MALANG, Tugumalang.id – Di tengah hiruk pikuk ramainya Kota Malang, terdapat monumen perjuangan Arek-Arek Malang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan mengusir penjajah yang hendak kembali menguasai tanah air. Monumen tersebut adalah Monumen Hamid Rusdi yang berada di daerah Wonokoyo, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.
Saat Tugumalang.id menyambangi monumen tersebut, suasana cukup sepi dan bisa dibilang kondisinya kurang terawat. Pada monumen yang memiliki tinggi kurang lebih 3 meter itu terdapat lima nama pejuang yang gugur dalam aksi Agresi Militer Belanda II di Malang pada tanggal 8 Maret 1949.
Nama pejuang yang terpampang di Monumen Hamid Rusdi antara lain Mayor Hamid Rusdi, Letnan Ismail Effendy, Abdul Razak, Moesmari, dan Joenoes. Dari beberapa sumber informasi sejarah menyebutkan bahwa kelimanya gugur dalam peristiwa Agresi Militer Belanda II.
Baca Juga: Masih Berdiri Gagah, 10 Monumen Bersejarah di Kota Malang
Saat itu, Mayor Hamid Rusdi merupakan pimpinan pasukan gerilya atau Mobile Gerilya (MG) 1. Pasukan pimpinan Mayor Hamid Rusdi terlibat kontak senjata dengan pasukan Belanda di daerah Desa Sumbersuko, Tajinan hingga kemudian merembet ke Desa Wonokoyo, Kedungkandang, Kota Malang.
Tetapi nasib tragis dialami oleh Mayor Hamid Rusdi bersama pengikutnya. Ketika menginap di sebuah rumah yang ditempati bapak dan menantunya. Mayor Hamid Rusdi, Letda Ismail Effendy, Abdul Razak dan dua orang penghuni rumah tersebut yang diduga adalah Moesmari dan Joenoes.
Kelimanya harus menghadap Sang Pencipta, setelah pasukan tentara Belanda mengepung kediaman tersebut dan membawa kelimanya ke tepi sungai dekat Desa Wonokoyo.
Baca Juga: Monumen Pahlawan TRIP, Saksi Bisu Aksi Heroik Arek-Arek Malang Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
Mayor Hamid Rusdi dan pengikutnya gugur di tangan pasukan tentara Belanda yang langsung mengeksekusi mereka dengan cara ditembak mati.
Kemudian jenazah kelima pahlawan bangsa itu dimakamkan di Desa Wonokoyo. Sebelum akhirnya makam Mayor Hamid Rusdi dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Suropati Malang.
Sosok Mayor Hamid Rusdi tidak asing bagi masyarakat Malang karena sosoknya sebagai local hero yang menjadi simbol perlawanan Arek-Arek Malang terhadap penjajahan bangsa asing. Ia lahir di Desa Sumbermanjing Kulon pada tahun 1911.
Selain dikenal sebagai pemimpin pasukan gerilya, sosok Hamid Rusdi juga dikenal aktif dalam organisasi keagamaan sejak usia muda yakni Pandu Ansor yang kemudian membawanya menjadi salah satu staf partai NU saat itu.
Sementara ilmu militer didapatkan Mayor Hamid Rusdi saat bergabung dengan Heiho Keibodan Seinendan dan Jibakutai saat Perang Dunia ke-II berkecamuk di wilayah Asia Pasifik.
Setelah penjajahan Jepang berakhir, Hamid Rusdi yang saat itu sudah berpangkat sudanco atau letnan satu bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang sekarang menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Mayor Hamid Rusdi mengobarkan semangat pertempuran saat Belanda berupaya kembali menguasai Indonesia melalui aksi Agresi Militer Belanda II yang kali itu juga menimbulkan perlawanan di berbagai daerah.
Hingga akhirnya Mayor Hamid Rusdi gugur dalam usahanya mempertahankan kemerdekaan bangsa yang begitu dicintainya.
Kisah heroik sang patriot bernama Hamid Rusdi menjadi teladan bagi generasi muda penerus bangsa untuk mewarisi semangat perjuangan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis: Bagus Rachmad Saputra
Editor: Herlianto. A