KOTA BATU – Sejumlah warga Desa Oro oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu terkapar lemah usai menjadi korban gempa bumi, Rabu (26/5/2021). Tampak terdapat korban patah tulang hingga ibu hamil kesakitan ditandu untuk proses evakuasi.
Sebanyak 80 anggota Tim reaksi cepat yang tergabung dari anggota BPBD, PMI, Tagana, FPRB dan BPB Kota Batu langsung melakukan evakuasi. Para korban langsung dievakuasi ke tenda yang didirikan untuk mendapat perawatan medis.
Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Batu, Gatot Noegroho menuturkan, serangkaian kejadian tersebut merupakan simulasi penanganan bencana gempa bumi di Kota Batu.
“Tadi kami melakulan skenario dan simulasi penanganan bencana gempa bumi. Ini bertujuan meminimalisir munculnya korban jiwa akibat bencana yang ada,” paparnya.
Menurutnya, Kota Batu memang tidak terdampak parah akibat gempa bumi yang terjadi akhir alhir ini. Namun disebutkan, Kota Batu yang terletak didaerah perbukitan juga memiliki potensi besar terdampak gempa bumi.
“Dengan simulasi ini para anggota tim reaksi cepat dan masyatakat lebih siap siaga dalam merespon bencana alam yang ada. Sehingga korban bencana dapat diminimalisir,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota, Punjul Santoso menambahkan, simulasi dilakukan demi mengantisipasi lonjakan korban bencana alam terutama gempa bumi yang intensitasnya meningkat seperti yang terjadi akhir akhir.
“Ini merupakan instruksi dari Ketua Umum PDIP, Megawati Sukarno Putri. Yang menginstruksikan kepada Pengurus DPD tingkat 1, DPC, Kepala Daerah, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota hari ini wajib melaksanakan simulasi,” ujar Ketua DPC PDIP Kota Batu itu.
Menurutnya, kegiatan itu harus melibatkan beberapa instansi terkait. Seperti BPBD, BMKG, Dinas Sosial, Tagana, Pramuka, PMI dan masyarakat. Direncanakan, pihaknya akan melakukan pelatihan simulasi penanganan bencana alam setiap bulan pada tanggal 26.
“Kita di Kota Batu dari 24 desa/kelurahan sudah ada 15 yang telah terbentuk forum reaksi cepat manakala terjadi bencana,” ucapnya.
“Agar nanti dimasing masing ranting sampai di tingkat RW, minimal bisa menangani korban bencana dari keluarga maupun tetangganya,” imbuhnya.