MALANG – Sinar matahari yang terang, menyinari setiap harapan makhluk-nya dan perlahan meninggalkan arah mata angin, sedangkan detak jam sudah menunjukkan angka 09:00.
Cahaya yang hangat mulai memancar, menerobos melalui celah dedaunan. Suara mesin kendaraan berirama menghasilkan aransemen musik bernuansa kesibukan. Orang berlalu-lalang seakan mengisyaratkan betapa beragamnya jejak kehidupan yang mengiringi.
Dalam suasana riuh, nampak seorang pak tua tengah sibuk mempersiapkan lapaknya. Mulai dari menurunkan gerobak pikul dari sebuah bentor yang ditumpanginya, menata atap lapak dari terpal sampai menyapu pinggiran jalan yang akan ia tempati berjualan. Selesai membereskan lapaknya, ia segera bergegas menuju kran air dibawah sebuah pohon yang berjarak tak jauh dari tempatnya berjualan.
Iya, Pak Juma’ali namanya, yang kian akrab dengan sapaan pak Jum, seorang pedagang es tape di Jl. Peltu Sujono, Kec. Sukun, Kota Malang. Bapak yang kelahiran 1957 ini sudah menjual es tape singkong selama hampir 51 tahun lamanya.
Ia menyampaikan bahwa, awalnya ia ikut membantu bapaknya untuk berjualan keliling di tahun 1970, namun akhirnya Pak Jum sendirilah yang meneruskan jualan turun temurun dari bapaknya, karena usia sang bapak semakin berumur.
“Dulu awalnya keliling ikut bapak, harganya masih 5 rupiah,” terangnya sembari memperlihatkan uang logam 500 rupiah yang ia tutupi angka nol nya.
Pakaian sederhana, dengan sebuah topi model lawas membalut tubuhnya yang tak lagi muda, itu. Kerutan-kerutan di wajah dan kulit tangannya mendadak tersamar oleh senyum dan kelakar guyonan yang dibuatnya. Tercium jelas aroma keakraban Pak Jum dengan semua pelanggan, termasuk saat pertama kali kami menghampiri beliau.
Selang beberapa saat kami bercengkrama sembari menikmati es tape legendaris ala Pak Jum, mulai tampak ramai pengendara menepikan kendaraannya dekat pangkalan pak Jum. Dengan senyum ramah dan bahasa Jawa yang santun, Pak Jum melayani para pembelinya. Ada yang memesan satu sampai dua mangkuk untuk dinikmati langsung di lokasi, ada juga yang memesan sampai puluhan porsi untuk dibawa pulang.
Merebaknya minuman jenis baru dengan berbagai varian nampaknya sulit menggeser pertahanan es tape Pak Jum di hati penikmatnya. Es tape yang dijualnya dengan harga 2 ribu rupiah sangatlah terjangkau, terdiri dari tape singkong dengan campuran air gula yang diberi es batu memiliki cita rasa kecut-kecut manis. Sangat segar di tenggorokan apalagi dinikmati ketika cuaca panas, tak heran jika pembeli masih merasa kurang kalau hanya memesan seporsi saja.
Pak Jum menambahkan bahwa, Ia merasa senang jualan seperti ini dan pak Jum tidak pernah buka cabang, meski ada yang menirukan jualannya, karena rasanya pasti tak akan sama.
Semakin lama kami bercengkrama, semakin tampak karakter ceria seorang Pak Jum. Terutama ketika kami menanyakan berapa pendapatannya dalam sehari. Dengan senyum dan sedikit berbisik Ia mengungkapkan bahwa di musim seperti ini pendapatannya tidak tentu, dari kisaran 800 ribu per hari sampai 1 juta saat cuaca panas alias tidak hujan.
“Kalau gak ada untungnya, lapo jualan lama-lama mbak,” jawabnya sambil terkekeh.