MALANG – Program PBNU Halaqah Fikih Peradaban yang digaungkan di 250 titik di Indonesia tidak lepas dari recalling memory terhadap almarhum Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid).
Bahkan, Halaqah Fikih Peradaban ini disebut ingin menghidupkan kembali Gus Dur dari alam barzah. Hal tersebut diungkapkan Ketua Lakpesdam PBNU KH Ulil Abshar Abdalla.
“Halaqoh ini punya kontribusi penting. Gus Yahya (Ketum PBNU) ingin menghidupkan kembali percakapan pemikiran. Halaqoh ini diniatkan untuk menghidupkan kembali Gus Dur dari alam barzah,” kata Gus Ulil di acara Halaqah Fikih Peradaban PCNU Kota Malang di Universitas Brawijaya, Sabtu (10/9/2022).
Program ini dilaksanakan di 250 titik se-Indonesia selama lima bulan. Puncaknya akan digelar Muktamar Fiqih Peradaban pada Januari 2023 mendatang.
Menurut Gus Ulil, halaqah fikih peradaban merupakan affirmative action yang sifatnya percakapan pemikiran. Hal ini turut melibatkan para kiai dan bu nyai terlibat dalam forum pemikiran.
Namun, ia tidak ingin mendefinisikan makna halaqah fikih peradaban terlalu dini. Acara demi acara yang digelar di ratusan titik di Indonesia dalam rangka mengisi kekosongan definisi tersebut.
“Acara hari ini bagian dari mengisi definisi fikih peradaban. Pendekatan induktif bukan deduktif. Belum ada definisi. Isinya bebas bisa lingkungan, gender, dan lainnya,” ujarnya.
Gus Ulil mengingatkan pesan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya bahwa berjalannya Halaqah Fikih Peradaban ini boleh membawa isu apapun. Namun, diharapkan tetap mendialogkan dengan kitab-kitab kuning yang menjadi tradisi NU. (*)
editor: jatmiko