Tugumalang.id – Pandemi Covid-19 telah menyingsing dari kehidupan manusia saat ini, tetapi dampaknya masih dirasakan. Salah satu dampaknya pada kebiasaan psikologis, yaitu terbiasa murung.
Dampak ini sebagaimana diteliti oleh sebuah tim peneliti yang dipimpin Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Florida. Mereka menemukan bahwa pandemi Covid-19 menyebabkan perubahan kepribadian, terutama pada orang-orang dengan usia dewasa awal (di bawah 30 tahun) di pasca Pandemi.
Penelitian berjudul Differential personality change earlier and later in the coronavirus pandemic in a longitudinal sample of adults in the United States itu dilakukan oleh Angelina R. Sutin, Yannick Stephan, Martina Luchetti, dan 5 peneliti lainnya.
Dilansir dari News Medical & Life Science, penelitian ini menemukan bahwa stresor pandemi di seluruh populasi telah membuat orang usia dewasa awal lebih murung, lebih rentan terhadap stres dan kurang kooperatif.
Partisipan dari penelitian ini merupakan orang-orang dengan usia dewasa awal (usia antara 18 hingga 30 tahun) menunjukkan kematangan yang terganggu, seperti yang ditunjukkan oleh peningkatan neurotisisme dan penurunan keramahan dan kesadaran saat pandemi berlangsung.
Orang dengan usia dewasa akhir atau paruh baya (usia antara 30 hingga 64 tahun) juga menunjukan perubahan, dan kelompok lansia tidak menunjukkan perubahan yang signifikan secara statistik.
Dalam membuktikan hipotesisnya, para peneliti menggunakan penilaian kepribadian longitudinal dari 7.109 orang yang terdaftar dalam Studi Pemahaman Amerika secara online. Lalu membandingkan ciri-ciri kepribadian model lima faktor: neurotisisme, ekstraversi, keterbukaan, keramahan, dan kesadaran.
Analisis menunjukan perubahan yang relatif sedikit antara penilaian pra-pandemi dan awal pandemi, dengan hanya sedikit penurunan neurotisisme. Namun, ketika kepribadian pra-pandemi dibandingkan dengan data tahun 2021-2022, terjadi penurunan ekstraversi, keterbukaan, keramahan, dan kehati-hatian melainkan neurotisisme yang meningkat selama masa itu.
Sebagai informasi, dikutip dari Psychology Today, neurotisisme adalah salah satu ciri 5 kepribadian, biasanya didefinisikan sebagai kecenderungan terhadap kecemasan, depresi, keraguan diri, dan perasaan negatif lainnya.
Bisa dibilang, neurotisisme digambarkan sebagai stabilitas emosi yang rendah atau emosi negatif. Sedangkan Healthline mengatakan bahwa ekstraversi adalah kecenderungan untuk menjadi energik dan terbuka.
Akan tetapi dijelaskan bahwa perubahan ini masih harus diteliti untuk menemukan apakah dapat berdampak hingga di masa depan. Berapa lama kepribadian ini akan bertahan atau apakah akan kembali juga masih belum diketahui. Dr David A. Merrill, seorang psikiater dan direktur Pusat Kesehatan Otak Pasifik Pacific Neuroscience Institute di Pusat Kesehatan Providence Saint John di Santa Monica, California, mengatakan kepada Healthline cara menghadapi perubahan emosi karena pandemi.
“Ketika pandemi berkembang menjadi endemik kronis, penting bagi kita semua untuk menyadari apa dampak stres tambahan ini terhadap kepribadian kita. Tetap sadar akan perlunya belas kasih terhadap diri kita sendiri dan satu sama lain dalam menghadapi stres kronis dapat membantu mempertahankan pandangan positif,” kata Dr Merrill seperti dikutip dari Healthline.
Reporter: Nurukhfi Mega Hapsari
Editor: Herlianto. A