Kota Batu, Tugumalang.id – Momen Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Kota Batu 2024 diprediksi akan menyajikan keseruan tersendiri. Pesta demokrasi 5 tahunan itu nanti akan menjadi ajang adu gagasan 3 pasangan calon putra daerah dan pendatang.
Adapun, sudah terlihat 3 bakal pasangan calon yang akan berkontestasi. Ketiganya mewakil suatu representasi masing-masing. Mulai calon asli daerah, pendatang muda baru hingga petahana dan tokoh selebritis.
Nurochman-Heli Suyanto mewakili representasi putra daerah. Lalu, Firhando Gumelar-H. Rudi mewakili sosok pendatang muda dan juga putra daerah. Sementara Kris Dayanti dan Dewa mewakili repesentasi sosok selebritis dan mantan anggota DPR RI.
Masing-masing representasi ini bukan menjadi soal dan justru akan menyajikan dinamika kontestasi demokrasi yang apik untuk Kota Batu sendiri. Hal ini diungkapkan oleh Pengamat Politik dari Universitas Muhammadiyah Malang UMM, Dr. Nurbani Yusuf, M.Si.
Nurbani mengatakan, pertarungan politik di Pilwali 2024 nanti dipastikan akan membawa dinamika baru dalam kontestasi politik lokal. Terlebih masing-masing poros politik jelas akan mempertarungkan banyak gagasan. Mulai sentimen identitas, track record kompetensi hingga modal politik.
Hanya saja, Nurbani memprediksi calon asli daerah memiliki keuntungan tersendiri dalam penentuan arah angin politik. Mereka jelas memiliki aspek kedekatan emosional baik dengan tempat maupun relasi antar individu.
Baca Juga: Tepis Keraguan! Cak Nur-Heli Resmi Maju sebagai Pasangan Calon di Pilwali Kota Batu 2024
”Saya kira, calon asli daerah memiliki keunggulan tersendiri karena dianggap lebih memahami apa karakter dan kebutuhan lokal. Mereka juga sudah sering berinteraksi dengan berbagai kelompok di lingkup internal daerah tersebut,” terang Nurbani, Minggu (22/9/2024).
Kendati demikian, bukan berari sosok non-asli daerah juga tak memiliki kekuatan politik. Terlebih saat ini yang muncul adalah sosok anak muda yang dinilai memiliki gagasan dan ide segar perubahan. Seringkali, gagasan inovatif dan segar kerap muncul dari calon pendatang baru.
”Hanya saja memang mereka kerap mengalami resistensi atau penolakan dari masyarakat bawah. Hingga akhirnya warga lebih memilih yang kenal-kenal saja daripada pendatang baru yang belum sepenuhnya memahami dinamika lokal,” ujarnya.
Hal ini, sambung Nurbani, belum bicara soal tingkat kepercayaan publik terhadap politisi yang dinilai hanya turun langsung saat menjelang tahun-tahun politik saja. Dari aspek inilah, calon asli daerah punya kans lebih daripada calon pendatang baru.
”Kalau calon yang sudah dikenal kan sudah mulai terjalin ikatan moral dan tanggung jawab. Sudah lagi tidak bikin janji yang muluk-muluk. Beda dengan calon pendatang baru yang idenya serba inovatif dan segar yang sering dinilainya sekedar cari popularitas,” jelasnya.
Sebab itulah, kans keberhasilan masing-masing paslon nantinya bergantung pada kemampuan mereka menyampaikan niat baik, integritas, kompetensi dan program kerja strategis mereka pada masyarakat.
Baca Juga: Pasangan GURU Deklarasikan Diri Maju di Pilwali Kota Batu 2024 di Menit Injury Time
”Yang jelas, di Kota Batu ini sudah mulai dinamis, tingkat keterbukaan terhadap perubahan mulai tinggi. Artinya, masyarakat harus lebih cermat dalam memilih pemimpin. Identitas lokal memang penting, tapi yang lebih penting adalah kapasitas dan integritas dari calon itu sendiri,” tegasnya.
Diketahui, dalam Pilwali 2024 nanti setidaknya sudah ada tiga poros politik yang akan bertarung. Dimana Nurochman dan Heli Suyanto diusung oleh PKB, Gerindra dan PSI. Lalu, Firhando – Rudi diusung PKS, Golkar, PAN dan Demokrat. Sementara Keis Dayanti – Dewa diusung PDIP dan seluruh partai non-parlemen.
Ketiga paslon memiliki kans yang kuat untuk menduduki kursi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batu periode 2024-2029 nanti. Terlepas dari kekuatan masing-masing poros politik dan figur yang ada, tersimpan harapan besar dari publik agar Kota Batu dipimpin putra dan putri daerah yang akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi warga Kota Batu.
”Saya masih berharap Kota Batu dipimpin wong mBatu sendiri dan orientasi cara berpikirnya untuk melayani. Saya sangat berharap munculnya sosok-sosok baru dan putra daerah ini mampu menghapus image buruk politik dinasti di Kota Batu,” kata Pengamat Politik UB, Anang Sujoko.
Baca Juga: Apakah Mantra Popularitas Kris Dayanti Kembali Manjur di Pilwali Kota Batu 2024?
Anang mengatakan jika seharusnya pertarungan politik tidak hanya dimaknai secara hitam – putih atau kalah – menang. Tapi juga didasari dengan pondasi idealisme membangun daerah dan sumber daya manusia menjadi lebih baik.
”Jangan sampai pemerintahan dipimpin oleh orang yang tidak punya pemahaman tentang politik dan birokrasi pemerintahan, karena itu akan berpengaruh pada stabilitas pemerintahan. Case-nya sudah banyak. Boleh bicara popularitas, elektabilitas, tapi kemampuan figur harus tetap jadi prioritas,” pungkas Anang.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter : M Ulul Azmy
editor: jatmiko