Tugumalang.id – Kasus calon Tenaga Kerja Wanita (TKW) kabur dari Balai Latihan Kerja PT Central Karya Semesta (BLK PT CKS) Malang membuat banyak mantan TKW yang pernah menjalani masa pelatihan di sana angkat bicara. Mereka mengamini ada sistem yang dinilai terlalu ketat yang membuat orang merasa tertekan secara psikis.
Seperti kata Mawar (nama samaran). Wanita umur 26 tahun ini mengatakan bahwa memang sistem di PJTKI PT CKS dirasa terlalu ribet. Dia masuk BLK PT CKS sekitar awal 2019. Sepanjang masa pelatihan itu, dia merasa seperti hidup di penjara.
”Memang kalau sudah masuk situ gak bisa keluar-keluar. Mereka takut kita kabur. Sepanjang saya di sana aja sudah ada 2 kali kejadian calon TKW kabur,” ungkapnya, pada Selasa (15/6/2021).
Mawar yang kini telah bekerja di Hongkong ini berkisah, kegiatan pelatihan sehari-hari di sana seolah tiada henti. Dari pagi hingga malam, tenaga dan pikiran mereka diforsir untuk belajar.
Kata dia, aktivitas sudah dimulai sejak pukul 06.00 WIB pagi. Diisi kegiatan senam rutin, piket bersih-bersih, dan dilanjut kegiatan belajar hingga pukul 16.00 WIB. Waktu istirahat hanya 1 jam pada pukul 12.00 – 13.00 WIB.
Kegiatan belajar dilanjutkan lagi pada malam hari hingga sekira pukul 21.00 WIB. Selama aktivitas itu, ponsel mereka disita, dikumpulkan jadi satu di pihak manajemen. ”Ponsel baru diberikan jam 7 malam. Kalau misal telat ngumpulin, hape baru bisa dibalikin jam 9 malam,” kisahnya.
Mawar paling heran saat ada sidak atau kunjungan dari pihak luar. Manajemen selalu mewanti-wanti calon TKW untuk bersikap baik. Apa yang ditunjukkan ke pihak luar selalu yang baik-baiknya saja.
”Kita itu sehari-hari tidur gak pakai sprei, sarung bantal. Dipasang kalau pas sidak doang. Terus dapur itu yang ditunjukkan pasti dapur guru, bukan dapur kita sehari-hari. Kalau ada kesalahan apa gitu pasti kena hukuman,” bebernya.
Mawar juga ingat, dia selalu merasa miris sewaktu makan. Menu makanan sehari-hari dirasanya sangat sederhana. Hanya nasi, tempe, tahu, sawi, kangkung, nasi sup sayur. ”Kita dapat jatah daging itu seminggu sekali. Itupun kuecil banget,” katanya.
Mawar juga pernah melihat temannya yang sakit hingga pingsan. Namun oleh manajemen justru dianggap pura-pura. Padahal tensi darahnya saat diperiksa sudah rendah. ”Itu dia dibilang pura-pura dianggap mau kabur. Padahal, saya tanya teman-teman di BLK lain itu gak separah itu,” ingatnya miris.
Dari pengalaman itu, dia tak heran jika banyak calon TKW yang sambat atau mengeluh. Bahkan merasa sudah tidak tahan dan terbersit di pikiran untuk kabur saja. “Kalau sudah kayak gitukan pasti semua gak kerasan. Pasti juga pernah ingin kabur,” ujarnya.
Parahnya, lanjut Mawar, sistem potongan gaji untuk dibayarkan ke BLK sebagai ganti uang pelatihan kerjanya itu terbilang fantastis. Nominalnya mencapai 2.656 dolar per bulan selama 6 bulan. Jika dirupiahkan, ada sekitar Rp 36 juta lebih.
”Jadi wajar kalau ada TKW kabur. Nilai perjanjiannya segitu eh. Semakin mereka lama di BLK, ya semakin banyak potongan gajinya,” pungkasnya.
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Lizya Kristanti