TUGUMALANG – Kesuksesan tak selalu dibangun dari seseorang ber’tangan besi’. Nurhayati Subakat telah membuktikannya dengan prinsip hidup bermakna bagi sesama. Dari tangan lembutnya itu, lahirlah PT Paragon Technology and Innovation, sebuah perusahaan kosmetik ternama tanah air.
PT Paragon telah berdiri sejak tahun 1985 dan melahirkan banyak brand kosmetik yang populer hingga mancanegara. Satu diantaranya yang paling populer adalah Wardah, sudah dibuat sejak 1995. Selain itu masih ada brand lain seperti Putri, Make Over, Emina, Crystallure, BIodef hingga Kahf.
Tidak ada yang menyangka jika perusahaan raksasa yang sudah bertahan selama 37 tahun ini lahir dari industri rumahan. Hingga kini menjadi pabrikan besar yang berpusat di kawasan Jatake, Tangerang, Banten dan sebanyak 40 kantor cabang distribusi di seluruh Indonesia dan Malaysia.
Kesuksesan yang direngkuh Nurhayati Subakat ini tidak didapat secara instan. Berjuang dari nol. Tahap demi tahap ia lalui hingga Majalah Forbes mengakui sepak terjangnya dan menjadikan dirinya masuk sebagai 25 pebisnis wanita paling berpengaruh di Asia pada tahun 2018.
Usut punya usut, semua kesuksesan yang diraihnya itu tak lepas dari peran kedua orang tuanya yang selalu menekankan pentingnya arti pendidikan. Lahir dari pasangan Abdul Muin Saidi dan Nurjanah yang tak lain adalah tokoh dari kalangan Muhammadiyah saat itu.
Nurhayati ingat betul dimana orang tuanya tergolong sebagai orang yang visioner. Di tahun segitu, kedua orang tuanya sudah mengajari anak-anaknya soal pentingnya keseimbangan antara iman dan taqwa (imtaq) dan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Padahal, kedua orang tuanya datang dari kalangan sederhana saja. Seorang pedagang. Pernah jadi tukang potong sapi, jualan makanan hingga jadi tukang jahit. Tapi mereka selalu teguh menekankan pada anak-anaknya untuk terus menuntut ilmu.
”Sampai kemudian ayah saya meninggal, tinggal ibu. Ibu saya rela susah-payah menyekolahkan kami hingga ke jenjang perguruan tinggi,” kata Nurhayati dalam forum Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) Batch IV oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan berkolaborasi dengan PT Paragon Technology and Innovation, Rabu, 9 Maret 2022 lalu.
Semangat menuntut ilmu terus digaungkan oleh sang ibu kepada anak-anaknya, hingga Nurhayati lulus sebagai lulusan terbaik di jurusan farmasi Institut Teknologi Bandung pada 1975. Tak berhenti disitu, dia terus melanjutkan pendidikan profesi apoteker dan kembali lulus cumlaude.
Melihat latar belakang yang kontras tersebut, wanita berusia 72 tahun kelahiran Padang Panjang, Sumatera Barat ini menyimpukan bahwa jalan sunyinya terjun ke dunia bisnis bukanlah ‘by design’, melainkan ‘by accident’. Dunia bisnis bukanlah suatu hal ingin dia dan ibunya geluti.
Ceritanya begini. Ternyata Gelar Doktor (Dr) dan predikat cumlaude bukan jadi jaminan seseorang meraih kesuksesan. Nurhayati yang ingin jadi dosen ini ditolak saat akan melamar kerja sebagai dosen di kampusnya sendiri.
”Waktu itu saya kaget sekali. Tapi ya mau gimana. Mau gak mau, saya harus dapat kerja. Tapi cari kerja waktu itu memang sulit sekali. Sampai saya dapet kerja jadi tenaga honorer bergaji Rp 20 ribu sebulan tetap saya lakoni,” kenang ibu Salman Subakat, CEO PT Paragon saat ini.
Tak terhitung berapa banyak perusahaan yang dia lamar, tetap menolaknya. Hingga kemudian, seiring waktu menuntutnnya menemukan tempat berlabuh di salah satu perusahaan kosmetik dari Jerman dengan gaji 3 kali lipat dari perusahaan sebelumnya.
Hingga 5 tahun kemudian, dia merasa kiprahnya di perusahaan tersebut telah usai. Nurhayati memilih mundur dan memilih jalan berwirausaha. Berbekal kemampuan dan pengalamannya di bidang farmasi, Nurhayati menemukan formula khusus untuk produk kosmetiknya.
Bersama 2 orang pembantunya, Nurhayati berssma suami, Hadi Subakat, nekat memproduksi shampo untuk disuplai di salon-salon. Dari situ, namanya mulai dikenal. Perlahan, Nurhayati terus unjuk diri berinovasi dan kembali meracik formula-formula baru untuk produk kosmetik hingga berkembang besar sampai sekarang dan memiliki 12 ribu karyawan.
”Ini yang saya sebut kiprah saya menjadi pengusaha itu bukan by design, tapi by accident. Gak sengaja. Sekarang saya mikirnya udah beda, ya untung dulu saya gak jadi dosen. Untung juga bos saya galak. Itu semua yang mengantar saya sampai jadi sekarang,” ujarnya.
Kunci Sukses : Menganut Prinsip Kebermaknaan Hidup
Bertahannya PT Paragon di bawah kendali Nurhayati Subakat selama 37 tahun bukan perkara soal keberuntungan. Prinsip yang dipegang perusahaan ini cukup berbeda dari kebanyakan yang berorientasi pada bisnis semata.
PT Paragon rupanya punya prinsip kebermaknaan hidup yang kuat dan mendarah daging. Nurhayati dan Paragonian —sebutan untuk kedua belas ribu karyawannnya— menyebutnya Lima Nilai Inti (Core Values). Meliputi Ketuhanan, Kepedulian, Kerendahan Hati, Ketangguhan dan Inovasi.
”Ini yang jadi pijakan kami. Alhamdulilah menjadikan perusahaan ini bertahan dan bermanfaat. Dengan terus memberikan makna, dengan itu kami yakin kami akan terus bertumbuh. Prinsip kebermaknaan hidup,” jelas Nurhayati, mantap.
Nilai-nilai ini juga bukan hanya didasarkan pada kajian teoritis belaka, namun juga didasarkan dari pengalaman. Pernah suatu ketika, perusahaan yang sedang dirintisnya itu kembali diuji.
Waktu itu tahun 1990-an, kisah Nurhayati, gudang pabriknya mengalami kebakaran hebat. Kerugian yang dialami tidak bisa ditaksir. Tutup, adalah opsi rasional yang biasanya dipilih pengusaha ketika dihadapakan pada situasi sulit ini. Namun, itu tidak terpikir di kepala Nurhayati.
”Opsi rasionalnya memang harus tutup. Tapi saya kemudian kepikiran nasib karyawan-karyawan saya. Saya tidak sampai hati memilih opsi tutup. Berat sekali, apalagi waktu itu mau lebaran,” kenangnya.
Disitulah, nilai kepedulian —salah satu Lima Nilai Inti— yang dipegangnya punya daya magis yang ajaib. Berangkat dari tanggung jawab memikul nasib para karyawan, PT Paragon kembali bangkit dan bertahan hingga sekarang menjadi salah satu perusahaan raksasa kosmetik tanah air.
Kawal Pendidikan Bangsa
Seiring waktu berjalan dan dunia bisnis yang terus berkembang tak membuat PT Paragon Technology & Innovation mengingkari prinsip kebermaknaan hidupnya. Selain fokus memperkuat bisnis, Paragon yang sudah menginjak generasi ketiga ini tetap memegang teguh warisan leluhur soal pentingnya pendidikan.
Paragon, dengan tegas, menjadi perusahaan yang berdiri paling depan mengawal pendidikan untuk bangsa. Paragon sendiri telah memberi beasiswa kepada lebih dari 600 putra-putri bangsa lewat berbagai program.
Sebut saja lewat Program magang, riset bersama kampus, wadah pengembangan mahasiswa, program Master Class, Generasi Relawan, hingga Jaringan Penggerak Pendidikan dan berbagai program Corporate Social Responsibility-nya.
”Karena dengan pendidikan bisa mengubah nasib seseorang, juga bisa mengubah nasib bangsa. Kalau saya, pendidikan adalah jalan tol menuju kesuksesan,” tegasnya.
Lewat berbagai program itu pula, Nurhayati punya angan-angan agar 5 nilai inti yang yang dianut PT Paragon selama ini juga bisa diwariskan kepada generasi penerus bangsa agar memiliki karakter atau soft skill yang juga dibutuhkan dalam dunia bisnis.
“Karena visi kami bukan hanya sekedar mencari uang, tapi juga bagaimana caranya agar perusahaan ini bisa membawa manfaat untuk orang lain,” ucap wanita yang juga Anggota Majelis Amanat ITB ini.
Terpisah, CEO PT Paragon saat ini, Salman Subakat mengaku banyak belajar dari ibunya tersebut. Di usianya yang semakin senja, tak membuat dirinya digdaya. Ibunya terus menjadi inspirasi dan teladan untuk menjadi manusia yang terus belajar dan bermanfaat.
”Yang saya kagum dari Ibu (Nurhayati) itu tidak suka banyak omong, ceramah. Tapi banyak ke aksi nyata, jadi contoh. Kami anak-anaknya selalu nyontoh apa yang dilakukan ibu,” tutur Salman.
Dari semua hal yang diajarkan itu, Salman juga punya kepedulian yang sama terhadap pendidikan. Sebab itulah, dirinya juga merasa perlu mengajak awak media untuk menjadi salah satu pionir dalam memajukan pendidikan bangsa.
Reporter: Ulul Azmy
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id