MALANG, Tugumalang.id – Inilah langkah inisiatif luar biasa warga Desa Sambigede, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang. Warga desa patungan memasang palang pintu kereta api yang lintasan relnya membelah desa mereka.
Inisifatif itu muncul lantaran lintasan kereta api tanpa palang pintu itu sebelumnya sering memakan korban jiwa. Setidaknya dua orang setiap tahun. Agar pengendara lebih aman saat melintas, warga akhirnya patungan untuk membuat palang pintu sendiri.
Kepala Dusun Sambigede, Priyono Dwi Widodo mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk memasang palang pintu tersebut sebesar kurang lebih Rp 5 juta. Setiap orang membayar secara sukarela dan tanpa paksaan. Adanya yang menyumbang Rp 10 ribu, Rp 20 ribu, hingga Rp 50 ribu.
“Urunannya seikhlasnya, kami nggak maksa,” kata Priyono saat dihubungi beberapa waktu lalu.
Pengumpulan dana dilakukan dengan menyediakan kotak di Jalan Kuncoro atau jalan masuk desa yang dekat dengan perlintasan kereta api tersebut. Uang Rp 5 juta tersebut terkumpul selama sekitar enam bulan.
“Teknis pengumpulan dana secara spontanitas. Masyarakat langsung memasukkan dana ke kotak yang disediakan. Pengumpulan dana ini juga dibantu Pemerintah Desa Sambigede,” terang Priyono.
Uang yang terkumpul tersebut digunakan untuk memasang palang pintu saja. Menurut Priyono, sirene dan lampu yang ada di lokasi dipasang oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Malang. Sebelumnya memang sudah ada sirine dan lampu tanda peringatan kereta api akan melintas, namun rusak. Begitu warga inisiatif pasang palang pintu, maka Dishub Kabupaten Malang mengganti baru peralatan sirine dan lampu tanda peringatan.
“Cuma palang pintu. Kalau lampu dan sirene dari Dinas Perhubungan,” ujar Kades Priyono.
Sejak palang pintu dipasang sekitar satu bulan lalu, Priyono menyebut tidak ada kecelakaan yang menimpa pengendara di perlintasan tersebut. “Setelah ada penjagaan pintu, sudah aman. Kalau tiga tahun ke belakang (sebelum ada palang), itu sering (ada kecelakaan),” ujar Priyono.
Palang pintu tersebut dijaga oleh warga yang sudah terbiasa menjaga perlintasan tersebut. “Dia sudah tahu jam kereta api lewat,” katanya.
Priyono menambahkan, sebelumnya pihaknya telah mengajukan pemasangan palang pintu ke Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur hingga PT KAI, namun tidak ada tindak lanjut. “Orang-orang (Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur) sudah datang ke situ, tapi tidak ada tindak lanjut. Terpaksa inisiatif dari desa, swadaya masyarakat,” papar Priyono.
Priyono berharap pihak pemerintah memberi atensi pada keamanan masyarakat, khususnya yang sering lewat di perlintasan kereta api. “Paling nggak, dari dinas terkait harus mengerti ya, karena itu untuk keamanan bersama,” pungkasnya.
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
editor: jatmiko