MALANG – Program Percepatan Guru Besar tengah jadi andalan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, untuk mendongkrak kualitas kampus.
Masing-masing Program Studi (Prodi) ditargetkan memiliki satu Guru Besar. Hingga kini, UIN Malang sudah memiliki 28 Guru Besar, dari total 43 yang ditargetkan sesuai jumlah prodi.
Menurut H. Triyo Supriyatno, Ph.D, Kepala Program Studi (Kaprodi) S-3 Pendidikan Agama Islam Berbasis Studi Interdisipliner (PAI-BSI), pencapaian itu tidak lepas dari peran serta Rektor UIN Malang, Prof Abdul Haris, yang terus menggaungkan program tersebut. Bahkan, selama 3,5 tahun masa jabatan beliau sejak 2017, tercatat sudah ada 19 Guru Besar yang dikukuhkan.
“Programnya Pak Rektor adalah percepatan Guru Besar dari dosen-dosen yang ada di UIN Maliki Malang, untuk meningkatkan kualitas universitas.
Jika secara kuantitas banyak guru besar dan secara kualitas banyak karya para guru besar yang dibutuhkan masyarakat. Maka akan meningkatkan mutu dan kepercayaan masyarakat pada UIN Malang,” ujarnya
Dibalik pencapain tersebut, rupanya banyak upaya dan kerja keras yang luar biasa telah dilakukan. Termasuk sang Rektor UIN Malang.
Langkah awal, lanjut Triyo, dengan membuka kesempatan seluas-luasnya bagi seluruh dosen yang memang sudah waktunya mengajukan Guru Besar.
“Formulasinya pak rektor ada banyak, termasuk dosen siapapun yang sudah waktunya menjadi Guru Besar diarahkan untuk ikut program klinik jurnal untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas jurnal scopus,” sambungnya
Pihaknya, juga membuat kebijakan terkait pendanaan, memberikan peluang untuk menyelenggarakan seminar nasional maupun internasional. Memberi peluang bagi dosen untuk mengajukan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), hingga melakukan kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi internasional yang masuk dalam peringkat top 100 Best World University.
“Kami berikan dana pendamping untuk mensubmit jurnal ilmiah terindeks scopus, yang berbayar akan diganti kampus setelah jurnal itu terbit. Kampus juga membuat kebijakan remunerasi yang memberikan honorarium bagi dosen yang telah menulis karya ilmiah. Mulai jurnal internasional yang terindeks scopus/WoS atau jurnal nasional Sinta 1/2/3, maupun buku ber ISBN, sesuai bidang keilmuan masing-masing dosen,” jelasnya.
Artinya, pihak kampus menanggung pembiayaan dalam rangka proses percepatan guru besar. Dengan demikian, diharapkan dapat menjadi stimulus bagi para dosen untuk lekas mencapai gelar tertingginya. Sekaligus mengembangkan program S3 di UIN Malang secara bertahap.
“Pak Rektor sangat getol meningkatkan kualitas kampus dengan melibatkan semua unsur agar berkualitas. Semua warga kampus diberi peluang meningkatkan kualitasnya sesuai bidang kerjanya masing-masing. Baik dosen sebagai tenaga pendidik, maupun tenaga kependidikan lainnya,” jelasnya.
Triyo mengakui belakangan UIN Malang semakin baik. Terlebih, baru-baru ini UIN Malang meraih prestasi yang membanggakan dengan berhasil masuk 10 besar Universitas Islam Dunia kategori Kampus Islam tahun 2021 versi Unirank.
Ke depan, pihaknya masih terus berusaha menyelesaikan target-target lain yang tengah berjalan.
Salah satunya, meningkatkan jumlah mahasiswa program magister/S2 dan program Doktor/S3 lebih banyak daripada program Sarjana/S1.
“Dan ini menjadi indikator pendidikan di Indonesia berhasil seperti di Malaysia atau Singapore atau negara-negara lainnya,” pungkasnya.(ads)