Tugumalang.id – Harga cabai rawit di Kota Malang terus meroket hingga mencapai Rp 100 ribu per kilogram. Faktor musim penghujan hingga rusaknya lahan cabai di Lumajang akibat erupsi Semeru beberapa waktu lalu dinilai menjadi penyebabnya.
Kabid Perdagangan Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang, Sapto Wibowo menjelaskan bahwa musim penghujan yang saat ini sedang berlangsung mempengaruhi hasil panen dari petani cabai. Sementara permintaan cabai di Kota Malang relatif tinggi.
“Memang kenaikan harga cabai ini karena faktor dari cuaca. Di mana lumbung-lumbungnya penghasil cabai itu rusak. Artinya, panennya tidak sesuai dengan yang diharapkan karena rusak, sering hujan, dan lain sebagainya,” jelasnya, pada Selasa (14/12/2021).
“Memang dari petaninya sudah tinggi harganya, ke pengepul, lalu ke pasar. Tapi memang karena faktor cuaca, panennya berkurang tapi permintaan tetap tinggi,” imbuhnya.
Dia juga menjelaskan bahwa rusaknya ladang cabai di wilayah Lumajang akibat erupsi Semeru beberapa waktu lalu juga mempengaruhi ketersediaan cabai di Kota Malang. “Salah satunya juga karena itu. Jadi kalau kita di Malang itu biasanya memang mengambil cabai di Wajak, Ngantang, dan juga kadang ambil di Nganjuk dan Lumajang,” jelasnya.
Menurutnya, naik turunnya harga cabai ini memang terjadi setiap tahunnya. Dia memprediksi harga cabai akan bisa kembali turun setelah musim penghujan mulai mereda di sekitar Februari mendatang. “Biasanya Februari itu kalau musim hujan sudah reda pasti biasanya panennya petani sudah membaik lagi. Kemudian harga akan mulai kembali stabil,” paparnya.
“Intinya memang kenaikan harga ini bukan karena faktor penimbunan, tidak boleh ada penimbunan. Kami juga mengimbau masyarakat jangan panic buying. Beli sesuai dengan kebutuhan saja karena cabai itukan tidak bisa bertahan lama,” imbaunya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Lizya Kristanti