MALANG, Tugumalang.id – Pengalaman berkesan didapatkan Alisa Intan Nandaputri Gyza yang biasa akrab disapa Gyza ketika melanjutkan studi perguruan tinggi di Malaysia dan sempat mengikuti program summer school di Jepang.
Alumni SMA Negeri 8 Malang itu memutuskan melanjutkan studi di Universiti Utara Malaysia dengan mengambil program studi Creative Industry Management. Berada di negeri orang, Gyza mengaku tidak ada kendala berarti terutama dalam adaptasi budaya selama berada di Malaysia.
Menurutnya dari segi cuaca dan budaya tidak begitu banyak perbedaan antara di Indonesia dengan di Malaysia.
“Kalau dari segi budaya sepertinya mirip sih di Malaysia, enggak yang jauh-jauh banget. Dari segi iklim mungkin sama karena aku terbiasa di Malang, bedanya dengan iklim di Malang aja sih. Kalau di sini lebih mirip sama Jakarta, udaranya seperti di Malang tapi panasnya seperti di Jakarta,” ungkap Gyza.
Baca Juga: Kuliah Tamu Mahasiswa Pascasarjana, Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang Gandeng Dosen Asal Malaysia
Keputusan Gyza memutuskan untuk melanjutkan studi ke Universiti Utara Malaysia juga tidak terlepas dari dukungan keluarga. Kebetulan sang ibunda dan keluarga terdekat merupakan alumni dari salah satu kampus kenamaan di Negeri Jiran tersebut.
Terlebih orang tuanya mendukung Gyza untuk memilih program studi yang sesuai keinginannya. Pada akhirnya perempuan berusia 19 tahun itu memilih Creative Industry Management atau kalau di Indonesia seperti Desain Komunikasi Visual (DKV) yang sesuai dengan passion Gyza yakni menyukai dunia gambar sedari kecil.
“Kebetulan di UUM karena mama sama adeknya mama atau om aku alumni sini. Mungkin bisa dibilang penerus generasi. Terus biar betah di sini memang masuknya di jurusan sesuai keinginan aku,” terangnya.
Bila normalnya menempuh studi Strata 1 (S1) selama empat tahun. Gyza akan menempuh studi selama tiga tahun. Artinya butuh waktu 6 semester baginya untuk bisa menyelesaikan studi.
Gyza menjelaskan bahwa hal itu merupakan kebijakan baru di Malaysia untuk membantu mahasiswa segera menyelesaikan studi dan bekerja.
“Mereka (Malaysia) membuat kurikulum baru buat mempersingkat waktu kuliah biara orang-orang cepat cari kerja,” ujar Gyza.
Sementara soal pengalamannya mengikuti summer school di Jepang selama tiga bulan selama masa tunggu perkuliahan. Gyza mengaku mendapat pengalaman berkesan di Jepang terutama dalam hal kedisiplinan, kerapian, dan juga kesopanan masyarakat di sana.
Ia menilai masyarakat Jepang begitu tertib menaati sebuah peraturan. Gyza memberi contoh soal etika orang menggunakan eskalator. Jika di Indonesia mungkin seseorang bisa naik di sebelah mana saja tetapi di Jepang masyarakat harus berdiri sesuai dengan aturan naik dan turun mengedepankan attitude.
Baca Juga: Mahasiswa UTHM Malaysia Mobility Outbound ke Prodi Arsitektur ITN Malang
Gyza juga merasa senang bisa berkumpul dengan peserta summer school atau international student dari negara lain seperti dari Amerika Serikat, Meksiko, dan negara-negara lain dimana ia bisa belajar budaya dari berbagai negara.
“Adaptasi dari segi bahasa juga kerapian, kesopanan, dan attitude di publik, adaptasinya di situ. Di Jepang juga bebas macet karena traffic light atau lampu merah jika di sini ijo di sana (seberang) merah dan benar-benar ditaati. Termasuk juga menaati lampu merah untuk para pejalan kaki,” bebernya.
Selain budaya, Gyza juga belajar tentang pelayanan transportasi umum di Jepang. Selama tinggal 3 bulan di Negeri Sakura, ia lebih memilih menggunakan transportasi umum dan jalan kaki dari apartemen menuju tempat summer school yang menurutnya sangat memudahkan.
Ketika saat ini sudah berada di Malaysia, ia juga terbantu dengan adanya layanan transportasi yang diberikan pihak kampus yang memudahkan mobilitasnya.
Seperti telah diatur oleh tangan semesta, Gyza menempuh studi sesuai dengan keinginannya dan mendapatkan dukungan penuh dari keluarga untuk meneruskan jejak studi di Universiti Utara Malaysia. Sementara kesempatan belajar singkat di Jepang juga seperti sebuah takdir ketika ia mendapat informasi seputar summer school ketika mengikuti les Bahasa Jepang di Malang.
Kemudian ia mendapat kesempatan belajar Bahasa Jepang langsung ke negeri asalnya dan dimentori langsung oleh orang Jepang menjadi pengalaman berkesan bagi Gyza.
“Aku dapat informasi pas di Malang kebetulan les Bahasa Jepang. Kemudian di situ ada informasi kalau bisa daftar buat ke Jepang dan belajar langsung Bahasa Jepang,” jelasnya.
Sosok Gyza juga pribadi yang aktif, selain menyukai dunia gambar sejak kecil dan pernah menjadi juara lomba desain semasa SMP. Ia juga aktif di bidang olahraga khususnya basket, salah satunya mengantar SMA Negeri 8 Malang menyabet Juara 1 Lomba Basket Kolaborasi BNN-Perbasi pada tahun 2023 lalu.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis: Bagus Rachmad Saputra
editor: jatmiko