Oleh : Ruwiyanto*
Dunia maya di hebohkan dengan sebuah kabar seorang anak yang tidak mau merawat orang tuanya kemudian di titipkan di sebuah griya lansia yang khusus merawat orang tua terlantar. Bahkan warganet turut memberikan komentar negative kepada anak tersebut yang di duga menitipkan orang tuanya karena permasalahan ketidak cocokan.
Masyarakat Indonesia masih banyak yang memiliki pandangan miring dan negative terhadap anak yang menitipkan perawatan orang tuanya yang sudah lanjut usia ke sebuah Panti Jompo. Panti lansia dianggap sebagai tempat “pembuangan” bagi orang tua yang di telantarkan oleh anaknya.
Sebesar apapun jasa yang diberikan oleh anak untuk membalas kebaikan orang tuanya, tidak akan bisa. Sejak anak dalam kandungan ibunya berusia 1 pekan, belum bisa disebutkan namanya, orang tua sudah membaluri doa-doa kebaikan.
Anak lahirpun juga diasuh dan dirawat dengan kasih sayang besar ibu dan bapaknya. Kemudian memasuki usia remaja memberikan bekal pendidikan berbagai disiplin ilmu pengetahuan termasuk pengetahuan agama dan akhlak.
Setelah anak dewasa, belum sempat memberikan balasan jasa perawatan dan kasih sayang orang tua, sang anak sudah pamitan mandiri untuk membangun keluarga kecil baru.
Biasanya perbedaan pandangan yang mengakibatkan perselisihan terjadi pada saat anak sudah memiliki pasangan atau berkeluarga. Apalagi kalau sudah dikaruniai momongan baru.
Orang tua yang melihat anaknya hidup tentram dengan pasangannya serta mendapat anugerah cucu tentunya lebih bahagia hidupnya.
Namun terkadang ada juga orang tua yang memilih jalan hidup sendiri dan tidak mau merepotkan anak anaknya. Bahkan sang anak meskipun hidup berkecukupan serta bergelimang harta, orang tuanya tetap keukeuh pada pendiriannya. Hidup sederhana di rumahnya sendiri.
Sebagai anak justru merasa kurang nyaman dan merasa berdosa, dengan pendirian orang tua yang tidak sejalan dengan pemikirannya.
Ada juga anak yang memiliki kesibukan bisnis luar biasa. Hidupnya untuk kerja lintas negara. Hingga tidak memungkinkan mengajak orang tuanya hidup bersamanya.
Menitipkan orang tua ke panti jompo atau griya lansia sebenarnya tidak masalah, dan hal itu bisa dikatakan sebagai bagian dari baktinya seorang anak kepada orang tuanya yang sudah lanjut usia serta tidak produktif lagi.
Namun yang harus diperhatikan adalah keberadaan panti jompo tesebut harus memenuhi standar baku kelaikan untuk merawat lansia lebih baik daripada di rawat sendiri di rumah yang terkadang kurang maksimal.
Panti jompo sebagai pusat penitipan lansia harus didukung kelengkapan perizinan dari dinas terkait, selain itu miminal juga memiliki 4 unsur yang dapat menjaga keberlangsungan hidup lansia lebih bahagia, diantaranya mengutamakan kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kesehatan sosial serta kesehatan spiritual.
Fasilitas yang disediakan di panti lansia mestinya juga lebih baik jika dibandingkan dengan fasilitas di rumahnya. Dengan kata lain melebihi standart baku kenyamanan, seperti tersedianya berbagai fasilitas pendukung untuk tempat tinggal.
Fasilitas Panti jompo yang sehat bisa berupa ketersediaanya dokter jaga 24 jam termasuk diantaranya perawat pendamping, kamar tidur yang bersih, poliklinik, ruang spa, ruang senam, kolam berendam air hangat, kolam renang serta restoran bahkan terdapat perkebunan mini untuk kesibukan para lansia, sehingga para lansia yang tinggal tidak merasa jenuh, dan supaya lansia tidak diam diri di kamar atau bergerak terbatas di lingkungan sekitarnya saja.
Fasilitas olah raga lansia bisa berupa area lapangan tempat joging, ruang gym, tempat ibadah yang juga ada pembimbing spiritual sesuai dengan keyakinanya, dan tempat refreshing untuk menyalurkan hobinya, termasuk diantaranya kolam pemancingan ikan. Bahkan juga terdapat lahan khusus lainya untuk beternak skala kecil terbatas.
Keberadaan lansia yang menghuni tempat dengan fasilitas lengkap, maka tidak ada kesan seorang anak yang menitipkan seolah-olah “membuang” orang tuanya sendiri. Orang tua yang dititipkan juga merasa nyaman.
Dengan adanya fasilitas khusus tersebut, maka panti jompo tidak akan memiliki kesan sebagai tempat pembuangan orang tua yang sudah lanjut usia. Bahkan seorang anak yang memiliki kesibukan kerja tentu lebih bahagia jika orang tuanya bisa terawat dengan baik.
Sewaktu-waktu anak-anaknya bisa berkunjung dan menjenguk orang tuanya yang memiliki teman usia sebayanya dengan penuh keakraban. Para Pengasuh panti jompo juga memberikan akses kemudahan dalam berkomunikasi antara orang tua yang dititipkan dengan anak-anaknya.
Pengelola panti jompo juga wajib mengupgrade kemampuan sdmnya, untuk lebih professional dalam pelayanan serta aktif berkomunikasi dengan berbagai pihak untuk mendukung keberadaan panti jompo tersebut.
*Penulis merupakan Mahasiswa Pascasarjana STIE Malangkucecwara/ABM Malang