Tugumalang.id – Selain di Desa Bandungrejo, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, sawit juga ditanam oleh warga Desa Tumpakrejo, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang. Di Desa Tumpakrejo, sawit sudah ditanam lebih lama, yaitu sejak tahun 2009.
“Kalau dulu sawit ini dapat dari salah satu warga yang punya koneksi (pabrik sawit) sekitar tahun 2009, lalu katanya kalau menanam ini hasilnya dikirim ke Kalimantan atau ke mana gitu. Makanya warga sini yang memiliki lahan diajak menanam sawit,” ungkap salah satu mantan petani sawit di Desa Tumpakrejo, Agus (35), pada Rabu (25/05/2021).
Warga dijanjikan harga panen yang tinggi dan hasil yang melimpah, yakni setiap Kg buah sawit akan dihargai Rp 2.000.
Namun kenyataannya, harga sawit di kalangan petani Desa Tumpakrejo jatuh, bahkan sampai di harga Rp 800 per Kg. Hal ini membuat para petani murka dan langsung memotong atau menebangi pohon sawit mereka.
“Lalu sekitar tahun 2018 saya mulai sadar kok harganya makin murah cuma Rp 800 bahkan kadang hasil panennya gak diambil. Masalahnya kalau buahnya mau diambil sama petani itu gak semua punya alatnya, tapi kalau dibiarkan lama kelamaan rugi karena buahnya rontok. Akhirnya saya pikir dibongkar saja, karena capek dan mahalnya perawatan gak sebanding dengan hasilnya,” bebernya.
Dia juga sempat mencoba berbagai tanaman lain di lahan sawitnya, namun berkali-kali gagal karena tanaman sawit cenderung mengambil kesuburan tanaman-tanaman di sekitarnya.
“Saya sempat ganti ke gandum, lalu saya ganti kacang, lalu saya ganti lagi kelapa,” ungkapnya.
“Selain itu, kalau tanaman sawit ada di lahan kelapa, pohon kelapanya itu kalah. Karena kalau dari sisi kesuburan itu lebih cepat sawit. Padahal, yang ditanam itu lebih dulu kelapa, pertumbuhannya benar-benar cepat kalau sawit,” imbuhnya.
Untuk memusnahkan tanaman sawit juga bukan perkara gampang. Meski berkali-kali dipotong, dahannya terkadang masih tumbuh lagi. Dan kalau batangnya ditebang, kayunya tidak segera pecah dan membusuk. “Sawit ini mau dimusnahkan sulit, karena pohonnya meski dipotong tidak segera pecah, bahkan ajaibnya meski sudah dipotong kadang masih bisa tumbuh lagi,” sebutnya.
“Dan kalau di gergaji mesin, inikan kayunya empuk, sedangkan gergaji mesin justru mudah kalau kayunya keras, kalau kayunya empuk justru kesulitan buat ditembus mata gergaji,” tambahnya.
Agus menceritakan, ada salah satu warga yang menggunakan obat pembasmi rumput, namun membutuhkan dosis yang besar. Belum lagi resiko kesuburan tanah yang bisa rusak akibat penggunaan obat pembasmi rumput secara berlebihan.
“Kalau dengan obat saya juga gak yakin, tapi ada warga menggunakan obat Roundup, tapi harus banyak sekali obatnya,” pungkasnya.
Reporter: Rizal Adhi
Editor: Lizya Kristanti