Tugumalang.id – Pada 5 Januari 2025 lalu, peringatan wafatnya Abah Guru Sekumpul yang ke-20, dihadiri lebih dari 4,1 juta orang di Mertapura, Banjar, Kalimantan Selatan.
Beliau lahir dari keluarga terpandang yang memegang teguh prinsip Agama Islam. Beliau lahir pada malam Rabu, 11 Februari 1942, di desa Kraton, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar.
Ayahnya, KH Abd. Ghani bin Abd. Manaf masih keturunan ke delapan dari Datu Kelampaian, ulama besar sekaligus mufti pada zamannya dan pengarang kitab Sabilul Muhtadin, kitab seputar fikih dalam mazhab Syafi’iyah.
Baca Juga: Sarasehan GP Ansor Kota Malang Bahas Peta Jalan Kaderisasi Pemuda Nahdlatul Ulama
Nasab lengkapnya adalah Syaikh Abd. Ghani bin Abd. Manaf bin Muhammad Seman bin Muhammad Sa’ad bin Abdullah bin Mufti Muhammad Khalid bin al Alimu al Allamah al Khalifah Hasanuddin bin Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al Banjari
Syaikh Abd. Ghani sangat ketat dalam menggembleng Guru Zaini semenjak kecil mulai dari membaca Al Qur’an hingga akhlak-akhlak mulia tertanam kuat dalam sanubari Qusyairi (nama kecil Guru Zaini) akan sifat-sifat terpuji.
Mulai dari sabar, pemurah, ridha, pengasih kepada siapa saja, tidak mudah mengeluh dalam situasi apapun, dan kuat menyembunyikan penderitaan dari orang lain.
Baca Juga: Peringati Hari Santri Nasional, Wahyu-Ali Ziarah ke Makam Ulama Pendiri NU
Sifat terpuji lainnya yang dicontohkon langsung oleh Syaikh Abd. Ghani, yaitu ketika hujan deras sekali atap-atap rumah yang sangat sederhana dan kecil itu banyak yang bocor.
Rembesan air di mana-mana. Pada waktu itu, beliau menelungkupi tubuh anaknya dan membiarkan dirinya basah oleh air hujan.
Syaikh Abd. Ghani juga menekankan kepada Guru Zaini akan pentingnya cinta dan hormat kepada ilmu dan ulama.
Bahkan menurut riwayat yang sudah masyhur, Guru Zaini sewaktu kecil dulu sering menunggu kedatangan Syakih Zainul Ilmi hanya untuk bisa bersalaman dan mencium tangan mulia ulama tersebut.
Riwayat lain mengatakan bahwa Guru Zaini dulu ketika diperintahkan oleh gurunya untuk membantu mengajar di Pondok Pesantren Darussalam namun sebelum itu beliau hendak meminta izin dulu kepada ayahanda.
Syaikh Abd. Ghani mengizinkan Guru Zaini mengajar tetapi tidak boleh mengambil upah. Demi menjaga keikhlasan Guru Zaini dalam menyampaikan ilmu-ilmu syariat.
Masih banyak lagi cerita peran sang ayah kepada Guru Zaini sehingga menjadikan beliau ulama dan wali Allah yang haulnya diperingati setiap tahun oleh jutaan orang dari segenap penjuru nusantara bahkan dari luar negeri.
Adapun ibunya bernama Hj. Masliah binti H. Mulia bin Muhyiddin seorang ibu yang salehah dan zuhud.
Maka tidak heran jika beliau bisa menjadi ulama yang yang alim allamah, karena memang didikan orang tuanya selalu berhati-hati dalam menjalankan sekaligus mencontohkan sendi-sendi agama salam kehidupan sehari-hari.
Maka sungguh tidak heran jika haulnya yang ke-20 dihadiri oleh jutaan orang dari seluruh penjuru Nusantara.
Terakhir, Guru sekumpul masyhur sebagai wali Allah SWT dari tanah Kalimantan. Ada banyak riwayat para ulama yang bersaksi atas kewalian beliau. Berikut Kiai dan Habaib yang bersaksi dan sebagian lagi mengakui kealimannya:
1. Habib Muhammad Ba’bud Lawang Malang berkata, “siapa yang hendak melihat Rasulullah SAW, maka pandanglah Guru Zaini.”
2. Habib Ahmad Alhabsyi Banjarmasin berkata “bila ingin melihat sunahnya Rasulullah dengan jelas maka lihatlah haliah Guru Sekumpul. Karena setiap sunah Rasulullah SAW yang diketahui selalu dikerjakan.”
3. Habib Ahmad Baraqbah sewaktu bertemu dengan Abah Guru berkata “ente min Auliaillah” hingga ucapan berulang-ulang 3 kali.
4. KH. Abdul Hamid (Pasuruan) sewaktu menyambut kedangan Abah Guru Sekumpul yang sowan kepada KH Hamid berkata “Gubernur kalimantan-Gubernur kalimantan” dengan berteriak kegirangan.
5. Abah Anom pernah berkata “Guru Zaini adalah lautan ilmu.”
6. KH. Syarwani Abdan Albanjari, Bangil salah satu Gurunya Abah Guru Sekumpul berkata: “Zaini ini sekarang berada dalam tingkatan kewalian sebagaimana yang disebutkan dalam kitab tasawuf.”
7. Habib Ahmad Assegaf, Hadramaut pernah berkata “Sir dan madad Tarim berpindah ke Sekumpul.”
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis: Achmad Nilam (kontributor)
Editor: Herlianto. A