MALANG – Di usia 16 tahun, biasanya anak-anak muda banyak yang memilih bermain di waktu luang mereka. Namun, tidak bagi Frenanda Gunawan.
Remaja satu ini justru memanfaatkan waktunya untuk berbagi dengan sesama melalui komunitas yang ia dirikan, Anak di Atas Awan.
Siswa kelas X SMAN 2 Bondowoso ini membagikan apa saja aktivitasnya dan apa yang membuatnya jatuh hati dengan kegiatan sosial dalam Podcast Tugu Inspirasi.
“Komunitas Anak di Atas Awan ini kalau disingkat jadi Andan, seperti nama pendek saya. Komunitas ini berisi anak-anak yang peduli dengan sesama,” ungkapnya.
Saat ini komunitas ini masih berisikan anggota dari saudara-saudara Andan sendiri. Ayah dan pamannya juga turut membantu Andan dalam mengembangkan komunitas ini.
Berdiri di tahun 2018, Komunitas di Atas Awan telah melakukan banyak hal untuk membantu sesama.
“Di masa pandemi kemarin, kami berbagi 1.000 masker bersama komunitas-komunitas lain di Kabupaten Bondowoso. Kemudian kami juga mendistribusikan 1.000 buku bersama Climate Change Frontier ke Manokwari, Papua Barat,” ujar Andan.
Untuk menggerakkan komunitasnya, Andan membutuhkan dana yang tidak sedikit. Ia kemudian tercetus ide untuk membuat usaha sendiri untuk mendanai komunitasnya.
Berawal dari penelusuran Google, Andan menemukan kata “sociopreneur” yang saat ini tengah populer.
Sociopreneur berasal dari kata social dan entrepreneur yang berarti seorang pengusaha yang menggunakan bisnisnya untuk menciptakan perubahan sosial.
Dari situ ia tergerak untuk mendirikan sebuah usaha yang sebagian profitnya nanti akan ia gunakan untuk berbagi dengan sesama.
Usaha pertama yang ia dirikan adalah The Frenz Juice & Bread. Namun karena beberapa hal, usaha tersebut harus ditutup.
Meski begitu, Andan sempat meraup untung dari bisnis pertamanya tersebut. “Kemarin waktu berbagi 1.000 masker di Kabupaten Bondowoso bersama komunitas lain, saya menaruh sekitar Rp 200.000 dari usaha The Frenz Juice & Bread,” jelasnya.
Saat ini ia kembali merintis usaha baru, yakni The Frenz Mindboxtic. Kali ini ia menjual produk berupa pigura custom yang ia desain sendiri.
Di dalam pigura tersebut, terdapat ilustrasi tokoh-tokoh terkenal dengan kutipan atau quotes di sampingnya. Andan bahkan membuat satu pigura khusus untuk CEO Tugu Malang, Irham Thoriq.
Pigura ini ia pasarkan di akun Instagram The Frenz Reborn dan per buahnya ia hargai sekitar Rp 50.000.
Sebagian profit dari penjualan pigura tersebut akan ia gunakan untuk mendukung kegiatan Komunitas Anak di Atas Awan.
Tak banyak anak muda yang memiliki pemikiran seperti Andan. Keinginan untuk menjadi sociopreneur rupanya tak lepas dari perannya ayahnya, Eko Baskoro, yang merupakan founder dari Climate Change Frontier (CCF).
“Waktu kecil dulu, saya ingin seperti ayah saya, berbagi dengan sesama,” ungkap Andan.
“Selain untuk keluarga, ayah saya juga berbagi dengan sesama. Selain di Indonesia, juga di luar negeri seperti di Hongkong dan di Malaysia,” imbuhnya.
Tapi di usianya yang masih muda, ia berpikir dari mana ia bisa mendapatkan modal agar bisa mewujudkan keinginannya tersebut.
Saat baru mendirikan Komunitas Anak di Atas Awan, Andan harus menyisihkan uang sakunya untuk ditabung. Setelah dirasa cukup, ia gunakan untuk berbagi kebutuhan pokok pada orang yang membutuhkan melalui komunitasnya tersebut.
Perjuangannya dalam mengumpulkan dana untuk berbagi ini mendapat banyak apresiasi, bahkan Andan sempat viral karenanya. Namun setelah memiliki usaha, ia bisa mendapatkan lebih banyak sumber dana untuk bisa berbagi dengan sesama.
Simak video lengkap podcast dengan Frenanda Gunawan, dalam video berikut ini:
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
Editor:jatmiko