Oleh: ‘Abd Al Haris Al Muhasibiy*
Bahagialah seorang mukmin hidup di dunia.
Tidak pernah mengeluh dan menyesal sepanjang masa.
Bergantung kepada Allah seraya berharap kepadaNya.
Dengan kekuatan jiwa di dalam yang luar biasa.
Menghadapi hidup yang tidak selalu rata.
Meski orang lain menebak dan bahkan mengira-ngira.
Hanya Dia yang bisa dan selalu tempat yang mulia.
Seringkali manusia hanya tahu yang terjadi.
Tidak sampai mengerti mengapa hal itu terealisasi.
Hikmah yang mungkin dibalik yang tersembunyi.
Hanya seorang mukmin yang bisa memahami dengan pasti.
Dengan potensi bashirah atau melihat dengan mata hati.
Baru dengan dzauq seperti yang dirasakan oleh para sufi.
Mengerti semua yang menjadi kehendak ilahi rabi.
Tuhan malam sunyi menjadi saksi.
Betapa banyak aku lihat peristiwa kontradiksi.
Orang-orang tersenyum dengan rasa yang nisbi tanpa arti.
Tidak nengerti sesungguhnya hidup hanya ghururi.
Bahkan di sebalik yang nyata Engkau sudah beri janji.
Orang-orang yang baik saja yang akan mewarisi bumi.
Bukankah firmanMu “innal ardlo yaritsuha ibadiyas sholihun” terbukti.
Pasti Engkau akan menangkan orang baik dalam berkompetisi.
Jika tidak pasti kerusakan dan kedzaliman yang terjadi.
Untung masih ada Allah tempat mengadu.
Tanpa bergantung kepadaNya pasti hati akan pilu.
Inilah kelebihan mukmin yang optimis selalu.
Tidak pernah susah dan gelisah apalagi ragu-ragu.
Bersandar dan berharap kepadaNya dengan penuh rasa malu.
Yakin dengan kemahakuasaaNya semua baik melulu.
Coba pikirkan dengan sungguh-sungguh, bukankah begitu?
Malang, 14 Juni 2021
‘Abd Al Haris Al Muhasibiy