugaskan sebagai penjaga dan perawat alam semesta.
Santri, sebagai pembelajar agama, dan juga sebagai Khalifah fil ard memiliki beban moral yang besar untuk menjaga kelestarian alam. Rasulullah SAW telah memberikan teladan yang sempurna dalam menjaga lingkungan dan memberikan perintah kepada umatnya untuk melakukannya.
7 – (1552) عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلَّا كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً، وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ، وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ، وَمَا أَكَلَتِ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ، وَلَا يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ»
“Jabir berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, Tidaklah seorang muslim menanam pohon kecuali buah yang dimakannya menjadi sedekah, yang dicuri menjadi sedekah, yang dimakan binatang buas adalah sedekah, yang dimakan burung adalah sedekah, dan tidak diambil seseorang kecuali menjadi sedekah,” HR. Muslim.
Oleh karena itu, sebagai santri, kita harus berperan aktif dalam menjaga keindahan alam ciptaan-Nya.
Kita melihat, dengan pemanasan global, kebakaran hutan, dan polusi yang merajalela, bumi kita semakin terancam. Namun, sebagai santri yang bermartabat, kita memiliki peran penting untuk menjadi pelindung alam. Bagaimana caranya?
Pertama-tama, kita harus meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya menjaga lingkungan. Kita harus mengerti bahwa setiap tindakan kecil yang kita lakukan dapat berdampak besar bagi kelestarian bumi ini.
Mulai dari penggunaan air secara bijak, pengurangan penggunaan plastik, hingga mengutamakan transportasi ramah lingkungan seperti berjalan kaki, bersepeda, atau menggunakan transportasi umum.
Kedua, kita harus menjadi contoh bagi orang lain dalam menjaga lingkungan. Kita bisa mulai dari lingkungan terdekat kita, seperti pesantren kita sendiri. Dengan mengurangi limbah, menanam pohon, dan memperbaiki perilaku kita terhadap alam, kita dapat menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Ketiga, kita harus mengedukasi diri sendiri dan orang lain tentang pentingnya menjaga lingkungan. Dengan memahami dampak negatif dari perusakan lingkungan, kita dapat merubah sikap dan kebiasaan kita menuju perilaku yang lebih ramah lingkungan.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
Artinya: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (dampak) perbuatan mereka. Semoga mereka kembali (ke jalan yang benar)” (Surat Ar-Rum/30: 41). Merawat jagat adalah kewajiban manusia yang telah sanggup menjadi khalifah fil ardli, untuk tidak saling berebut hanya karena perbedaan pendapatan.
Sebab sejatinya semua sama di hadapan Gusti Allah kecuali orang yang paling takut terhadap-Nya.
Saatnya kita ikut serta bergandengan tangan bersama merawat alam semesta, sebagaimana yang pernah di gaungkan Oleh Paus Fransiskus pemimpin tertinggi umat Katolik pada tahun 2015 yaitu Tobat Ekologis (Ecological conversion) gerakan ini sebagai pengingat bahwa kita juga umat islam dan sebagai santri memiliki tanggung jawa utama dalam menjaga lingkungan alam semsta.
Semua berkewajiban merawat, yang jadi rakyat atau warga mentaati peraturan dan perintah, yang menjadi pemimpin memberi teladan untuk dapat ditiru warganya, bukan sekadar jargon yang didengungkan tetapi berusaha mengimplentasikan pada prilaku kehidupan keseharian.
Terjadi berebut saling sikut menurut penulis semua didasari atas prilaku rakus terhadap kekuasaan atau indahnya dunia semata. Sungguh, menjaga jagat raya bukanlah tugas yang mudah.
Namun, dengan kesadaran, komitmen, dan kerjasama kita sebagai santri yang bermartabat, kita yakin dan percaya bahwa santi mampu dan dapat menjalankan amanah ini dengan baik.
*Santri Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang
Baca Juga Berita tugumalang.id di Google News
Editor: Herlianto. A