Oleh: Irham Thoriq, CEO Tugu Media Group (tugumalang.id & tugujatim.id)
Tugumalang.id – ”Saya nangis banget tadi,” kata saya kepada Istri. ”Saya biasa saja,” jawab Istri. ”Ya mungkin saya yang banyak dosanya, kamu tidak,” jawab saya, lantas kita tertawa bersama.
Percakapan tersebut terjadi saat kita baru mengikuti tabligh akbar al wafa bi’ahdillah di Stadion Gelora Joko Samudro, Gresik, Selasa, 22 Agustus 2023. Ribuan orang menangis ketika mendengarkan ceramah Habib Umar bin Hafidz asal Tarim, Yaman, yang khas itu.
Ceramah yang sekilas seperti orang berdo’a, tapi dengan bahasa dan sastra yang luar biasa memikatnya. Habib Jindan, salah seorang santri pertama Habib Umar, menerjemahkan ceramah itu dengan tidak kalah memikatnya. Berikut sejumlah kalimat memikat yang kita peroleh dari malam penuh cahaya itu:
”Dan segala obsesi dan tujuan, selain untuk ALLAH SWT, maka cabutlah obsesi itu dari hati kami.’’
”Ini permintaan yang besar. Namun, permintaan ini kami minta kepada ALLAH dan ALLAH lebih besar.”
”Wahai yang maha kaya, ini tangan orang-orang miskin ditengadahkan kepada-mu.”
”Wahai yang maha kuat, inilah tangan orang-orang yang lemah.”
Jika kita membaca saja, mungkin hati kita tidak bergetar. Saya juga beberapakali mendengarkan ceramah Habib Umar di YouTube. Getarannya tidak sebesar saat kita datang langsung mendengarkan suara beliau.
Betapa lembutnya suara itu. Betapa indahnya alunan do’a itu. Betapa puluhan ribu orang, dibuat sadar malam itu, tentang dosa-dosa. Betapa merasa rendahnya kita waktu itu dengan balutan-balutan dosa, tapi hebatnya, Habib Umar selalu memendar cahaya bahwa ampunan ALLAH SWT jauh lebih besar daripada dosa-dosa kita.
Habih Umar bin Hafidz, melakukan rihlah atau perjalanan panjang dari Tarim, Kota Seribu Wali, ke Indonesia. Sekitar 7.405 kilometer. Sekitar enam hari di Indonesia, dampak beliau begitu besar dan terasa. Di tambah era media sosial, begitu banyak konten tentang Habib Umar yang berseliweran di time line saya. Baik di Instagram dan TikTok.
Dari ribuan mungkin puluhan ribu konten, salah satu konten yang sangat saya suka soal pernyataan Habib Umar adalah konten berikut ini:
”Janganlah kamu menanggung kebingungan dunia, karena itu urusan Allah. Janganlah kamu menanggung kebingungan rezeki, karena itu dari Allah. Janganlah kamu menanggung masa depan, karena itu kekuasaan Allah. Yang harus kamu tanggung adalah satu kebingungan yakni bagaimana Allah Rida kepadamu.”
Pernyataan ini tampak pas dengan apa yang mungkin dialami oleh para anak muda kita. Tentang anxiety. Tentang kecemasan. Tentang overthinking. Tentang mengkhawatirkan yang sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan. Dan Agama, apapun Agamanya, menurut saya adalah tempat paling tepat untuk anak-anak muda kita kembali.
Habib Umar adalah fenomena. Beliau tidak hanya berilmu, tapi juga menampilkan akhlak layaknya akhlak Nabi Muhammad SAW. Kelembutan hatinya, tutur katanya, dan semuanya soal beliau, tampaknya itu semua yang membuat Podcaster Daddy Corbuizer jatuh hati kepada ulama satu itu. Termasuk sejumlah artis lain seperti vokalis Wali Band Faank, Kartika Putri dan lain-lain.
Habib Umar mendekati semua orang penuh dengan cinta kasih. Serta mengajak agar orang lain untuk menebar cinta. Tidak menyalahkan orang lain, serta tidak merendahkan siapapun, termasuk para ahli maksiat. Bahkan, sehari kita melakukan 100 kesalahan, maka 100 kali kita bertaubat, tidak masalah.
Algoritma Cinta, tampaknya istilah ini pas untuk menggambarkan bagaimana masyarakat mengelu-ngelukan Habib Umar. Habib Umar, sebagaimana di podcast Daddy Corbuizer, bahkan tidak menaruh dendam kepada pemerintah yang sudah menculik dan membunuh ayahnya.
Beliau juga dengan mudah saja memberi tanah yang mencoba disengketakan oleh orang lain. Juga toko. Habib Umar merasa malu kepada Tuhan, jika harus memperebutkan dunia. Ini diceritakan oleh santri Habib Umar yang diundang Daddy.
Jika semua orang dan pendakwah kita menyebarkan algoritma cinta, sebagaimana yang disebarkan Habib Umar, tampaknya akan luar biasa dampaknya. Sebagaimana algoritma di media sosial yang itu bisa menyebarkan konten dengan begitu masifnya, algoritma cinta ala Habib Umar bisa mengajak para pendosa untuk lebih mengenal Allah SWT, tanpa harus takut taubatnya tidak diterima.
Mari, sebarkan apapun dengan cinta.
Editor: Herlianto. A