MALANG – Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur (Jatim), Umi Kulsum mengapresiasi Program Sakura 2024 inisiasi STIE Malangkucecwara (ABM). Hal itu disampaikan dalam penutupan program yang dikemas dengan Gebyar Seni dan Gelar Kinerja Belajar Mahasiswa Program Sakura 2024, Senin (4/3/2024).
“Kami apresiasi atas terselenggaranya Program Sakura 2024. Kami berharap program BIPA yang luar biasa, dilakukan STIE Malangkucecwara ini menjadi salah satu upaya untuk menduniakan Bahasa Indonesia,” ujarnya.
Dikatakan, bahwa saat ini sudah ada 54 negara yang mengajarkan Bahasa Indonesia kepada masyarakatnya. Sebagai lembaga fasilitator dan koordinator BIPA di Jatim, ia berharap kolaborasi ini mampu mendukung lebih banyak kegiatan berbasis literasi.
Baca Juga: Jelajah Indonesia, Mahasiswa Jepang Jalani Program Sakura 2024 di STIE Malangkucecwara
“Kami berharap bukan hanya BIPA, tapi mungkin bisa mengembangkan kerja sama di bidang peningkatan kompetensi kemudian pengembangan kebahasaan negara, kegiatan berbasia literasi lainnya yang tertuang dalam kerja sama yang kita tandatangani,” sambungnya.
Program Sakura sendiri adalah salah satu bentuk program pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), kerja sama antara STIE Malangkucecwara dengan Kanda University of International Studies Jepang.
Penutupan ini diwarnai dengan penampilan berbagai budaya dari 10 mahasiswa Program Sakura yang bertajuk ‘Jelajah Indonesia’ itu. Mulai dari tari tradisional hingga fashion show batik.
Ada pula penandatangan kerja sama antara STIE Malangkucecwara dengan Balai Bahasa Jatim, kemudian SMK Negeri 1 Trowulan Mojokerto, SMK Nahyada Global dan SMK Muhamamdiyah Malang.
Baca Juga: Simak Informasi Syarat dan Prosedur Pendaftaran Mahasiswa Baru STIE Malangkucecwara, Calon Mahasiswa Wajib Tahu!
Ketua STIE Malangkucecwara Drs Bunyamin PhD, menegaskan, banyaknya kegiatan internasional ini adalah implementasi visi STIE Malangkucecwara sebagai perguruan tinggi bisnis yang berorientasi global. Sekaligus menjadi pembeda dari perguruan tinggi swasta lainnya.
Di Indonesia, kata Bunyamin, ada 4 ribu lebih perguruan tinggi dan sekitar 360 perguruan tinggi swasta di Jatim.
“Ini yang unik dari kami. Kira-kira perguruan tinggi yang punya kegiatan internasional seperti ABM, rasanya sangat sedikit. Kerja sama kami dengan Kanda University kurang lebih sudah 23 tahun, hubungan ini betul-betul seperti kakak adik,” jelasnya.
Ia mengakui bahwa tak sedikit yang mempertanyakan posisi STIE Malangkucecwara sebagai sekolah bisnis atau sekolah bahasa. Mengingat banyaknya kegiatan internasional yang digalakkan.
Selain Program Sakura, ABM punya program student exchange, intership internasional, dipercaya menjadi mitra pemerintah dalam penyelenggaraan Darmasiswa RI hingga menerima hibah international Erasmus+ dari Uni Eropa.
Belum lagi, dua prodi dan kampus ini sudah terakreditasi unggul, serta tak sedikit alumninya yang bekerja sebelum lulus di Jepang.
“Banyak yang bertanya, ini sekolah bisnis atau sekolah bahasa? Karena kami percaya, bahasa adalah ilmu yang paling tua. Bahasa adalah sumber ilmu, dengan bahasa knowledge bisa tersampaikan dengan baik,” tutur dia.
Senada, Direktur Indonesian Studies Program (ISP) STIE Malangkucecwara Suprapti menyampaikan, sejak pertama kali dilaksanakan pada 2002, pihaknya sudah meluluskan sekitar 700 mahasiswa Jepang melalui program BIPA.
“Dari 2002 hingga hari ini, angkatan intensif (Program Sakura) 2024, kami sudah meluluskan kira-kira hampir 700 mahasiswa (Jepang) yang belajar di sini,” kata dia
Ia melanjutkan, kegiatan ini terealisasi berkat kolaborasi berbagai pihak. Termasuk warga setempat yang berperan sebagai keluarga homestay.
“Kami ingin mengenalkan budaya dan Bahasa Indonesia ke mancanegara sehingga Program Sakura bisa menjadi wadah pengenalan dengan cara berbeda,” urainya.
Sementara itu, Pendamping Program ISP sekaligus penanggungjawab mahasiswa Program Sakura Prof Suyoto menjelaskan, sistem pembelajaran program ini menggunakan metode celup total. Ada 10 orang peserta, mereka dibagi ke dalam dua kelompok yaitu Papeda dan Rendang.
Nilai akhir mereka nanti mengacu pada beberapa indikator penilaian. Mulai dari semangat dan kesungguhan belajar, ketahanan dan perjuangan dalam menggunakan Bahasa Indonesia, serta pemahaman dan penghargaannya terhadap budaya.
Dengan begitu, mahasiswa Jepang ini ditetapkan dapat memahami sekaligus menghargai keragaman budaya melalui program-program yang ada.
“Capaiannya sangat luar biasa, 70 persen (mahasiswa) mendapat nilai unggul, setara A+,” imbuhnya.
Salah satu mahasiswa Program Sakura bernama Yamaguci mengaku senang selama satu bulan di Malang. Ia tak hanya punya pengalaman menyenangkan tapi juga bertemu banyak orang baru.
“Guru di sini sabar, mau memberi contoh, memberi penjelasan saat saya tidak mengerti. Untuk belajar tari ini awalnya saya merasa sulit karena kali pertama tapi saat ini saya bisa menari dengan baik. Saya merasa senang. Awalnya saya kurang percaya diri berbicara tapi sekarang saya menikmatinya,” tukas perempuan itu.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Reporter : Feni Yusnia
editor: jatmiko