MALANG, Tugumalang.id – Nasi jagung masih jadi kuliner jadul yang digemari masyarakat Kota Malang, Jawa Timur. Seperti nasi jagung Bu Sumiati yang masih tetap eksis sejak pertama dijual tahun 1987 silam di Pasar Oro-Oro Dowo.
Mulanya, perempuan berusia 60 tahun ini hanya berjualan aneka bubur dengan berkeliling secara tradisional. Ada bubur sumsum, mutiara, hingga ketan hitam. Dua tahun berjalan, ia menemukan peluang untuk berjualan nasi jagung yang dijual seharga Rp150 saja per bungkus.
“Dulu jualan jenang (bubur), menyunggi (di atas kepala) dua tahun tak lihat-lihat kok nggak ada orang jualan nasi jagung, (harga) masih Rp150 dulu, itu saya jualannya ngemper tahun 1987. Alhamdulillah tahun ‘91 punya bedak (kios). Dari awal jualannya di Pasar Oro-Oro Dowo ini,” ujar Bu Sumi, sapaannya.
Baca Juga: Mencicipi Sajian Kuliner Viral Vietcong dan 2 Legenda, Racikan Pemuda Kota Malang
Seiring berjalannya waktu, pelanggan nasi jagung Bu Sumi terus bertambah. Harganyapun berubah, tapi tetap ramah di kantong. “Mulai Rp150, Rp250, Rp300, Rp350, Rp400, Rp500 bertahap sampai saat ini Rp10 ribu. Kalau jenangnya sekarang Rp5 ribu-an, kalau dulu pertama-tama 25 ripis (rupiah),” jelas perempuan asli Lumajang itu.
Satu bungkus nasi jugung Bu Sumi, terdiri dari nasi jagung, urap-urap, bakwan, mendol, lodeh lengkap dengan rempeyek dan sambal. Soal rasa, salah satu makanan legendaris ini tak perlu diragukan. Pelanggannya saja sudah dari mana-mana.
Baca Juga: 10 Kuliner Solo yang Wajib Arek Malang Coba Saat Mengunjungi Kota Solo
“Nasi jagung Bu Sumiati ini emang legend dan rasanya otentik, rasanya enak. Kebetulan saya langganan dari anak saya masih kecil sekarang sudah SD,” kata salah satu pelanggan bernama Neni (40).
Hal serupa juga diakui oleh Ninik (80). Perempuan asal Penanggungan ini sering membeli nasi jagung Bu Sumiati tiap kali belanja di Pasar Oro-Oro Dowo. “Kebetulan selalu belanja di sini, selalu beli nasi jagung ini. Saya suka sejak dulu, enak, rasanya dari dulu tetap sama, tidak berubah,” imbuh perempuan yang sudah 60 tahun tinggal di Malang itu.
Reporter: Feni Yusnia
Editor: Herlianto. A