MALANG, Tugumalang.id – Pemanfaatan gadget tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-hari di mana mayoritas anak maupun orang dewasa menghabiskan waktu untuk berselancar di media sosial. Tetapi bagi Fatimah Raisah Kalila Shahab (14) yang akrab disapa Raisah main media sosial bukan sekedar scrolling hal-hal yang kurang produktif dan menyita banyak waktu.
Raisah memanfaatkan gadget dan berselancar di media sosial justru untuk menemukan hal yang lebih produktif yakni membuat kerajinan tangan berupa merajut. Bermula dari scrolling di media sosial tentang merajut, pelajar kelas IX SMP Islam Soedirman Jakarta itu tertarik untuk belajar merajut.
Baca Juga: Cerita Asna Safina Fanshuri Rebut Juara 1 Lomba Mewarnai Memperingati Hari Pahlawan Kategori SD, Hobi Mewarnai Sedari Kecil Hingga Cita-Cita jadi Pelukis
Setelah itu, Raisah mencari tutorial bagaimana cara merajut termasuk bahan-bahan apa saja yang perlu dipersiapkan untuk memulai merajut. Ia kemudian mulai mencoba membuat kerajinan rajut buatannya sendiri.
Awalnya Raisah mengira merajut itu mudah seperti yang dicontohkan di tutorial yang disaksikan melalui pencarian di kanal YouTube.
Tetapi dalam praktiknya beberapa kali ia belum berhasil hingga pada akhirnya berhasil membuat kerajinan rajut pertamanya berupa tempat pensil.
“Awalnya karena scroll di TikTok dan Instagram, saya mikirnya keren deh kalau bisa merajut. Akhirnya mulai searching di YouTube tutorial (merajut) sama bahan-bahannya coba beli sama hakpen buat merajut,” ungkap Raisah kepada Tugumalang.id.
“Setelah cari tutorial, menurutku gampang. Ternyata setelah dicoba berkali-kali enggak bisa, sampai akhirnya pertama kali bisa bikin tempat pensil kecil. Setelah dari situ, aku merasa merajut beneran seru,” imbuh anak kedua dari lima bersaudara tersebut.
Baca Juga: Cerita Gyza Tempuh Studi Sesuai Passion di Malaysia Hingga Pengalaman Berkesan Mengikuti Summer School di Jepang
Tidak banyak uang yang dikeluarkan Raisah untuk belajar merajut. Ia mengeluarkan uang sebesar Rp 9 ribu untuk membeli benang dan Rp 7 ribu untuk membeli hakpen. Total Rp 16 ribu dikeluarkan oleh Raisah untuk memulai hobi barunya itu yang baru ia mulai pada bulan Juni-Juli 2024 lalu.
Raisah pun merasa menemukan keasyikan tersendiri, mengisi waktu luang dengan merajut. Meski senang dengan aktivitas merajut, ia tetap mengatur waktu dengan baik antara sekolah dan aktivitasnya lainnya di luar sekolah.
Hanya ketika memiliki waktu luang seperti libur dan akhir pekan, Raisah baru akan menyalurkan hobi merajutnya itu.
“Aku merajut setiap ada waktu aja karena juga dibagi sama waktu sekolah dan juga biasanya masih banyak tugas. Paling (merajut) waktu liburan, libur Sabtu-Minggu, atau pas lagi enggak ada tugas aja,” terangnya.
Selama kurang lebih dua bulan belajar merajut, kini Raisah sudah bisa menghasilkan karya rajut diantaranya tempat pensil, pouch, dan tas yang ia gunakan sendiri. Tetapi keterampilannya dalam membuat karya rajut membuat temannya tertarik dengan karya Raisah dan beberapa kali minta dibuatkan karya rajut.
Walau sudah terampil dalam merajut dan mendapat apresiasi dari teman hingga gurunya, Raisah masih enggan menjadikan keterampilannya itu sebagai sebuah bisnis.
Saat ini, Raisah hanya menjadikan hobi merajutnya untuk mengisi waktu luang di sela-sela aktivitas sekolah. Meskipun banjir orderan dari guru dan juga teman-temannya yang mengingin karya rajut buatan Raisah.
“Guru-guru dan teman-teman antusias sekali, mereka tanya kok saya bisa merajut dan juga minta diajarin. Karena sepengetahuan mereka, merajut itu enggak gampang terus juga butuh waktu yang lama jadi mereka takjub,” beber Raisah.
“Akhirnya kebanjiran order, sempat ada yang bayar cuma saya enggak berani,” tambahnya.
Ayahanda Raisah, Salim Shahab tak ingin membebani putrinya itu dengan memanfaatkan antusias guru dan teman-temanya terhadap karya rajut Raisah sebagai sebuah bisnis. Salim untuk sementara ini lebih mendukung hobi Raisah merajut sebagai sarana mengisi waktu luang saja.
Meski di satu sisi, Raisah juga ingin kelak ingin mendunia, dimana saat ini beberapa karya rajut Raisah diberikan sang kakak kepada keluarga asuhnya di Finlandia. Kakak Raisah, Ahmad Ali Rayyan Shahab tengah menjalani pertukaran pelajar di Finlandia.
Tetapi Salim hanya ingin hobi Raisah untuk sementara ini sebagai aktivitas mengisi waktu luang dan berbagi inspirasi kepada anak-anak lain untuk memanfaatkan waktu luang dengan hal yang lebih produktif.
“Kita izinkan untuk membuat akun sendiri. Saya pikir ini sebagai media penyaluran ketika banyak anak-anak yang seperti galau mengisi waktu luangnya hanya dengan nonton, main game, atau scrolling hal yang tidak bermanfaat. Ini (kegiatan merajut) justru bisa memberikan manfaat,” ungkap Salim.
“Tidak menutup kemungkinan nanti dia punya hobi-hobi yang lain dan memberi inspirasi kepada anak-anak muda lainnya agar hobi mereka disalurkan dengan aktivitas yang sederhana,” tandasnya.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis: Bagus Rachmad Saputra
Editor: Herlianto. A