Tugumalang.id – Pedagang buku di Pasar Buku Wilis dan Pasar Buku Velodrom Kota Malang keluhkan sepinya pembeli. Hal itu ditengarai akibat dampak perubahan gaya hidup masyarakat pasca pandemi yang lebih suka belanja secara online dari pada datang langsung ke lapak pasar.
Terpantau, kondisi Pasar Buku Wilis maupun Pasar Buku Velodrom tampak tak banyak didatangi pengunjung. Tak ada hiruk pikuk pengunjung yang hilir mudik ataupun memilah milah buku di lapak-lapak pedagang.
Salah satu pedagang di Pasar Buku Velodrom, Sanda Oki, mengaku bahwa kondisi sepinya pengunjung pasar buku tersebut belum kunjung membaik pasca pandemi mereda. Alhasil, penjualan buku para pedagang ikut sepi.
Baca Juga: Bobol Indomaret di Bululawang, Pria Paruh Baya Diringkus Polisi
“Sehari bisa laku saja sudah syukur, kadang lakunya 1-5 buku, kadang tak ada pelaris sama sekali,” ungkapnya.
Bahkan dikatakan, saat ini banyak lapak-lapak pedagang di Pasar Buku Velodrom yang tutup alias tak buka lagi. Tinggal 30 persen pedagang yang bertahan, 70 persen sisanya tutup. Kini, kata Sanda, tinggal sekitar 50 pedagang yang bertahan di pasar buku bekas tersebut.
“Banyak pedagang yang beralih profesi, ya karena sudah sepi. Kalah sama kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.

“Kalau saya bertahan karena hanya ini satu-satunya sumber mata pencaharian saya,” imbuh Sanda yang sudah berdagang sejak 2008 lalu.
Gaya Hidup Online Diduga Jadi Penyebabnya
Sanda menilai bahwa sepinya Pasar Buku Velodrom lantaran gaya hidup masyarakat yang sudah berubah pasca pandemi. Menurutnya, masyarakat saat ini lebih suka tinggal di rumah dan berbelanja melalui online.
“Orang kan sekarang jarang ke luar, belinya sekarang online. Belinya hanya yang diperlukan, dulu kan orang datang misal cari buku tentang ini tapi kalau ditawari buku lain yang relevan masih mau,” bebernya.
Baca Juga: 5 Sikap Menghadapi Pertengkaran dengan Pasangan, Kamu Wajib Tahu!
Tak hanya itu, dia juga menilai bahwa sering berubahnya kurikulum pembelajaran yang ditetapkan pemerintah membuat buku buku pelajaran sekolah di Pasar Buku Velodrom tak laku. “Kalau lama nggak laku ya dikilokan (dijual) di pasar loak,” ujarnya.
“Harapan kami ya pemerintah bisa membantu kami dengan menghadirkan event event yang brrmanfaat bagi pedagang,” lanjutnya.
Berharap Pemerintah Gelar Banyak Event
Menurutnya, para pedagang di Pasar Buku Velodrom saat ini hanya mengandalkan event pameran buku rutin yang digelar di sekitar pasar setiap hari Minggu. “Harapan kami ya tinggal itu. Karena ramainya ya saat ada pameran itu,” paparnya.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Pasar Buku Wilis, Muharto menyampaikan kondisi Pasar Buku Wilis juga sepi pembeli sejak pandemi. Tak banyak pengunjung yang datang meski pandemi telah mereda.
“Kondisi pasar sekarang ya bisa dilihat sendiri, sepi. Di sini ramainya ya saat ajaran baru kayak musim siswa baru atau mahasiswa baru,” tuturnya.
Sepinya pengunjung di Pasar Buku Wilis menurutnya juga disebabkan karena gaya hidup masyarakat yang telah berubah pasca pandemi. Masyarakat saat ini, kata Muharto, lebih suka berbelanja online.
“Masyarakat saat ini arahnya kan sudah digitalisasi, jadi mereka banyak yang beli secara online. Apalagi juga banyak e-book yang bisa didapat dengan mudah di internet,” paparnya.
Menurutnya, saat ini ada sekitar 68 pedagang buku yang ada di Pasar Buku Wilis. Dikatakan, lebih dari 50 persen pedagang sudah mulai melakukan penjualan buku secara online untuk menunjang sepinya pembeli di lapak lapak pasar.
“Jadi saat ini kami juga harus pandai-pandai jualan untuk menyambung hidup. Misalnya, jualan juga di marketplace. Ini 50 persen lebih pedagang sudah berjualan online,” imbuhnya.
Kini, Pasar Buku Wilis yang sedang proses perbaikan secara bertahap itu diharapkan mampu membangkitkan kunjungan pasar. “Mudah mudahan setelah revitalisasi ini, pasar semakin indah dan penjungjung mulai banyak lagi,” ujarnya.
“Kami juga berharap pemerintah membantu meramaikan Pasar Buku Wilis, misalnya dengan event-event yang bisa mendatangkan pengunjung,” tandasnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Herlianto. A