Kota Batu, Tugumalang.id – Angka kasus kematian akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Batu, Jawa Timur terus bertambah. Terbaru, sudah ada 3 orang meninggal akibat virus yang ditularkan nyamuk jenis Aedes Aegepty ini.
Hingga saat ini Maret 2024, tercatat sudah ada 84 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), 85 kasus Demam Dengue (DD) dan Dengue Shock Syndrom (DSS) mencapai 7 kasus. Terakhir, seorang ibu dan anak di Desa Punten, Kecamatan Bumiaji meninggal dunia akibat DBD.
Hal ini dibenarkan Kabid Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Penanganan Bencana Susana Indahwati. Seorang ibu yang baru saja meninggal diperparah dengan penyakit komorbid saat terkena DBD.
”Menyusul sang anak yang meninggal 13 hari usai sepeninggal ibunya. Angka kasusnya bertambah terus,” ungkapnya, Kamis (7/3/2024).
Pasca kasus kematiannya bertambah, Pemkot Batu menggencarkan fogging atau penyemprotan asap di lingkungan yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Selain itu juga warga diimbau rutin melakukan PSN atau Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Baca Juga: Pemkot Batu Gencarkan Fogging Tekan Angka Kasus Demam Berdarah
Plt Kepala Dinkes Kota Batu Aditya Prasaja menuturkan bahwa fogging dilakukan berdasarkan analisa situasi kebutuhan dari Angka Bebas Jentik (ABJ) mencapai 95 persen dengan kasus DBD lebih dari 1 orang dalam satu klaster.
Hasil penelusuran, di desa tempat tinggal korban ditemui banyak jentik nyamuk termasuk di genangan air yang dangkal. Tentu, selain PSN, diperlukan upaya pencegahan dengan pengasapan (fogging).
”ABJ di bawah 95 persen saja sudah berbahaya, apalagi di desa tempat tinggal korban itu ada di angka 71 persen,” terangnya.
Fogging bertujuan membunuh kerumunan nyamuk dan jentik-jentiknya dengan asap yang mengandung bahan kimia pembunuh nyamuk. Dengan terbunuhnya nyamuk dan jentik, diharapkan mampu mengurangi tingkat penyebaran penyakit DBD, dan mengurangi resiko terkena DBD.
Baca juga: Waspada! Penyakit Demam Berdarah di Kota Batu pada 2024 Capai 36 Kasus, 1 Balita Meninggal Dunia
Terpisah, Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai menjelaskan berbagai program akan dilakukan untuk percepatan penurunan angka DBD di Kota Batu.
”Selain fogging di titik-titik tertentu, yang paling utama adalah membangun kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungannya sehingga tidak ada tempat untuk nyamuk berkembangbiak,” ucapnya.
Meledaknya kasus DBD di tahun 2024 ini ditengarai juga terjadi akibat kurangnya kewaspadaan masyarakat menjaga lingkungan sekitar mereka. Nyamuk jenis aedes aegepty ini berkembang biak di kubangan air jernih.
”Selama ada air berkubang, entah di ember atau di pot-pot kecil, jentik air akan selalu berkembang biak. Fogging (pengasapan) bukan solusi. Jadi, upaya memutus siklus tumbuh kembang biaknya jentik nyamuk ini yang harus dimasifkan,” jelas Adit.
”Misal ada ember atau pot digunakan menanam, sebaiknya airnya diganti terus secara berkala agar tidak menjadi sarang nyamuk,” katanya.
Di sisi lain, Dinkes akan melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) berkoordinasi dengan contact person rumah sakit agar data kasus DBD maupun DD bisa segera diperoleh untuk mendukung PE.
“Dilakukan PE ini untuk memutus rantai penyebaran kasus DBD dengan meningkatkan kewaspadaan masyarakat dan pemberantasan sarang nyamuk,” tegasnya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Reporter : M Ulul Azmy
editor: jatmiko