Malang, tugumalang.id – Kota Malang memiliki berbagai pesona pariwisata. Salah satunya yakni Kampung Keramik Dinoyo. Berbagai kegiatan juga digelar untuk menggairahkan dan memikat wisatawan. Seperti acara Kenduren Kali Brantas di kawasan wisata Kampung Keramik Dinoyo pada Minggu (23/7/2023).
Acara ini disemarakkan dengan arak arakan, kenduri di bibir Sungai Brantas, workshop pembuatan keramik hingga lomba membuat keramik langsung dari tanah liat. Terpantau, acara ini juga menyedot animo masyarakat luas untuk hadir secara langsung baik untuk menyaksikan maupun mengikuti perlombaan.
“Kami menggelar ini untuk memastikan regenerasi agar kampung ini tetap eksis. Jadi kami juga membuka diri bagi siapapun yang mau belajar,” kata Syamsul Arifin, Ketua Pokdarwis Kampung Keramik Dinoyo.

Arifin mengatakan bahwa ada sekitar 24 perajin keramik di Dinoyo. Selain keindahan dan keunikan produknya, proses pembuatan keramik itu menurutnya telah menjadi daya tarik tersendiri bagi kampung tersebut.
“Banyak siswa Kota Malang, luar kota maupun mahasiswa pertukaran pelajar luar negeri yang berkunjung dan belajar pembuatan keramik di sini,” tuturnya.

Menurutnya, kawasan keramik Dinoyo sudah ada sejak tahun 1930an. Kala itu, mayarakat Dinoyo banyak yang berprofesi sebagai petani padi dan tebu karena lahannya yang cocok untuk pertanian.
BACA JUGA: Sejarah Kampung Wisata Keramik Dinoyo, Sentra Industri Kreatif di Kota Malang
Saat kolonial Belanda membuka jalur kereta api di Malang, banyak pendatang yang bekerja di Malang. Beberapa pekerja itu ternyata bisa membuat gerabah yang kemudian menginspirasi masyarakat di Dinoyo untuk turut membuatnya.
“Karena tanah sawah di sini juga cukup bagus, sehingga mulai merintis. Gerabah cukup diminati saat itu, orang tua kami dulu ternyata peralatannya banyak yang terbuat dari tanah liat. Seperti tempat air, perabotan masak dan lainnya,” tuturnya.
Pada 1955, wilayah Jatim mulai Malang selatan, Blitar, Tulungagung, Trenggalek hingga Tuban sempat diteliti dan ternyata terdapat potensi adanya bahan baku keramik porselin yakni tanah liat putih. Bahan ini merupakan bahan utama untuk pembuatan keramik di Dinoyo.
“Dari situ, masyarakat Dinoyo mulai menggembangkan gerabah dengan membuat keramik porselin,” kata dia.
Kini, Kampung Keramik Dinoyo telah memiliki produk keramik porselin yang berkualitas tinggi dan telah menjangkau pasar di tanah air bahkan luar negeri.
Di sisi lain, Arifin mengungkapkan bahwa para perajin keramik di Dinoyo saat ini terkendala masalah regenerasi. Menurutnya, tak banyak pemuda yang mau meneruskan usaha kerajinan keramik itu.
“Selain itu, kawasan Dinoyo juga terkendala dengan tata kota. Karena lalu lintas Dinoyo lebih macet dari pada pusat kota. Tentu itu berdampak pada ruang gerak kami,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua Pokdarwis Kota Malang, Isa Wahyudi menyampaikan bahwa Kampung Keramik Dinoyo memiliki potensi besar untuk menjadi tempat wisata yang maju. Untuk itu, pihaknya mengagas Festival Kali Brantas yang dimulai di Dinoyo.
“Di Dinoyo animo masyarakatnya besar. Maka semua event Pokdarwis akan kami mulai di Dinoyo,” ujarnya.
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang, Baihaqi mengapresiasi acara yang digelar di Dinoyo. Menurutnya, acara ini berpotensi mendatangkan wisatawan dan meningkatkan geliat ekonomi masyarakat.
“Kedepan kalau kegiatan ini terus dioptimalkan, ini akan menjadi event yang sangat menarik. Sehingga banyak wisatawan yang datang dan meningkatkan perekonomian warga,” tuturnya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Reporter: M Sholeh
editor: jatmiko