Tugumalang.id – FWB (Friends With Benefit) kini menjadi fenomena baru di kehidupan anak muda Kota Malang. Fenomena tanpa komitmen ini dianggap salah satu solusi persoalan mental mereka yang lagi membara. Berikut ini wartawan Tugumalang mewawancarai salah satu pelaku FWB.
Dara, bukan nama sebenarnya. Seorang gadis riang asli Jawa Timur yang selalu mengunggah berbagai foto kegiatan sehari-sehari lewat akun media sosialnya. Sejak pertama kali bertemu dengannya di salah satu kampus di Kota Malang, ia tak pernah menunjukkan wajah sedih.
Di balik keceriannya, ternyata dia menyimpan sebuah kisah sedih tentang asmara dan keluarga. Hal ini membuatnya menjadi pelaku Friends With Benefit atau FWB sejak 2021. Dara berbagi cerita dengan wartawan tugumalang.id dalam suatu kesempatan.
Mula-mula wartawan tugumalang meminta pendapat Dara soal fenomena FWB di Malang. Perempuan berusia 24 tahun ini menyebut bahwa fenomena FWB bukanlah hal yang mengagetkan lagi di Kota Dingin ini, terlebih para remaja di kota besar.
Kota Malang memang tumbuh menjadi salah satu kota besar di Jawa Timur dengan begitu banyaknya mahasiswa dan para pendatang muda. “Apalagi di Malang ini ada fasilitasnya, ada dunia malam, ada klub, ada apartemen, ada hotel yang itu jadi fasilitas FWB bisa aktif di Malang,” jelasnya.
Awal Menjalani FWB
Lalu bagaimana Dara bisa masuk ke dunia FWB? “Aku lahir dari lingkungan yang tidak memiliki sosok ayah sejak aku lahir hingga sekarang,” jawabnya. Ia pun menjadikan pacarnya atau kekasih laki-lakinya menjadi sosok yang begitu penting. Segala-segalanya bagi Dara.
Hal ini lah yang membuat mental Dara begitu jatuh ketika sang kekasih selingkuh. Ia mengaku permasalahan asmara membuat hidupnya jadi berantakan. Mulai dari mental, kesehatan dan pendidikan.
“Aku pernah sampai seluruh badan tremor dan jantungku berdetak tak beraturan, hingga akhirnya aku pergi ke spesialis jantung,” ujarnya.
Ia merasa lelah berada di posisi seperti itu. Mengalami mental yang down dan pikiran yang kacau. Ia tak bisa mengontrol dirinya. “Jadi aku melakukan FWB karena berpikiran kayak, ya dia (sang pacar) bisa nyakitin aku. Aku juga sebenarnya nyakitin dia, tapi dia enggak tahu aja,” ceritanya.
Motif FWB
Dara menuturkan bahwa motif melakukan FWB bisa karena pelarian atau memang kebutuhan. “Iya, kalo dari aku jujur iya pelarian. Ada juga yang FWB karena memang kebutuhan, bukan pelarian,” tambahnya. Dara mencoba mencari pelarian ketika ada masalah dengan pacarnya kala itu.
Baru berpacaran selama 3 bulan ia pun mengetahui kecewa karena pacarnya selingkuh. Hingga kemudian rasa sedih dan frustasi itu membuatnya menjalani FWB demi menyembuhkan hatinya.
“FWB aku jadiin tameng buat diriku sendiri biar hatiku nggak sakit mas. Ini salah satu cara buat aku ngelindungin hatiku, ngebela hatiku,” tambah Dara.
Dara bercerita bahwa untuk memulai FWB itu sangatlah mudah, apalagi jika sudah masuk ke dunia malam. “Kita sudah lebih dari 5-6 bulan nginep di kosku, namun saat itu aku masih menjaga perasaan pacarku,” katanya.
Tapi Dara mengaku bahwa teman FWBnya hanya sebatas tidur di kosnya tanpa berani melakukan hal di luar batas.
Namun semua berubah ketika Dara mengetahui pacarnya selingkuh dan membuat hatinya hancur. Di momen itu teman FWBnya datang. “Nanti malem aku tidur kosmu ya, oke aku bilang,” tutur Dara menirukan percakapan kala itu.
Teman FWBnya pun ke kosnya dalam kondisi di bawah pengaruh alkohol. Dara yang ingin mengobati hatinya pun bercerita tentang masalah asmaranya pada teman itu. Akhirnya mereka melakukan hubungan seksual malam itu.
“tentunya sudah terjadi kesepakatan, bahkan sejak pertama kali dia tidur di kosku,” Dara menjelaskan pengalaman pertamanya.
Perihal Konsensus dalam FWB
Dara menuturkan jika FWB adalah sebuah Konsensus hubungan dua orang yang berlawanan jenis yang tidak terikat perjanjian layaknya pacaran. “Jadi misal aku sama satu orang A, aku enggak peduli si A ini punya hubungan sama orang lain, dia pun nggak peduli aku punya pacar atau enggak. Tapi kita sama-sama sepakat, ayok kita have fun,” ujarnya.
Menurut Dara, wanita yang menjalani FWB tentu beda dengan pekerja seks komersial. “Kalo pekerja seks komersial harus dibayar kan, dan memang tanpa perasaan. Kalua FWB ya beda konsep. Kalau mau tidur di kosku ya sesuai kesepakatan di awal,” jelasnya.
Dara dan pasangan FWBnya pun menyepakati bahwa tak melakukan FWB dengan orang lain. “Kamu enggak apa-apa punya pacar tapi kamu enggak bisa punya FWB selain aku. Jadi, kamu ingin have fun hanya sama aku, ya aku juga ingin have fun sama kamu,” tukas Dara.
Agar tak ada yang melanggar kesepakatan, mereka pun menerapkan keterbukaan untuk membaca isi ponsel satu sama lain. “Tapi ada batasan bahwa cuma sebatas tahu, enggak berhak balesin chat orang, apalagi ngambil nomernya,” tegasnya.
Cewek Bermain Lebih Rapi
Dara menuturkan sejauh ini, cewek selalu bermain lebih rapi dalam hal menjaga komunikasi dengan pasangan sesungguhnya. Namun karena kecerobohan teman FWBnya, Dara pun pernah menjadi sasaran amarah kekasih dari teman FWBnya itu.
“Kamu marah sama aku? Sebelum kamu marah sama aku, seharusnya kamu tanya sama pacarmu,” Dara menirukan ucapannya saat relasi FWBnya bocor saat itu. Walau tetap menyadari posisinya saat itu salah, hubungan FWB Dara masih tetap berlanjut setelahnya.
Dara mengaku punya dua teman FWB di mana kedua orang tersebut ternyata saling berteman pada instansi yang sama walau terpisah level jabatan. Jawaban yang cukup mengagetkan ini diselingi gelak tawa dari Dara.
“Ya akhirnya mereka sama-sama tahu, rebutan dan berantem,” lanjut Dara. Ia menyebut jika setelahnya, hubungan FWB dengan keduanya masih berlanjut. “Ya pertemanan mereka yang bubar,” jawabnya.
Standar Memilih Pasangan FWB
Sebenernya aku susah banget kenal dengan orang baru. Jadi ketika aku memulai FWB pasti orang yang sudah aku kenal sebelumnya. Dia juga tidak mau mengambil resiko yang lebih besar termasuk soal penyakit menular seksual dan yang lainnya.
Dara menjelaskan bahwa terlebih dahulu melakukan seleksi untuk menemukan pasangan FWB. Ia mencari tahu bagaimana background, kehidupan dan kenakalannya, termasuk di dunia malam hingga pekerjaan.
“Aku enggak pernah mau punya pasangan yang pekerjaannya enggak jelas. Kan enggak mungkin misal aku punya pacar poinnya 7, masak FWB dengan poin 5,” jelas Dara. Namun demikian, menurutnya, standar itu tergantung pribadi masing-masing.
Hilangnya Sosok Ayah
Dara tahu bahwa apa yang ia lakukan sebenarnya adalah keliru. Tapi baginya, setiap orang punya cara untuk mengobati hati dan mentalnya yang down. Baginya, kehilangan sosok ayah sejak masih dalam kandungan sangatlah berat.
“Ninggalin aku dan ibuku dari aku masih dalam kandungan. Dia balik ke daerah asalnya tanpa kembali lagi,” tuturnya.
Sejak kecil, Dara tak pernah menanyakan soal ayahnya. Ia dan ibunya hanya bisa saling menguatkan, bahkan hingga izin tak masuk sekolah untuk mengantar sang ibu ke sidang perceraian.
Namun Dara tak menganggap semua laki-laki sama seperti apa yang dilakukan ayahnya. Ia menuturkan masih ada sosok laki-laki baik seperti pamannya. Namun karena berulang kali tersakiti saat berpacaran, ia mengaku trauma untuk kembali membangun sebuah hubungan.
“sepertinya tidak berpasangan adalah pilihan yang tepat,” tutupnya.
Reporter: Imam A Hanifah
Editor: Herlianto. A