Oleh: Mutiara Syaharani Hapsari*
MALANG seakan tiada henti bermunculan coffee shop baru. Baik di tepi jalan utama atau di gang sempit. Coffee shop menjadi bisnis yang menjanjikan. Bagaimana tidak, kota ini banyak dikunjungi pendatang luar kota. Apakah sekadar berwisata atau sebagai tempat tujuan perantauan, tempat kerja atau kuliah.
Malang memiliki beragam potensi wisata baik alam maupun buatan, apalagi jika sekalian melipir ke Kota Batu yang hanya 10 kilometer dari Kota Malang. Selain itu, banyak juga perguruan tinggi negeri atau swasta. Hal ini juga menjadi faktor pendukung banyaknya perantau dari berbagai daerah datang untuk menuntut ilmu sekalian mencari hiburan atau istilah sekarangnya “healing”.
Mereka yang datang ke Malang tak jarang mencari tempat untuk berkumpul dan melepas penat. Inilah yang membuat coffee shop di Malang ramai pengunjung. Apalagi jika tempatnya instagrammable. Ada banyak tempat kawasan coffee shop dengan variasi harga yang cukup beragam.
Jika melihat di sekitar Jalan Soekarno Hatta, deretan coffee shop memiliki desain bangunan minimalis. Harga rata-rata minuman dan makanan di kawasan ini dibanderol di atas Rp. 20.000,-.
Kawasan lain, yakni Sudimoro atau SM yang terkenal dengan ‘surganya kopian’ ini harga rata-rata di atas Rp. 15.000 untuk kawasan kiri. Bila mengacu dari bundaran pesawat Jalan Soekarno-Hatta. Sedangkan di kawasan kanan di atas Rp. 8.000,-.
Di kawasan Sudimoro, coffee shop yang berada di kiri dan kanan jalan memiliki perbedaan lain selain harga. Coffee shop yang berada di kiri jalan kebanyakan terdapat live music dengan menu makanan dan minuman yang lebih variatif dan modern.
Sedangkan coffee shop yang berada di kanan jalan cenderung berupa warung kopi dengan menu warung pada umumnya, hanya beberapa coffee shop saja yang menyediakan variasi minuman lain. Selain itu, coffee shop kini dijadikan tempat oleh kebanyakan mahasiswa untuk rapat dan mengerjakan tugas.
Dilihat dari kebanyakan coffee shop yang ada di Malang, banyak mahasiswa yang datang pada malam hari hingga larut pagi. Gaya hidup suka ‘ngopi’ ini akhirnya mempengaruhi pola hidup sebagian mahasiswa yang hobi kongkow dan ngopi.
Mahasiswa Malang jadi terbiasa untuk pergi ke luar di jam-jam yang seharusnya digunakan untuk tidur. Padahal, mereka butuh tidur cukup untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, meningkatkan daya ingat, mencegah munculnya penyakit. Meningkatkan energi untuk aktivitas sehari-hari, dan mencegah stres.
Sedangkan kebiasaan begadang bisa memberikan efek negatif seperti peningkatan berat badan, penurunan fungsi otak, dan penurunan sitem imunitas tubuh yang membuat kita cepat lelah dan gampang sakit.
Gaya hidup mahasiswa Malang ini bisa menjadi ancaman munculnya sejumlah penyakit. Meski kerapkali dinormalisasi, kebiasaan nongkrong ini bisa menyebabkan pengaruh buruk. Tubuh yang terbiasa menerima kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti minim melakukan aktivitas fisik dan olahraga dapat berakibat pada meningkatnya timbunan lemak dalam tubuh.
Di usia produktif mahasiswa, tentunya hal ini bisa menjadi mimpi buruk yang menghambat kehidupan di masa mendatang. Daripada menunggu untuk mengobati penyakit yang ada dalam tubuh, lebih baik mencegah dari awal dan lebih peduli terhadap kesehatan.
Selain itu, orang-orang yang datang untuk sekadar nongkrong, mengerjakan tugas, dan rapat ini tentu membutuhkan minuman untuk menemani mereka. Meskipun kebanyakan coffee shop menyediakan dua jenis menu yakni minuman manis dan tidak, tapi mayoritas pelanggan banyak yang membeli minuman manis.
Selain itu, tidak lengkap rasanya jika tidak membeli makanan manis. Kebanyakan coffee shop di Malang menjual jajanan pancong dengan topping manis seperti tiramisu, ovomaltine, oreo, dan greentea. Biasanya, pelanggan datang 1-2x setiap minggunya atau bahkan lebih dari 3x setiap minggu.
Kebiasaan mengonsumsi minuman dan makanan manis ini tidak dipermasalahkan ketika dikonsumsi dalam batas wajar, tapi akan menjadi ancaman ketika berlebihan. Dampaknya tidak dirasakan dalam waktu dekat, tapi bisa jadi beberapa tahun kemudian. Saat kita mengonsumsi gula, tubuh akan mendapat glukosa atau gula darah.
Selanjutnya glukosa ini akan dibakar menjadi energi atau disimpan oleh tubuh untuk dijadikan energi cadangan. Gula memang dapat memberikan energi cadangan bagi tubuh, tapi kita harus tetap membatasi konsumsi gula harian. Seperti yang dilansir oleh jurnal kesehatan Kemkes RI, kebutuhan gula yag disarankan American Heart Association (AHA) per harinya sebanyak 100 kalori atau sekitar 6 sendok teh untuk perempuan dan 9 sendok teh untuk laki-laki.
Intensitas konsumsi gula berlebih dan gaya hidup mahasiswa yang tidak sehat seperti yang disebutkan di atas berpotensi menimbulkan penyakit kronis seperti diabetes.
Penyakit ini muncul secara bertahap dan bisa berakibat fatal jika diabaikan. Penderita diabetes memiliki risiko yang tinggi menimbulkan berbagai macam penyakit lainnya.
Biasanya, orang menderita penyakit diabetes berasal dari riwayat diabetes anggota keluarganya. Kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi makanan atau minuman manis juga dapat menjadi faktor penyebab munculnya penyakit diabetes. Penyakit yang muncul ini akan memengaruhi organ yang ada ditubuh manusia seperti jantung, pembuluh darah, mata, saraf, dan ginjal.
Berdasarkan data yang tercatat di BPS Kota Malang pada tahun 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa penyakit diabetes melitus menempati posisi ketiga dengan jumlah kasus penyakit terbanyak di Kota Malang yakni sebanyak 9214 jiwa.
Diabetes melitus sering dianggap sebagai penyakit yang banyak dialami oleh orang dewasa bahkan orang tua, tapi kenyataannya seperti dikutip dari laman layanan kesehatan Kemkes RI, penyakit ini bisa dialami anak-anak dan remaja akibat dari gaya hidup dan pola makan.
Jika melihat gaya hidup mahasiswa Kota Malang yang senang pergi ke coffee shop dengan intensitas yang cukup sering ini, tidak menutup kemungkinan ancaman itu jadi kenyataan di masa depan. Sebab kebiasaan ini membuat mereka kurang aktif bergerak dan jarang melakukan aktivitas fisik. Ditambah dengan mereka yang lebih menyukai makanan dan minuman manis yang bisa mendorong terjadinya munculnya peyakit-penyakit itu di masa depan.
*Mahasiswa FISIP, Universitas Brawijaya
editor: jatmiko